Senin, 19 Desember 2011

SKENARIO 4 PART I BLOK III


Author : Vly, D2t, Ek4, Fno
SISTEM PENCERNAAN  
1)    Proses Pencernaan pada Manusia
Manusia merupakan organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut sebagi organisme heterotrof. Semua kebutuhan makanan didatangkan dari luar untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk sintesis berbagai zat yang dibutuhkan di dalam tubuh. Makhluk hidup seperti manusia selalu membutuhkan suplai makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sebelum dapat digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari organ-organ pencernaan seperti lidah, kerongkongan, lambung, usus, sedangkan kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, hati, kelenjar dinding lambung, dan kelenjar pankreas.
Proses pencernaan dalam tubuh manusia adalah kompleks. Bahan makanan yang telah mengalami penguraian sebagian di dalam mulut, melalui tenggorokan  (esofagus) masuk ke dalam lambung. Di sini kerja enzim amilase dalam air ludah dihentikan dengan adanya asam klorida yang dikeluarkan oleh lambung. Dalam keadaan normal bahan makanan tinggal untuk beberapa jam di dalam lambung, sementara asam klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat yang terkandung dalam zat makanan tersebut menjadi oligopeptida dan oligosakarida. Berbeda dari amilase dan enzim lainnya, pepsin bekerja dalam suasana sangat asam, pH 1.0-2.5, sesuai dengan kondisi asam dalam cairan lambung  (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1).
Makanan yang dikonsumsi manusia harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia. Secara ringkas zat-zat tersebut digolongkan menjadi  makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, protein. Mikronutrien yang meliputi mineral dan vitamin. Kelompok bahan ikutan yang meliputi alkaloid, antigisi, warna alami, aroma atau penyedap alami. Kelompok bahan tambahan misalnya pengawet, penstabil, pengental, dan pewarna (Slamet Sudarmaji, 1989).
Makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein pada saat dicerna akan mengalami pengubahan. Dimulai dari mulut dimana terjadi pencernaan mekanik oleh gigi dengan bantuan lidah. Pada proses pengunyahan ini terjadi perombakan karbohidrat (pati atau amilum) menjadi molekul yang paling sederhana yaitu glukosa (monosakarida). Karbohidrat merupakan nutrient yang mengadung energi yang harus ada dalam diet minimal 20% agar tidak terbentuk benda-benda keton sehingga terjadi ketosis dan lebih lanjut asidosis (Dawies Ismadi, 1988). Pemotongan rantai karbohidrat menjadi lebih sederhana ini dibantu dengan enzim ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar ludah.
Lemak juga akan mengalami proses perombakan dimana lemak akan  diubah menjadi molekul yang paling sederhana yang berupa asam lemak dan gliserol. Lemak yang dimaksud dalam hal ini adalah trigliserida. Proses perombakan ini membutuhkan enzim lipase yang dihasilkan di pankreas.  Lemak juga mengalami proses emulsi agar lebih mudah dicerna. Bahan yang digunakan adalah cairan empedu yang dihasilkan di hati (hepar) yang disimpan di kantung empedu. Dengan proses emulsi ini lemak dapat tercampur dengan air. Dibanding makronutrien yang lain, lemak lebih susah dicerna sehingga lebih lama berada di lambung. Inilah yang menyebabkan lemak membuat kita tetap merasa kenyang.
Selanjutnya, proses pencernaan berlangsung di dalam usus halus yang mengeluarkan berbagai enzim dan zat pencerna dari berbagai organ tubuh. Kandung empedu mengeluarkan asam empedu untuk mengemulsikan lipid: kelenjar pankreas mengeluarkan cairan yang mengandung amilase, menguraikan oligosakarida menjadi maltose: tripsin dan kimo tripsin menguraikan poli dan oligo peptide menjadi peptide kecil: lipase menguraikan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol: kolesterol esterase menguraikan senyawa ester dari kolesterol.
Usus halus tersusun oleh beberapa macam jaringan yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, yaitu jaringan: epitelium, ikat, otot polos, dan saraf. Jaringan epitelium berfungsi membungkus villi, mensekresikan mukus dan mengabsorpsi air serta zat-zat gizi makanan. Jaringan ikat yang dalam hal ini berupa pembuluh darah bersama dengan epitelium berfungsi mengangkut sari makanan. Jaringan otot berfungsi untuk melakukan gerak peristaltis dibawah stimulus saraf otonom. Dan jaringan saraf berfungsi mengorganisir kerja ketiga jaringan tadi. Struktur kompleks usus halus ini mempunyai satu fungsi yakni untuk mencerna dan menyerap sari-sari makanan.
Selain itu masih ada zat lainnya yang dikeluarkan oleh usus halus: untuk menyempurnakan proses penguraian sedemikian rupa hingga dihasilkan senyawa monosakarida, mononukleotida, asam lemak, asam amino, dan senyawa kecil satuan pembentuk senyawa lainnya yang siap untuk diserap oleh dinding usus halus, untuk selanjutnya dibawa oleh aliran darah atau limpa ke seluruh bagian tubuh (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 2)
Makronutrien yang lain adalah protein. Bahan ini dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan. Protein juga mengalami pencernaan mekanik dan kimiawi, pencernaan mekanik terjadi dimulut sedangkan pencernaan kimiawi protein di lambung. Protein dirombak menjadi molekul yang paling sederhana yang disebut asam amino. Tubuh manusia tidak dapat membentuk semua asam amino yang diperlukan oleh tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari diet, yang lebih dikenal dengan asam amino esensial. Pencernaan protein dibantu dengan enzim lambung  dan pancreas. Contoh enzim tersebut misalnya pepsin, dan tripsin. Protein yang dirombak menjadi molekul sederhana yaitu asam amino baru dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Protein merupakan bahan yang tidak dapat disimpan dalam tubuh sehingga manusia harus selalu mencukupi kebutuhan protein harian dari diet.
Mikronutrien juga dibutuhkan oleh tubuh. vitamin dan mineral berperan dalam proses-proses metabolism tubuh. Vitamin merupakan senyawa orgaik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup, dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Berhubung vitamin tidak disintesa di dalam tubuh, kecuali vitamin D dan vitamin K, maka beberapa vitamin lain harus tersedia dalam diet. Sebagian besar vitamin berfungsi sebagai bagian dari koenzim. Berdasarkan atas sifat kelarutannya dan mekanisme penyerapan, vitamin dibedakan menjadi vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air memiliki struktur kimia yang sangat beranekaragam, tetapi semuanya mempunyai sifat molekul polar oleh karena itu dapat larut dalam air.  Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat non polar hidrofobik. Vitamin ini mengakibatkan dalam penyerapannya membutuhkan lemak.
Mineral juga dibutuhkan oleh tubuh dan hanya dalam jumlah yang sedikit. Sherman (1952) mencoba mengelompokkan unsure mineral sebagai berikut :
  1. Unsur mineral yang ikut membentuk jaringan keras seperti tulang dan gigi Ca dan Phospat.
  2. Unsur mineral yang turut membentuk jaringan lunak seperti kelenjar, saraf, garam organik, yang mengandung unsur Na, K, Mg, S, P, Cl dan juga ada dalam protoplasma.
  3. Unsur mineral yang membentuk cairan tubuh, terutama garam-garam anorganik yang dapat larut.
Adapun fungsi mineral antara lain sebagai pembentuk jaringan, pemelihara dan pengatur sistem koloidal,  pertukaran cairan tubuh, viskositas, pemelihara keseimbangan asam basa tubuh, dan sebagai aktivator enzim dan sistem biologis.
Semua bahan makanan, baik makronutrien maupun mikronutrien akan dialirkan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi, dalam hal ini darah. Dan disetorkan ke sel-sel tubuh. Makronutrien harus dalam kondisi paling sederhana, meliputi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) asam lemak, gliserol dan asam amino. Jika zat makanan tersebut masih dalam bentuk ukuran besar, maka akan susah masuk dalam sel karena sel memiliki membrane yang sifatnya selektif permeabel (semi permeabel).
Zat-zat makanan dalam bentuk paling sederhana itu nantinya akan dibutuhkan dalam metabolisme sel, dengan tujuan untuk menjaga agar sel tetap hidup. Rangkaian metabolisme sel berjalan dengan sangat kompleks dan dengan keteraturan tinggi. Pada makalah ini akan dibahas mengenai metabolisme makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein yang terjadi di dalam sel  tubuh manusia.
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup mulai dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur tumbuhan, hewan, sampai kepada manusia, makhluk yang susunan tubuhnya sangat kompleks. (Muhammad Wirahadikusumah, 1985)
Metabolisme meliputi proses sintesis dan proses penguraian senyawa atau komponen dalam hidup. Proses sintesis ini disebut anabolisme dan proses penguraian disebut katabolisme. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim, termasuk reaksi sederhana seperti penguraian asam karbonat menjadi air dan karbondioksida, proses pemasukan dan pengeluaran zat kimia dari dan ke dalam sel melalui membran: proses biosintesis protein yang panjang dan rumit: ataupun proses penguraian bahan makanan dalam system pencernaan  mulai dari mulut, lambung, usus, dan penyerapan hasil penguraian tersebut  melalui dinding usus serta penyebarannya ke seluruh bagian tubuh yang memerlukannya (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1)
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme dalam beberapa hal: anabolisme merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar, sedangkan katabolisme adalah sebaliknya, yaitu penguraian molekul besar menjadi molekul kecil: anabolisme adalah proses yang membutuhkan energy sedangkan katabolisme melepas energy: anabolisme merupakan reaksi reduksi, sedangkan katabolisme merupakan reaksi oksidasi: seringkali hasil anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1). Author : Vly, D2t, Ek4, Fno

2)    Enzim dan hormon yang berpengaruh pada sistem pencernaan.

Pada sistem pencernaan, pencernaan zat-zat makanan dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis dilakukan dengan gerakan, sedangkan secara kimiawi dilakukan menggunakan enzim-enzim peencernaan yang dihasilkan saluran cerna atau bukan saluran cerna (contoh: pankreas). Selain mencerna, absorbsi zat-zat makanan dipengaruhi oleh hormon-hormon (terutama hormon metabolisme) yang bisa berdampak langsung atau tidak langsung.
Untuk mempelajari dan mempermudah klasifikasi, berikut ini adalah klasifikaasi  enzim yang berpengaruh pada sistem pencernaan berdasarkan zat-zat makanan yang akan dicerna
1.           Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam tubuh, walaupun energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh lemak dan protein, karena karbohidrat lebih mudah diceerna dan dimetabolisme oleh tubuh kita. Karbohidrat dicerna oleh tubuh dalam bentuk gula sederhana atau disebut monosakarida. Untuk pembelajaran yang lebih runtut dan sistematis, berikut adalah enzim enzim yang berperan dalam pencernaan karbohidrat berdasarkan urutan kerja.

Ø Enzim ptialin (amilase mulut/amilase oral)

Enzim ptialin termasuk sebagai enzim α-amilase, yaitu enzim yang memecah amilum (polisakarida) menjadi maltosa (disakarida) dan polimer kecil sakarida lainya . Enzim ini terutama dihasilkan oleh kelenjar parotis. Tetapi karena makanan berada dalam mulut tidak seberapa lama, tidak sampai 5% dari amium dapat terhidrolisis disini. Walaupun demikian, kerja ptialin dapat bertahan hingga satu jam saat makanan memasuki lambung

Manifestasi dari kerja enzim ptialin dapat dirasakan saat kita mengunya nasi atau roti dalam waktu yang lama, maka makanan tersebut akan semakin terasa manis dan semakin manis.

Ø HCl

HCl dalah asam lambung yang disekresikan oleh dinding lambung yang merubah pH makanan menjadi asam agar kuman-kuman yang masuk bersama makanan dapat dibunuh di dalam lambung sebelum masuk ke duodenum.

Ø Enzim amilase pankreas

Enzim amilase pankreas adalah enzim yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang strukturnya dan fungsinya  sama dengan ptialin. Enzim ini disekresikan menuju pars descenden duodenum. Dengan enzim ini, polisakarida dirubah menjadi disakarida seperti maltosa, sukrosa dan laktosa. Selanjutnya perjalanan makanan karbohidrat akan dilanjutkan ke usus halus (jejenum dan illeum).

Ø Enzim enzim epitel usus halus

Telah disebutkan di atas bahwa karbohidrat akan diserap dalam bentuk monosakarida, sedangkan setelah melewati duodenum, karbohidrat baru berbentuk disakarida. Oleh karena itu, terdapat enzim enzim pemecah disakarida menjadi monosakarida yang dihasilkan oleh epitel usus. Nama enzim ini sesuai dengan disakarida yang akan dipecah, yaitu maltase sukrase dan laktase.

Setelah menjadi monosakarida, karbohidrat langsung diserap menju darah dan ditransfer ke hati untuk di koordinasi penggunaanya.


2.           Lemak

Lemak (lipid) berperan penting dalam tubuh manusia, selain sebagai energi cadangan,  lemak juga berfungsi membentuk membran sel dan menghasilkan energi yang paling besar melalui proses lipolisis dan β-oksidase. Lemak akan dicerna dalam bentuk asaam lemak. Berikut ini enzim yang berpengaruh pada pencernaan lemak.

Ø Lipase gaster

Lipase adalah enzim pemecah lemak, di lambung dihasilkan enzim lipase gaster untuk memecah lemak, tetapi rata-rata proses ini tidak begitu berarti, karena pencampuran lemak dan enzim mutlak memerlukan ester-cholesterol yang dihasilkan oleh empedu yang disekresikan ke duodenum.

Ø Lipase pankreas yang dibantu oleh cholesterol yang dihasilakan empedu

Lipase pankreas dihasilkan untuk hidrolisis lemak menjadi asam lemak, tetapi umumnya enzim bersifat hidro filik dan lemak bersifat hidrofobik sehingga tidak dapat mencampur dan bereaksi. Untuk itu diperlukan ester-cholesterol yang dapat menjadi emulgator agar lemak dan ezim dapat bercampur.

Setelah berhasil lemak akan diserap dan diangkut ke dalam darah. Karena lemak tidak larut air maka transportasinya memerlukan protein plasma yaitu kilomoikron, LDL (low density lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein).


3.           Protein.

Protein adalah komponen penting pertumbuhan karena sebagian besar sel terdiri dari protein. Begitupun sistem imun dan protein plasma, semuanya mutlak membutuhkan protein.
            Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino. Berikut ini adalah enzim yang         mempengaruhi pencernaan protein :
Ø Enzim pepsin

Enzim pepsin berfungsi untuk mencerna poli protein menjadi lebih sederhana, pepsin dihasilkan oleh lambung dan bekerja optimal pada pH asam (2-3) dan tidak bekerja sama sekali dalam pH di atas 5.

Pepsin memiliki kemampuan untuk mencerna kolagen.

Ø HCl

HCl dalam lambung membantu menesuaikan pH lambung agar pepsin dapat bekerja makasimal.

Ø Tripsin, kimotripsin, dan karboksi polipeptidase

Tripsin, kimotripsin dan karboksi polipeptidase dihasilkan oleh pankreas yang melanjutkan peranan pepsin dan memecah protein menjadi lebih kecil lagi. Umunya saat meninggalkan lambung, protein masih berbebentuk proteosa, pepton dan olipeptida besar,kimotripsin dan tripsin dapat memecah protein menjadi polipeptida kecil dan karboksipolopeptidase dapat menghasilkan asam amino dari ujung karboksil polipeptida.

Telah disebutkan semua enzim yang mempengaruhi pencernaan karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu terdapat juga enzim lain sepeti renin pada gaster untuk memecah susu, dan enzim karnitin pada otot untuk memasukan asam lemak bebas hasil lipolisis ke dalam mithondria untuk proses beta-oksidase.

Telah disebutkan diatas, bahwa pencernaan juga dipengaruhi oleh hormon-hormon. Berikut adalah hormon hormon yang dapat mempengaruhi pencernaan.

1.           Human Growt Hormone (hGH)

hGH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang merupakan hormon pertumbuhan.

hGH memiliki efek untuk cenderung meningkatkan glikogenolisis pada hati, lipolisis pada jaringan adiposa sehingga menimbulkan kelaparan sel seiring meningkatnya gula darah. Akan dihasilkan hormon stress yang merangsang rasa lapar.
hGH juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan uptak asam amino pada sel dan mempercepat pembelahan sel.

2.           Hormon tiroid

Hormon tiroid bekerja seiring dengan hormon pertumbuhan, hormon tiroid adalah hormon metabolisme yang dapat meningkatkan pemakaian karbohidrat, protein dan lemak untuk metabolisme yang menghasilkan energi, panas, dan ATP. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar tiroid dengan rangsangan TSH dari hipofisis
Kelebihan hormon tiroid atau hipertiroid dapat menyebabkan metabolisme meningkat, tubuh menjadi panas, tremor dan kebutuhan makanan meningkat, tetapi berat badan tetap rendah karena makanan hanya menjadi energi untuk panas dan gerakan pada saat tremor.

3.           Parathormon (PTH)

Patahormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid yang memiliki defek pada pengaturan kadar kalsium. Saat tubuh kekurangan kalsium, maka parathormon dapat meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus.

4.           Insulin

Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah. Defek insulin pada pencernaan adalah, ketika gula darah meningkat, maka insulin akan menghambat absorbsi glukosa pada usus halus dan menginduksi lipogenesis dan glikogenogenesis.

5.           Hormon adrenalin, dan nor adrenalin.

Sistem pencernaan dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom yang kerjanya dipengaruhi oleh hormon hormon ini. Efeknya dapat ke syaraf simpatis atau parasimpatis yang dapat meningkatkan atau menurunkan motilitas usus, meningkatkan atau menurunkan sekresi asam lambung dan efek efek lainya.

6.           hormon lainya

Terdapat berbagai hormon yang berefek menghambat atau meningkatkan hormon lainya, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pencernaan. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno


3)    ORGAN-ORGAN PENCERNAAN PADA MANUSIA

Organisasi Sistem Digestoria ( organ-organ pencernaan)
Tersusun atas 2 komponen utama
Ø  Traktus digestoria / saluran pencernaan
v  Cavitas oris
v  Oesophagus
v  Ventriculus
v  Intestinum tenue
v  Intestinum crassum
v  Anus
Ø  Glandula digesti asesorius
v  Gigi
v  Lidah
v  Glandula salivarius
v  Hepar & Gallbladder
v  Pancreas

Alurnya sebagi berikut : mulut, faring, esopagus, ventriculum, duodenum, jejenum, ileum, caecum, colon ascendens, colon transversum, colom descendens, colon sigmoid, rectum, anus. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno



4)    MEKANISME LAPAR dan KENYANG
Kontrol dari keseimbangan energi dan asupan makanan adalah fungsi utama dari hipotalamus. Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat nafsu makan yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, satu di setiap sisi, dan satu pasang pusat kenyang yang terletak di daerah ventromedial (bawah-tengah). Arcuate nucleus adalah kumpulan neuron yang berbentuk seperti busur yang terletak berbatasan dengan dasar dari ventrikel ketiga. Arcuate nucleus dari hipotalamus memegang peranan utama baik dalam long term control dari keseimbangan energi dan berat tubuh dan juga dalam short term control dari asupan makanan. Begitu terintegrasinya dan banyaknya jalur yang melewati arcuate nucleus mengindikasikan bahwa begitu kompleksnya sistem yang terlibat dalam nafsu makan dan rasa kenyang. Sinyal dari nafsu makan akan membangkitkan sensasi dari rasa lapar yang menyebabkan kita makan. Sebaliknya rasa kenyang akan menyebabkan kita berhenti makan.
Arcuate nucleus mempunyai dua subset neuron yang memiliki fungsi berlawanan. Satu subset mengeluarkan neuropeptida Y dan yang lain mengeluarkan melanocortins. Neuropeptida Y adalah suatu stimulator nafsu makan yang paling potensial yang akhirnya mengakibatkan adanya peningkatan asupan makanan yang juga akan meningkatkan berat badan. Melanocortins adalah sekumpulan hormone yang secara tradisonal diketahui memiliki fungsi penting untuk memfariasikan warna kulit untuk tujuan penyamaran pada beberapa spesies. Saat ini, telah diketahui ternyata melanocortins memiliki peranan tak terduga dalam homeostatis energy. Melanocortins yang dikenal dengan nama α melanocyte stimulating hormone menekan rasa lapar yang akhirnya mengurangi asupan makanan dan menyebabkan berkurangnya berat badan. Melanocortins tidak berfungsi untuk pewarnaan kulit pada manusia. Peranan pentingnya dalam tubuh kita hanyalah menekan nafsu makan sebagai respons terhadap meningkatnya cadangan lemak. Tetapi Neuropeptida Y dan Melanocortins bukanlah efektor terakhir dalam control nafsu makan. Messenger kimia pada arcuate nucleus ini sebaliknya mempengaruhi pengeluaran neuropeptida pada bagian lain dari otak yang memberikan pengaruh langsung pada asupan makanan.
Ada 2 jenis proses pengaturan asupan makanan, yaitu long term dan short term regulation.
Ø Short Term Regulation
Short term regulation memiliki arti pengaturan dari asupan makanan yang berhubungan dengan banyaknya jumlah makanan yang dapat diproses oleh sistem gastrointestinal dalam periode waktu yang diberikan. Misalnya, apabila seseorang melebihi kapasitas GI tractnya maka ia akan menjadi sakit. Maka dalam proses makan, ada dua mekanisme yang akan mencegah terjadinya kelebihan makanan.
1)      “Metering” makanan saat melewati mulut
2)      Reflex yang disebabkan oleh terjadinya pelebaran GI tract bagian atas.

Metering makanan memiliki arti reseptor sensoris pada mulut dan faring mendeteksi banyaknya jumlah kunyahan, air liur, penelanan dan perasaan sehingga dapat mengkuantitasikan jumlah makanan yang melewati mulut. Dalam suatu cara yang sampai sekarang masih belum dimengerti, informasi ini akan diteruskan ke pusat pengaturan makan di hipotalamus untuk menghambat rasa lapar hingga 30 menit sampai satu jam, tetapi tidak lebih. Demikian juga begitu makanan mengisi lambung dan bagian lain pada GI tract bagian atas, impuls sensoris visceral (disebabkan terutama karena pelebaran usus) ditransmisikan ke pusat makan dan menghambat nafsu makan. Melalui cara ini kelebihan makanan pada GI tract dapat dihindari.
Dua peptide yang penting dalam kontol short-term dari asupan makanan telah dapat didentifikasi, yaitu ghrelin dan peptide PYY3-36 yang merupakan stimulator untuk rasa lapar dan kenyang secara berurutan. Keduanya dihasilkan dalam GI tract. Ghrelin, yang disebut juga hormone rasa lapar, adalah suatu stimulator nafsu makan potensial yang dihasilan oleh lambung dan diatur oleh status asupan makanan. Sekresi dari Ghrelin mencapai puncaknya sesaat seblum makan dan mulai menurun pada saat makanan masuk ke mulut. Ghrelin menstimulasi nafsu makan dengan mengaktifkan neuron yang menghasilkan NPY.
PYY3-36 memiliki peranan yang berlawanan dengan ghrelin. Sekresi PYY3-36 yang dihasilkan oleh usus, mencapai level terendahnya sebelum makan tetapi meningkat selama makan dan mensinyalkan rasa kenyang. Peptida ini bertindak dengan menghambat pengaktivasian neuron yang menskresikan NPY pada arcuate nucleus.

Ø LHA danPVN
Dua area pada hipotalamus disupply oleh akson yang berasal dari neuron yang mensekresikan NPY dan melanocortin. Namun, ada area neuronal di luar arcuate nucleus yang juga terlibat dalam keseimbangan energi dan asupan makanan, yaitu area lateral hipotalamus (LHA) dan paraventricular hypothalamic nucleus (PVN). LHA dan PVN mengeluarkan sinyal kimia sebagai respon terhadap input dari neuron-neuron di arcuate nucleus. LHA memproduksi dua neuropeptida yang sangat dekat dan berhubungan, yaitu orexins, yang merupakan stimulator potensial untuk nafsu makan. NPY menstimulasi sedangkan melanocortins menghambat pengeluaran orexins, yang berdampak pada meningkatnya nafsu makan dan lebih banyak makanan yang dikonsumsi. Sebaliknya, PVN mengeluarkan sinyal kimia, sebagai contoh, kortikotropin releasing hormone, yang menurunkan nafsu makan dan asupan makanan. Melanocortins menstimulasi dan NPY menghambat pengeluaran nuropeptida-neuro peptide penghambat nafsu makan ini.
Berlawanan dengan peran kunci hipotalamus dalam menjaga keseimbangan energi dan long term control dari berat badan, suatu daerah pada batang otak yang disebut nucleus tractus solitaries (NTS) memproses sinyal yang penting untuk merasa kenyang. NTS dikenal sebagai pusat rasa kenyang. NTS tidak hanya menerima input dari daerah hipotalamus yang lebih tinggi, tetapi NTS juga menerima impuls afferent dari GI tract.

Ø Kolesistokinin sebagai sinyal rasa kenyang
Kolesistokinin (CCK), salah satu dari hormone dalam GI tract yang dihasilkan oleh mukosa duodenal selama proses pencernaan makanan, adalah sinyal rasa kenyang yang penting untuk mengatur jumlah makanan yang masuk. CCK dihasilkan sebagai respon atas adanya nutrient dalam usus halus. Melalui berbagai macam pengaruh, CCK memfasilitasi pencernaan dan penyerapan nutrient ini. CCK juga berkontribusi untuk menimbulkan rasa kenyang setelah makanan dikonsumsi tetapi sebelum makanan itu benar-benar dicerna dan diserap. Kita sudah merasa kenyang saat makanan yang cukup dapat melengkapi cadangan di dalam saluran pencernaan walaupun cadangan energi masih rendah. Hal ini menjelaskan mengapa kita berhenti makan sebelum makanan yang dicerna tersedia untuk memenuhi kebutuhan energy tubuh. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno


v Faktor faktor yang diduga berpengaruh dalam mengontrol pemasukan makanan antara lain:
1.     Ukuran Simpanan Lemak
Menurut teori lipostatik, peningkatan simpanan lemak di jaringan adiposa memberikan sinyal kenyang. Menurut teori ini, gliserol berfungsi sebagai sinyal yang mengalir melalui darah antara simpanan lemak dan daerah-daerah di otak yang mengontrol pemasukan makanan. Jumlah gliserol dalam darah menjadi indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida yang tersimpan di jaringan lemak. Pada teori ini, yang penting dalam penentuan lapar dan kenyang adalah presentase pengisian setiap sel lemak. Dengan demikian, orang dengan jumlah sel lemak banyak tetap merasakan lapar pada tahap orang normal merasa kenyang karena sel-sel adiposa mereka belum Kenyang.

2.     Tingkat pemakaian glukosa (Teori Glukostatik)
Menurut teori glukostatik, rasa kenyang timbul karena sinyal yang ditimbulkan oleh peningkatan penggunaan glukosa yang tersedia untuk digunakan karena zat tersebut sedang diserap dari saluran pencernaan. Setelah penyerapan makanan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
Yang mendukung teori ini adalah adanya anggapan bahwa peningkatan insulin; suatu hormon yang dilepaskan pankreas untuk merangsang penyerapan, penggunaan dan penyimpanan glukosa dan nutrien lain oleh sel, akan memberi sinyal rasa kenyang.
3.     Intensitas Produksi Kekuatan Sel (teori iskimetrik)
Teori isketrik menerangkan bahwa sinyal untuk kontrol jangka-pendek pemasukan makanan bukanlah defisit atau surplus salah satu nutrien utama, misal glukosa, tetapi berkaitan dengan besarnya produksi tenaga sel (ATP). Perubahan ketersediaan salah satu atau semua nutrien untuk sel dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kecepatan pertukaran ATP/ADP, yang dapat ditransduksikan menjadi semacam kekuatan sinyal saraf atau sinyal hematogen rendah (rasa lapar) atau yang tinggi (rasa kenyang).
4.     Tingkat Sekresi Kolesistokinin
Terdapat banyak bukti yang menyatakan kolesistokinin(CCK) ; hormon saluran pencernaan yang dikeluarkan dari mukosa duodenum selama ingesti makanan, merupakan sinyal rasa kenyang yang penting. Kolesistokinin dikeluarkan sebagai respon terhadap adanya nutrien di usus halus. Melalui berbagai efek pada salurn pencernaan CCK mempermudah pencernaan dan penyerapan nutrien-nutrien tersebut.
5.     Pengaruh Neurotransmitter
Berbagai sirkuit saraf di otak tampaknya ikut berperan dalam mengontrol perilaku makan. Pada hewan percobaan dengan otak yang dipajankan ke berbagai neurotransmitter telah dibuktikan menginduksi pola pemasukan makanan. Sebagai contoh norepinefrin dan neuropeptida Y meningkatkan konsumsi karbohidrat sementara dopamin dan serotonin menekan konsumsi karbohidrat. Bagaimana pengeluaran berbagai neurotransmitter ini dikaitkan dengan kontrol pemasukan makanan masih belum jelas
6.     Pengaruh Psikososial
Selain faktor-faktor involunter yang dapat timbul secara otomatis di atas, kebiasaan makanan seseorang juga dibentuk oleh faktor psikologi dan sosial. Seperti makan tiga kali sehari bukan karena lapar, namun karena kebiasaan.
Kenikmatan yang diperoleh dari makan dapat memperkuat perilaku makan. Makan makanan dengan rasa lezat, aroma menggugah selera, dan bentuk menarik dapat meningkatkan nafsu makan dan pemasukan makanan. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada tikus-tikus yang ditawari berbagai makanan manusia yang lezat. Tikus-tikus itu makan berlebihan sampai sebanyaj 70%-80% dan mengalami kegemukan.
Stres, rasa cemas depresi dan rasa bosan juga dibutikan mengubah perilaku makan melalui cara-cara yang tidak berkaitan dengan kebutuhan energi, baik pada hewan percobaan dan manusia. Dengan demikian, setiap penjelasan menyeluruh mengenai bagaimana pemasukan dikontrol harus memperhitungkan tindakan-tindakan mengkonsumsi makanan secara volunter tersebut yang dapat memperkuat atau mengalahkan sinyal-sinyal internal yang mengatur perilaku makan. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno

5)    MEKANISME DEFEKASI
Dengan kata lain adalah mekanisme "buang hajat". Semua diawali dengan adanya feces di colon sigmoideum, saat jumlah feces sudah melebihi kapasitas penyimpanan di colon sigmoideum, maka feces akan turun menuju ke rectum. Rectum biasanya kosong dan hanya terisi saat akan memulai defekasi. Dinding rectum mempunyai reseptor regangan yang dipersarafi oleh serabut viscero sensible parasymphatis segmen sacral 2-4. Rangsang yang diterima oleh reseptor regangan akan menjalar di serabut saraf, kemudian masuk ke cornu posterior medulla spinalis dan akan naik ke otak. Rangsang akan diproses di otak, apakah akan ditahan atau meneruskan proses defekasi.
Jika kita memutuskan untuk menahan defekasi, maka impuls akan turun menuju cornu anterior medulla spinalis segmen sacral 2-4 yaitu ke nervus pudendus yang mensarafi m. levator ani, lalu terus menuju ke cabangnya yaitu nervus rectalis inferior yang mensarafi musculus sphincter ani externus dan. Hal ini menyebabkan m. sphincter ani externus dan m. levator ani berkontraksi untuk menahan defekasi.
Jika kita memutuskan untuk meneruskan proses defekasi, maka impuls akan turun menuju ke berbagai saraf:
  • N. facialis (VII) untuk mengkontraksikan otot2 wajah.
  • N. vagus (X) untuk menutup epiglottis.
  • n. Phrenicus untuk memfiksasi diapraghma.
  • nn. Thoracales segmen yang berhubungan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding abdomen.
  • n. splanchnicus pelvicus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani internus.
  • n. pudendus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani externus dan m. levator ani.
  • n. ischiadicus, untuk mengkontraksikan otot-otot hamstring.
Penutupan epiglottis dan kontraksi otot-otot dinding abdomen berfungsi untuk meningkatkan tekanan intra abdominal, sehingga mendukung pengeluaran feces. Selanjutnya feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tunica mucosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anus mendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat tonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta penarikan ke atas oleh m. puborectalis (bagian dari m. levator ani). Kemudian lumen canalis analis yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno

Author : Vly, D2t, Ek4, Fno
REFERENCES :
o   Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007.
o   Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 5th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 1979.
o   Diktat systema urogenital FK UNDIP.
o   Anatomi klinik Snell.
o   Slide kuliah faal digestive FK UNDIP.
o    Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems. 5th ed. California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
o   SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3rd ed. San Francisco: Pearson Education.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar