Minggu, 25 Desember 2011

Skenario 5 Hepatitis


Aloha teman-teman..Besok pas tutorial kita udah dapet bocoran nh buat tutorial bsok dari salah satu tutor sebut saja tutor “X”?hmmmm. tapi Untungnya udah ada bocoran juga skenarionya di Modul,,,jeng..jeng skenario kali ini membahas tentang Hepatitis sambungan dari ikterus yang kmarin.,hohoho..:DDD
Silahkan di baca dan semoga bermanfaat..^0^,, semangat..:DD

Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dan bakteri dalam hati (liver). Dari sekian banyak faktor, virus menduduki peringkat pertama sebagai penyebab paling banyak penyakit hepatitis.

Ada lima macam hepatitis yang disebabkan virus, yakni virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, virus hepatitis D, dan virus hepatitis E. Pada umumnya penderita hepatitis A & E dapat sembuh, sebaliknya B & C dapat menjadi kronis. Virus hepatits D hanya dapat menyerang penderita yang telah terinfeksi virus hepatitis B dan dapat memperparah keadaan penderita.

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis hepatitis karena penderita hepatitis sering tidak bergejala atau tidak gejala tidak khas.

Pemeriksaan untuk hepatitis akut :
- Enzim GOT, GPT
- Penanda hepatitis A (Anti Hav IgM)
- Penanda hepatitis B (HGsAg, Anti HBC IgM)
- Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)
- Penanda hepatitis E (Anti HEV IgM)

Pemeriksaan untuk hepatitis kronis :
- Enzim GOT,GPT
- Penanda hepatitis B (HBsAg,HBe, Anti HBc, Anti HBe, HBV DNA)
- Penanda hepatis C (Anti HCV,HCV RNA)

Penanda imunitas :
- Anti HAV
- Anti HBs


 Memang pada awal, gejalanya lebih mencolok. Demam, mual, dan kencing menjadi seperti air teh tua dan mata kuning. Apalagi bila diperiksa darah, SGOT dan SGPT lebih dari 1000. Namun, seperti kata dokter penyakit dalam yang mengobati, justru itulah yang membedakan dengan hepatitis B dan hepatitis C, dua penyakit hati lain yang mirip hepatitis A. Hepatitis B dan C bersifat jangka panjang dan lebih berbahaya, sebagian bahkan bisa menjadi hepatitis menahun dan kanker hati. Sedangkan hepatitis A, hampir semuanya sembuh sempurna.
Hepatitis virus memang merupakan penyakit hati yang banyak ditemukan di dunia, lebih banyak di Indonesia dibandingkan dengan angka kejadian di Amerika atau Eropa. Sesuai dengan namanya, penyebabnya adalah virus yang menyerang hati. Ada lima jenis virus hepatitis yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Yang banyak ditemukan di Indonesia adalah virus hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C.
Memang virus hepatitis A berbeda dengan virus hepatitis B dan C. Cara penularan virus hepatitis A adalah melalui saluran cerna. Artinya penyebarannya dapat melalui makanan atau minuman/air yang terkontaminasi virus. Sementara cara penularan virus hepatitis B melalui transfusi darah dan hubungan seksual. Sedangkan virus hepatitis C terutama ditularkan melalui jarum suntik pengguna narkotika dan transfusi darah. Dari penelitian tidak terbukti adanya penularan dari ibu ke janin pada infeksi HAV, namun pada infeksi HBV dan HCV dapat terjadi.
Masa inkubasi (waktu yang dibutuhkan dari saat virus pertama kali masuk ke badan hingga timbul gejala penyakit) pun berbeda. Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek, sekitar 15 hari, sedangkan virus hepatitis B dan C lebih panjang (rata-rata sekitar 50 - 90 hari).
Gejala hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tanpa gejala, infeksi ringan sampai sedang, hingga kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut. Rasa lelah, mual, muntah, tidak nafsu makan dan gejala seperti flu adalah gejala-gejala klinis yang sering dijumpai pada sebagian besar kasus di awal infeksi.
Pada beberapa kasus selanjutnya dapat timbul kuning di mata dan kulit (ikterus). Ikterus infeksi hepatitis A sering kali tampak lebih hebat. Bila diperiksakan kadar SGOT, SGPT dan bilirubin darah akan meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan HBV dan HCV.
Sebagian kasus hepatitis virus akan sembuh spontan, pada hepatitis A kesembuhan mendekati 100 persen. Dalam perkembangan penyakitnya, hepatitis A tidak akan menyebabkan penyakit yang bersifat menahun di kemudian hari. Demikian pula risiko komplikasi yang berat, hampir tidak ada. Untuk itu, memang sebagian besar pasien hepatitis A boleh istirahat di rumah guna memulihkan kondisinya. Rawat inap dilakukan bila pasien mengalami mual dan muntah yang hebat sehingga terjadi kekurangan cairan atau mata kuning sekali atau ada tanda-tanda gagal hati, yang amat jarang terjadi.
Hal yang harus dilakukan selama perawatan di rumah adalah mempertahankan asupan kalori dan cairan dalam jumlah yang cukup, kurangi aktivitas fisik yang berlebihan dan istirahat. Tidak ada obat spesifik untuk infeksi hepatitis A ini, bahkan konsumsi obat-obatan yang tidak perlu harus dihentikan.
Hal ini berbeda dengan hepatitis B dan C. Walaupun di awal penyakit cukup banyak pasien yang tanpa gejala dan seolah sembuh spontan, namun untuk jangka panjang hepatitis B dan hepatitis C dapat berkembang menjadi penyakit kronis yaitu bila keberadaan virus dalam darah lebih dari enam bulan. Hal lain yang dikhawatirkan adalah infeksi yang kronis ini dalam beberapa tahun kemudian dapat berkembang menjadi penyakit hati menahun yang disebut sirosis hati dan kanker hati.
Untuk itu, pasien dengan infeksi HBV dan HCV dianjurkan untuk istirahat total di awal penyakitnya dan menjalani terapi obat pada kasus kronis. Hanya kendalanya adalah dari segi biaya yang relatif mahal. Hal lain yang harus dilakukan adalah kontrol teratur dan melakukan pemeriksaan USG hati secara berkala. Dengan demikian akan segera dapat dideteksi bila ada perkembangan penyakit ke arah yang kurang baik.
Karena itulah, masih 'lebih untung' terkena infeksi hepatitis A dibandingkan bila terkena infeksi hepatitis B atau C. Tapi mencegah agar tidak terkena infeksi apapun, termasuk infeksi hepatitis A, tentu lebih baik. Untuk itu gaya hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan serta sanitasi yang baik menjadi prioritas utama. Pilihan lain adalah vaksinasi. 
Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik.
Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
v Obat anastesi
v Obat antibiotik
v Obat antiinflamasi
v Obat antimetabolik dan imunosupresif
v Antituberkulosa
v hormon-hormon
v obat psikotropik
v Lain-lain, contoh phenothiazine


Penyakit Hepatitis
Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C.

  Penyakit Hepatitis A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul sepertiparacetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.

"Hepatitis A itu self limiting disease (bisa sembuh dengan sendirinya), jadi dibiarkan saja bisa sembuh sendiri. Tidak perlu terlalu dihebohkan begitu. Tidak perlu khawatir, tidak harus dirawat di rumah sakit, dengan bed rest saja bisa sembuh," jelas Prof Dr Ali Sulaiman, SpPD-KGEH dari Pokja Hepatitis.

  Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.

1. Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Atau 
Gejala Hepatitis B Ringan Sering Tidak Nampak

Salah satu hal yang mengkawatirkan mengenai penyakit ini adalah hepatitis B ringan seringkali tidak menampakkan gejala kecuali dilakukan pemeriksaan darah. Penderita hepatitis B ringan terlihat segar bugar dan tidak menunjukkan tanda- tanda sakit. Di Indonesia sendiri, tingkat penularan virus ini sangat tinggi karena faktor besarnya jumlah pembawa virus yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Selain itu penularan dari ibu ke anaknya juga masih sangat tinggi karena upaya tingkat pencegaha hepatitis B pada ibu hamil belum sebaik di negara- negara maju.

Jika hepatitis B sudah memasuki fase berat, maka beberapa gejala akan mulai nampak, yaitu penderita sering mengalami flu, hilang nafsu makan, mual, muntah, mudah lelah, penurunan berat badan, urin menjadi gelap, mata kuning dan sebagainya.


2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.


  Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.

1. Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

Walaupun pasien sirosis sebagian besar memiliki lebih dari satu penyebab, hepatitis C kronis dan konsumsi alkohol berat secara tradisional menjadi penyebab paling umum dari sirosis.
 Alkohol
Konsumsi alkohol yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Sirosis terjadi tergantung pada seberapa sering seseorang minum alkohol.
Tiga puluh persen orang yang minum 8 oz. atau lebih bir atau minuman keras selama 15 tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
3.Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. 
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.
Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
4.Hepatitis alkoholik
Hepatitis alkoholik menggambarkan peradangan hati yang disebabkan oleh minuman alkohol. Meskipun hepatitis alkoholik yang paling mungkin terjadi pada pecandu minuman keras selama bertahun-tahun, namun mengonsumsi alkohol dan hepatitis alkoholik mempunyai hubungan yang kompleks. Tidak semua pecandu minuman keras menderita hepatitis alkoholik, dan penyakit ini juga dapat terjadi pada orang yang hanya minum sedikit. Jika telah didiagnosis menderita hepatitis alkoholik, hal ini berarti harus berhenti total minum alkohol. Orang yang terus minum alkohol dapat terus memperparah kerusakan hati yang lebih serius yaitu sirosis dan gagal hati.
Penyebab :
Hepatitis alkoholik terjadi ketika hati rusak oleh alkohol yang telah dikonsumsi. Mekanisme bagaimana alkohol dapat menimbulkan kerusakan hati pada pecandu alkohol belum diketahui secara jelas. Proses pemecahan etanol yang merupakan alkohol yang terkandung dalam bir, anggur dan minuman keras dapat menghasilkan bahan kimia sangat beracun, seperti asetaldehida. Bahan kimia ini memicu peradangan yang menghancurkan sel-sel hati. Kemudian jaringan hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut yang ditimbulkan akibat luka peradangan. Hal tersebut akan mengganggu kemampuan hati untuk berfungsi dengan baik. Pembentukan jaringan parut merupakan kerusakan irreversible yang disebut sirosis, merupakan tahap akhir dari hepatitis alkoholik.
Gejala :
Bentuk ringan dari hepatitis alkoholik mungkin tidak menyebabkan masalah yang nyata, tetapi perkembangan penyakit ini akan menyebabkan hati lebih rusak, tanda dan gejala yang mungkin terjadi, antara lain:
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual dan muntah
  • Nyeri perut dan nyeri teka
  • Kulit dan putih mata menguning (jaundice)
  • Demam
  • Perut bengkak akibat penumpukan cairan (asites)
  • Kelelahan
Berkonsultasilah dengan dokter jika memiliki tanda atau gejala hepatitis alkoholik. Jika pernah merasa seolah-olah tidak bisa mengontrol minum, maka berkonsultasilah dengan dokter.
Pengobatan :
  • Hentikan minum alkohol – Jika telah didiagnosa menderita hepatitis alkoholik, maka harus berhenti minum alkohol. Ini satu-satunya cara untuk menghentikan kerusakan hati atau untuk mencegah berkembangnya penyakit menjadi lebih parah. Jika terus minum alkohol, maka kemungkinan akan mengalami komplikasi yang serius. Jika sudah ketergantungan dengan alkohol dan ingin berhenti, dokter dapat merekomendasikan terapi yang disesuaikan pada kondisi ketergantungan. Terapi tersebut mungkin termasuk obat-obatan, konseling, dll.
  • Terapi untuk malnutrisi – Dokter mungkin menyarankan diet khusus untuk memperbaiki kondisi kekurangan gizi yang dapat terjadi pada orang dengan hepatitis alkoholik. Dokter dapat merujuk pada ahli gizi yang dapat membantu menilai pola makan saat ini dan menyarankan perubahan untuk meningkatkan vitamin dan nutrisi.
  • Obat untuk mengurangi peradangan hati – Penderita hepatitis alkoholik berat dapat mempertimbangkan pengobatan jangka pendek dengan obat-obatan untuk mengurangi peradangan hati. Dalam situasi tertentu, dokter dapat merekomendasikan kortikosteroid atau pentoxifylline.
  • Transplantasi hati – Bila fungsi hati sangat terganggu, transplantasi hati mungkin satu-satunya pilihan bagi sebagian orang. Meskipun transplantasi hati sering berhasil, jumlah orang yang membutuhkan transplantasi jauh melebihi jumlah organ yang tersedia. Beberapa pusat kesehatan mungkin enggan untuk melakukan transplantasi hati pada penderita hepatitis alkoholik karena kemungkinan sebagian besar akan kembali mengonsumsi minuman keras setelah operasi.


Read more: http://doktersehat.com/hepatitis-alkoholik/#ixzz1hbiLtXgq


4.Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (self-limited), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung penularan virus.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.
. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces. 


Pemeriksaan Penunjang
Faal Hati yang sesungguhnya.
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen. 
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Tes Faal Hati untuk lebih menilai hepatitis secara spesifik      
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai.
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan  hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV. 
Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati.
1.      Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati.
2.      Adanya sumbatan saluran empedu. 
Aneka macam hasil tes faal hati yang terganggu.
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.  (lihat table 1) 
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti Bilirubindirect/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik,bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang ( lihat tabel2)
Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect dapat tinggi sekali (>20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat  (lihat table 3). 
Tes faal hati pada perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan Bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat sekitar 2 sampai 3 kali nilai normal demikian juga ∂-GT dan alkalifosfatasemeningkat sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal . Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk dan biasanya tidak ada keluhan atau mengeluh adanya perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati yang primer maka semua pertanda hepatitis C harus negatif. (lihat tabel 4)
Adanya pertanda hepatitis virus dalam darah penderita. 
Penderita hepatitis A akut atau baru sembuh dari hepatitis A, ditandai dengan IgM anti HAV yang positif. Sedang IgG anti HAV positif sering ditemukan pada anak atau orang dewasa dari negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang jelek. Ini menandakan penderita pernah terinfeksi virus hepatitis A dimasa lalu. Karena itu prevalensi IgG HAV dapat dipakai sebagai indeks sanitasi lingkungan suatu negara.
Sembuh dari infeksi Hepatitis B, ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbulnya anti HBs. Sedang IgM Anti HBc pos, berarti baru (recent) terinfeksi dengan hepatitis B. 
Hepatitis B yang menahun.
1.      Hepatitis kronis fase replikatip/toleran. Ditandai dengan HBsAg+, HbeAg+, HBVDNA+ ( kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hatinya normal.

2.   Hepatitis kronis reaktif aktif (necro-inflamatory stage). Ditandai dengan HBsAg+, HBeAg+, HBVDNA+ (kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hati nya Abnormal, terutama SGOT/PT tinggi (>3X nilai normal), albumin/globulin biasanya masih normal, bilirubin dapat menigkat sedikit (< dari 3 mg%)

3.  Hepatitis khronis B mutant. Disini HBsAg+, HBeAg negatif, tetapi anti HBe+,  dan HBV DNA+. Liver fungsinya terganggu. Biasanya penderita ini, mempunyai penyakit hati yang lebih berat.

4.      Hepatitis inaktif/integratif. HBsAg+, Anti HBe+, HBV DNA negatif atau dibawah < 103 copy/ml dan faal hatinya normal.

5.     Sirosis hati B, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT> SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. HBsAg+, HBeAg/anti HBe  dapat  positif. HBV-DNA seringnya sudah negatif.
Hepatitis C
1.      Sembuh dari hepatitis C, ditandai dengan anti HCV+, HCV-RNA – (negatif), faal hati yang normal.
2.      Hepatitis C kronik, ditandai dengan Anti HCV+, HCV-RNA +,  faal hati sebagian terbesar terganggu, tapi bisa normal pada sebagian kecil penderita.
3.     Sirosis hati C, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat( < dari 5mg%), SGOT > SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. Anti HCV dan HCV-RNA positif.
Genotype hepatitis. 
Pada hepatitis B ada 8 genotipe dan diberi nama abjad A sampai dengan H. Di Indonesia terutama genotipe B dan C. Hepatitis C ada 6 genotipe dan diberi nama angka 1 sampai 6. Dalam satu genotipe ada dibagi lagi menjadi sub-genotipe dan tambahan huruf kecil dari a sampai c. Di Indonesia yang terbanyak adalah genotipe 1b. (> 65%)
Kelainan faal hati yang tidak specific 
Hal ini biasanya terjadi pada penderita penyakit hati yang telah mempengaruhi fungsi dari organ lain seperti ginjal, paru jantung dsb. Dalam hal seperti ini, gambaran klinis serta pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan dan ERCP (Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography) atau bahkan biopsi hati biasanya diperlukan untuk menegakan diagnosisnya.
Hasil laboratorium faal hati yang normal pada penderita penyakit hati yang menahun. 
Penderita kronik hepatitis B pada yang fase replikatif, inaktif/integratif sering menunjukan hasil laboratorium yang normal. Juga pada penderita hepatitis C (dengan HCV-RNA+), juga dapat menunjukan tes faal hati yang normal. Pada penderita sirosis hati yang kompensata juga sering mempunyai tes faal hati yang normal. Pada sirosis hati yang sudah lanjut sering kita mendapatkan kadar SGPT/SGOT normal, hal ini terjadi karena jumlah sel hati pada sirosis berat sudah sangat kurang sehingga kerusakan sel hati relatif sedikit. Tapi kadar bilirubin akan terlihat meninggi dan perbandinganalbumin/globulin akan terbalik. Bila kita cermati lebih teliti maka kadar SGOT akan lebih tinggi SGPT.
Pelaporan hasil petanda hepatitis virus secara kuantitatif dan kualitatif.
1.      Hepatitis B. 
Pemeriksaan kualitatif selalu lebih sensitif dari pada pemeriksaan kuantitatif. Cara pemeriksaan kuantitiatif hepatitis B dikerjakan dengan bermacam cara dan tiap cara mempunyai sensitivitas tertentu dan juga pelaporannya dapat memakai satuan tertentu. Lihat tabel 5. Hasil kuantitiatif hepatitis B diatas 105 copy/ml dianggap batas untuk diobati.
2.      Hepatitis C. 
Juga pemeriksaan kualitatif lebih sensitif dari kuantitatif. Ada bermacam cara pemeriksaan kuantiatif HCV dan mempunyai rentang sensitivitas yang berbeda. Hasil kuantitatif dari 1 cara pemeriksaan kuantitatif HCV,  tidak dapat disamakan hasilnya dengan pemeriksaan HCV dengan cara yang lain.
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati.
o Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
o Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat diketahui derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) dapat dinilai.Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat aminotransferase), ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati (liver).
Ø Pemeriksaan HbsAg. Yakni untuk mendeteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai penanda awal terjadinya infeksi Hepatitis B.
Ø Pemeriksaan antiHBs. Untuk mendeteksi adanya kekebalan atau antibodi terhadap virus Hepatitis B.
Ø Pemeriksaan IgM antiHBc. Untuk mendeteksi antibodi terhadap HbcAg. (penanda pernah terinfeksi hepatitis B).
Ø Pemeriksaan HbeAg dan Anti Hbe. Untuk mendeteksi apakah sedang terjadi replikasi virus aktif atau tidak dalam tubuh penderita.
Ø Pemeriksaan HBV DNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar proses replikasi virus sedang terjadi di dalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi Hepatitis B, sehingga dapat ditemukan pada tipe mutant.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk melacak hepatitis virus C antara lain dengan;
Ø Anti HCV. Untuk mengetahui apakah penderita terpapar Hepatitis C.
Ø HCV RNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar aktifitas Virus Hepatitis C.
Saat ini, hasil pemeriksaan immunologi untuk deteksi hepatitis virus tersebut selain HBV DNA dan HCV RNA, dapat diketahui segera (One Day Sevice/sehari jadi). Perkembangan di bidang diagnostika laboratorium tersebut, tentunya akan mempercepat penanganan oleh dokter, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat bagi penderita Hepatitis A, B maupun C.



Tipe Hepatitis Lain
Hepatitis yang disebabkan oleh alkoholnarkobaobat, atau pun racun mengakibatkan gejala yang sama seperti hepatitis virus. Tugas hati adalah untuk menguraikan zat yang terdapat dalam darah, dan beban dapat menjadi terlalu berat. Beberapa obat yang dipakai untuk memerangi HIV atau pun penyakit terkait AIDS dapat mengakibatkan hepatitis. Begitu juga dengan parasetamol/asetaminofen (nama merek antara lain Bodrex dan Panadol), obat penawar nyeri yang umum.
Pengobatan yang paling baik untuk tipe hepatitis ini adalah menghentikan penggunaan alkohol, narkoba atau obat yang mengganggu hati.
Jika hepatitis disebabkan oleh IO terkait AIDS maka IO itu harus ditangani agar hati dapat pulih.
Berikut beberapa cara untuk melindungi diri dari infeksi hepatitis B dan C, yaitu:

- Periksa kesterilan jarum yang digunakan untuk tindik telinga maupun bagian tubuh lain, tato, akupunktur, maupun elektrodialisis.

- Hindari berbagi jarum suntik dengan orang lain.

- Hindari penggunaan bersama/ bergantian gunting kuku, pisau cukur, sikat gigi, dan benda-benda lain yang mungkin kontak dengan darah.

- Lakukan pemeriksaan berkala terhadap hepatitis B dan C jika Anda adalah orang-orang yang berisiko tinggi, misalkan tenaga kesehatan atau pernah menerima transplantasi organ, transfusi darah, bertukar jarum suntik, seks tanpa pengaman, dan lain-lain. Adapun apabila hati Anda telah mengalami kerusakan, ada beberapa cara untuk menjaga agar perusakan hati tidak berlanjut. Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis mengenai kondisi Anda sebenarnya. Secara umum, beberapa langkah berikut dapat membantu Anda:

-Hindari alkohol dan segala jenis makanan atau obat yang bersifat toksik terhadap hati. Hati menganggap alkohol sebagai zat beracun, jadi hati menyaring dan membuangnya. Ketika seseorang terinfeksi hepatitis C, alkohol dapat secara signifikan meningkatkan perusakan hati. Hindari konsumsi alkohol bersamaan dengan asetaminofen (obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran). Ketika Anda mengonsumsinya secara bersamaan, hal itu dapat memperparah perusakan hati.

- Makanlah makanan sehat. Ketika hati Anda mengalami kerusakan, tubuh tidak akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.Anda akan merasa lelah atau lemas. Anda juga akan kehilangan nafsu makan. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk menjaga asupan nutrisi harian yang Anda butuhkan untuk menjaga berat badan dan energi pada level yang seharusnya.

Referensi
 http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1264&id=7
http://www.medicinenet.com/viral_hepatitis/article.htm 
http://labtestsonline.org/understanding/conditions/hep/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar