Aloha
teman-teman..Besok pas tutorial kita bakal liat Power point
yah?hmmmm. tapi Untungnya
udah ada bocoran skenarionya di Els,,,jeng..jeng skenario kali ini membahas
tentang DIARE.
Silahkan di baca dan
semoga bermanfaat..^0^,, semangat..:DD
Etiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja. Bayi mengeluarkan air dalam tinja kira – kira 59/kg BB/hari. Diare didifinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya (buang air besar) ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya, lazimnya 3 kali atau lebih dalam satu hari.. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang parah.
Dokter akan
menanyakan apa yang kita makan atau minum baru-baru ini, dan apakah kita baru
melakukan perjalanan. Contoh kotoran dapat dites untuk tanda bakteri atau
parasit. Dokter mungkin mengulangi tes ini jika pertama kali tidak ada tanda
apa pun. Mungkin darah atau air seni kita juga dites. Jika tes ini tidak
menunjukkan penyebab diare, dokter mungkin akan mengamati aliran pencernaan
kita dengan alat khusus. Nama proses ini tergantung pada di mana dokter
melihatkan. ‘Endoskopi’ adalah istilah umum untuk ‘lihat ke dalam’.
‘Kolonoskopi’ berarti dokter memeriksa kolon (usus besar). Penyebab kurang
lebih sepertiga kasus diare tidak dapat ditentukan. Menurut data
Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita
di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu
anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000
balita meninggal karena Diare.
Diare di bawah ini biasanya
diperlukan pengawasan medis:
- Diare pada balita
- Diare menengah atau berat pada anak-anak
- Diare yang bercampur dengan darah.
- Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
- Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam,
kehilangan berat badan, dll.
- Diare pada orang bepergian (kemungkinan
terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
- Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut
kesehatan mental.
Jenis Diare
- Diare Akut
Diare akut adalah diare yang
terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat. Penyebabnya sebagai
berikut.
1. Gangguan jasad renik atau
bakteri yang masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam
lambung.
2. Jasad renik yang berkembang
pesat di dalam usus halus.
3. Racun yang dikeluarkan oleh
bakteri.
4. Kelebihan cairan usus akibat
racun.
— Diare Kronis atau Menahun atau
Persisten
Pada diare menahun (kronis),
kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa faktor yang menimbulkannya,
terutama jika sering berulang pada anak.
1. Gangguan bakteri, jamur, dan
parasit.
2. Malabsorpsi kalori.
3. Malabsorpsi lemak.
Penyebab
Diare.
Diare bukanlah penyakit yang
datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare.
Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu diare dapat disebabkan
olehinfeksi pada perut atau usus. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri,
parasit, jamur atau virus. Parasit cryptosporidium atau microsporidiummenyebabkan
diare yang terjadi pada banyak Odha. Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun
di AS sejak terapi antiretroviral (ART) dipakai. Obat ARV: Beberapa
jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare. Hal ini sering
berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan
interferon alfa.
Penyebab lain, penggunaan
antibiotik dapat membunuh bakteri “baik” dalam perut dan usus, yang
mengakibatkan diare. Diare juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan mencerna
produk susu (intoleransi laktosa), oleh masalah pankreas, atau oleh stres
emosi. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada
dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang
jelas dari rapuhnya tulang. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab
anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya
jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu
formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus..
Karena tak tahan terhadap
makanan tertentu, misalnya : si anak tak tahan meminum susu yang mengandung
lemak atau laktosa. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari
luka, penyakit, alergi (fructose,lactose), penyakit dari makanan atau kelebihan vitamin C dan
biasanya disertai sakit perut, dan seringkali enek dan muntah.
Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan
definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang
melebihi 200 gram per hari.
Selain itu juga dapat
disebabkan oleh konsumsi alkohol yang
berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan.Perawatan untuk
diare melibatkan pasien mengkonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk
menyediakan garam yang
dibutuhkan dan sejumlah nutrisi.
Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan
diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus
halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit
di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus
besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.Sebenarnya usus
besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan
dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi
akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi
dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh
tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna
laktosa yang terkandung susu sapi.Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI.
Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI
terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena
langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan
dot.
Mekanisme
timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan
kapang bisa menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan
diare dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh
mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang
disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah
diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang
dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya.
Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih
dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali
sehari.
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi
dengan beberapa mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari
fluida dan elektrolit, seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan
menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif.
Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan
dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini
dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan
diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli.
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan
daya dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara
permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin
secara langsung distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh
patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida.
Pada umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama
diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai
akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen.
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen
menginduksi kerusakan mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa.
Sebaran, karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar
organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh
pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara
mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya
menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan
mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya
difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal
sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi
yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali
menyertai kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan
dan penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada
permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau
kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal
karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi
difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa
dihambat dengan berpuasa.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin.
Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat
mengatasi pertahanan mukosa usus.
Adhesi.
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan
antara struktur polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik
pada permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut
juga sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih
sering ditemukan pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC)
Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksiEnteropatogenic
E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF),
menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur
sitoskleton di bawah membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif
tidak terlihat pada infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga
like toksin.
Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola
agregasi yang terlihat pada jenis kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atauEHEC.
Invasi.
Kuman Shigella melakukan invasi
melalui membran basolateral sel epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi
di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan
reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat
dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat
vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga
yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala
sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri
lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang
dihasilkan oleh Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik.
Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E.
Coli (EHEC)serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan
sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V. Parahemolyticus.
Enterotoksin.
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera
atau Cholera toxin (CT) yang secara biologis sangat aktif
meningkatkan sekresi epitel usus halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit
A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase,
meningkatkan konsentrasi cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi
Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada
sel kripta mukosa usus.
ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang
mekanisme kerjanya sama dengan CT serta heat Stabile toxin (ST).ST
akan meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi
protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida.
Peranan Enteric Nervous System (ENS)
Berbagai penelitian menunjukkan peranan refleks neural
yang melibatkan reseptor neural 5-HT pada saraf sensorik aferen, interneuron
kolinergik di pleksus mienterikus, neuron nitrergik serta neuron sekretori
VIPergik.
Efek sekretorik toksin enterik CT, LT, ST paling tidak
sebagian melibatkan refleks neural ENS. Penelitian menunjukkan keterlibatan
neuron sensorik aferen kolinergik, interneuron pleksus mienterikus, dan neuron
sekretorik tipe 1 VIPergik. CT juga menyebabkan pelepasan berbagai sekretagok
seperti 5-HT, neurotensin, dan prostaglandin. Hal ini membuka kemungkinan
penggunaan obat antidiare yang bekerja pada ENS selain yang bersifat
antisekretorik pada enterosi.
Gejala Diare
Khas berak-berak air (watery), berbusa, tidak ada
darah atau lendir, dan berbau asam. Penularan penyakit diare adalah
kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
- Makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor.
- Bermain dengan mainan
yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan /
apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
- Pengunaan sumber air yang
sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
- Pencucian dan pemakaian
botol susu yang tidak bersih.
- Tidak mencuci tangan
dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak
yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang
dipegang.
Akibat Diare
Risiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika kita
diare, kita dapat hilang lima liter air setiap hari. Bersama dengan
air ini, kita juga menghilangkan zat mineral (‘elektrolit’) yang penting untuk
fungsi tubuh normal. Elektrolit utama adalah natrium dan kalium.Dehidrasi parah
dapat menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan. Dehidrasi
adalah lebih berat untuk balita dan anak dibandingkan orang dewasa.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian
Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan
bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin.
Diare juga dapat merupakan gejala dari penyakit yang
lebih serius, seperti disentri, kolera, atau botulisme dan dapat juga
merupakan tanda dari sindrom kronis seperti penyakit Crohn
Penanganan
Karena penyebab diare tersering adalah Virus, maka tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan
sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini ditujukan untuk
mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau kurang cairan.
Diare dapat disembuhkan hanya dengan
meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan minuman / cairan yang cukup
saja. Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk
menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan
diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan
menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.
Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan
dari tubuh, akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (14 hari)
dimana diare makin berisi dari air (watery) mulai berampas, berkurang
frekuensinya dan sembuh. Yang terpenting pada diare adalah mencegah dan
mengatasi gejala dehidrasi.
Pengobatan
Ada baiknya anda berkonsultasi dengan dokter dan
meminta obat yang tepat untuk anda, karena setiap orang memiliki karakteristik
masing-masing dalam pemilihan obat. Rumah sakit, dokter praktek, puskesmas atau
balai pengobatan lain yang sesuai izin depkes adalah pilihan yang tepat karena
memiliki dokter yang baik dengan obat-obatan yang baik pula. Bila anda ragu
datangi saja dokter lain untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Setalah
mendapatkan obat minumlah obat itu sesuai dosis yang waktu yang telah ditentukan.
Biasanya dokter akan memberikan obat mules, obat mencret, vitamin dan
antibiotik. Untuk obat mules dan mencret sebaiknya diminum jika perut mulas dan
diare saja dan hentikan jika sudah berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk
antibiotik wajib dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati total
dan tidak membentuk resistensi. Untuk vitamin terserah anda mau dihabiskan atau
tidak, akan tetapi tidak ada salahnya jika dihabiskan karena vitamin baik untuk
anda asalkan tidak berlebihan.
Minumlah garam ORALIT untuk mencegah terjadinya
kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Minumkanlah cairan oralit
sebanyak mungkin penderita mau. 1 bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1
gelas air masak (200 cc). Pengobatan dengan oralit merupakan penemuan terbesar
jaman ini menurut WHO. Tetapi banyak dokter dan pasien tidak sadar untuk
memakai obat sederhana ini dari mulanya. Hal ini agaknya disebabkan karena
oralit tidak langsung dirasakan manfaatnya untuk menghentikan diare dan malah
dapat menginduksi muntah. Semua ini terjadi karena WHO, UNICEF, dan Departemen
Kesehatan tidak memberitahu cara pemakaian oralit yang benar. Bila oralit dicampur
1 sachet dalam segelas (200 cc) air dan diteguk sekaligus maka sering penderita
akan muntah dan terasa akan buang air besar lagi. Cara minum oralit ini salah.
Yang benar ialah bahwa larutan oralit harus diteguk sedikit demi sedikit, 2-3
tegukdan berhenti 3 menit untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus dan
menggantikan garam dan cairan yang hilang dalam feses. Prosedur ini harus
diulang terus menerus sampai 1 gelas habis. Bila diare masih berlanjut secara
profus maka minum oralit harus diteruskan sampai beberapa bungkus/gelas (3-8)
sehari. Tindakan ini biasanya akan menghentikan diare dengan cepat dan efisien.
Pengobatan lain biasanya tidak diperlukan. Menghentikan diare secara artifisial
dengan obat seperti imodium tidak dianjurkan karena obat ini bekerja seperti
morfin atau kodein, yaitu menghentikan peristalsis usus, sambil membiarkan isi
usus yang kotor mengamuk didalamnya. Hal ini dapat menimbulkan mules yang luar
biasa dan pada bayi atau orang tua dapat menimbulkan kematian.Bila hendak
ditambah dengan obat yang mengandung garam bismuth (misalnya bismuth salisilat
atau karbonat), attapulgit atau kaolin boleh juga asal jangan berlebihan. Garam
bismuth juga berguna untuk menghilangkan kembung yang sering menyertai diare.
Antibiotika umumnya tidak perlu diberikan karena mubazir dan dapat sering
memperpanjang masa diare.
Kalau oralit tidak ada buatlah larutan garam gula.
Ambillah air teh (masak) 1 gelas. Masukkan dua sendok teh peres gula pasir, dan
seujung sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan diberikan kepada penderita
sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak terhenti dalam sehari atau
penderita lemas sekali bawalah segera ke Puskesmas.
Pengobatan. Obat dipakai untuk mengobati diare
tergantung pada jenisnya. Dokter tidak dapat meresepkan obat tanpa dia
mengetahui penyebab diare kita. Beberapa obat dapat diperoleh tanpa resep, di
antaranya ada yang sangat baik untuk diare, termasuk asam amino Lglutamin,
bismuth subsalisilat, atapulgit dan loperamid. Beberapa produk lain yang
biasanya dijual untuk mengobati sembelit juga dapat membantu dengan diare.
Produk ini mengandung serat larut, yang menambah besarnya kotoran dan menyerap
air. Produk ini termasuk produk yang mengandung psylium
Obat anti diare
Tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin,
pektin,difenoksilat (Lomotil). Tidak satu pun daripada obat-obat ini memberi
efek positif pada patofisiologi. Penelitian baru-baru ini memberi petunjuk
bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus justru akan memperpanjang
lamanya enteritis karena infeksi.
Obat anti mikroba
Pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan, bahkan
hal ini akan mengubah flora usus dan menimbulkan keadaan diare menjadi
lebih buruk. Untuk membersihkan isi usus anak dengan infeksi usus karena
bakteri, fungsi peristaltik ternyata lebih efektifP Walaupun pada anak
lebih besar antibiotik sebaiknya tidak diberikan, namun padaneonatus, anak
yang sakit serius (sepsis atau lainnya), anak dengan defisiensi imunologi
dan anak dengan protracted diarrhoea yang sangat
berat, dianjurkan tetap diberikan. Di samping itu, antibiotik masih
dianggap berguna pada blind loop syndrome. Metronidazole
merupakan obat yang efektif dan aman untuk Giardia lamblia dan
bakteri anaerob yang sering terdapat pada blind loop syndrome.
Kortikosteroid
Anak dengan kolitis ulserativa, paling tidak pada
seranganpertama memberi respons baik hanya terhadap enema steroid,
beberapa anak mendapat kombinasi steroid rektal dan sistemik.
Imunosupresif
Obat imunosupresif (azathioprine) digunakan pada
penya-kit Crohn dan ini pun hanya diberikan bila pengobatan konvensional
tidak mungkin. Efek samping segera yang terbanyak ialah penekanan sumsum
tulang; karena itu pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan darah
secarateratur.
Kolestiramin
Penggunaan kolestiramin pada diare kronik, teiutama
untuk malabsorpsi asam empedu (pada reseksi akhir ileum) dan pada infeksi
usus karena bakteri (untuk mengikat endotoksin) sangat bermanfaat
Operasi
Bila diare kronik terjadi pada kasus-kasus bedah
sepertimisalnya penyakit Hirschsprung, enterokolitis nekrotik, maka sering
terdapat indikasi untuk melakukan operasi. Tindakan ini hendaknya
dilakukan setelah keadaan umum pasien membaik.
Suntikan vaksin Rotavirus
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop
(Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus
kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat oral tapi juga melalui
saluran pernafasan. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa
diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut). Sayangnya di Indonesia,
vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus generasi awal itu
strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang sudah
ada di negara lain bisa digunakan. Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia
berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat ditemukan di India. Saat ini
Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh dan Filipina,
sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan Amerika vaksinasi rotavirus
termasuk diwajibkan.
Sementara itu di Indonesia, vaksinasi rotavirus belum
ada. Rotavirus diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang
masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali vaksin. Jika digunakan massal, bisa
lebih murah sebagaimana hepatitis B. Saat ini vaksin rotavirus buatan Merck dan
GSK sudah masuk proses izin di BPOM. Apabila disetujui Badan POM (Pengawas Obat
dan Makanan), selanjutnya menyiapkan delapan rumah sakit (enam rumah sakit
pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD Purworejo) untukpost marketing
surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi diare
akibat rotavirus.
Terapi alternatif untuk diare.
Kapsul asidofilus (yang mengandung bakteri yang
membantu) dapat memulihkan pencernaan, terutama bila kita memakai antibiotik.
Beberapa macam yoghurt mengandung ‘biakan hidup’ asidofilus yang berkerja
dengan cara sama. Peppermint, jahe dan pala dianggap membantu masalah
pencernaan, jadi teh peppermint atau jahe, atau soda dengan jahe adalah pilihan
yang baik untuk ‘cairan bening’. Coba tambah pala pada makanan atau minuman.
Penelitian menunjukkan bahwa tambahan kalsium bantu meringankan diare pada
orang yang memakai nelfinavir. Ini mungkin berhasil dengan diare yang
disebabkan obat lain.
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk
menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut.
Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien
kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan
hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium
bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Jumlah cairan
seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan
dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan
rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½
sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang
atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum
cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika
terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal
atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana
panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan
memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus
jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera
mungkin. cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar
dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :
BD plasma, dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan
(Kg) X 4 ml 0,001
Metode Pierce berdasarkan keadaan
klinis :
- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang
diberi penilaian/skor. Skor Daldiyono
- rasa haus/muntah 1
- Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
- Tekanan darah sistolik <>
- Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1
- kesadaran apatis 1
- Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
- Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
- Facies cholerica 2
- Vox cholerica 2
- Turgor kulit menurun 1
- Washer’s woman’s hand 1
- Ekstremitas dingin 1
- Sianosis 2
- Umur 50-60 tahun -1
- Umur > 60 tahun -2
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter 15
Goldbeger mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan :
Cara I :
- Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis
dehidrasi lainnya,maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu
itu.
- Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit
cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu.
- Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik
yang jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka defisit cairan
sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 – 7 liter pada orang dewasa dengan berat badan
50 Kg.
Cara II :
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka
kehilangan berat badan 4 Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4
liter.
Cara III :
Dengan menggunakan rumus :
Na2 X BW2 = Na1 X
BW1, dimana :
Na1 = Kadar Natrium plasma normal
BW1 = Volume air badan normal,
biasanya 60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk wanita
Na2 = Kadar natrium plasma sekarang
BW2 = volume air badan sekarang
Menurut Keputusan Seminar Nasional Pemberantasan Diare
prinsip tata laksana diare adalah sebagai berikut :
- Rencana Terapi A (Terapi
diare tanpa dehidrasi di rumah) :
Dalam tatalaksana diare di rumah: Jika anak tidak
diberi ASI maka susu formula tetap diberikan. Jika berumur kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat makanan padat berikan susu formula selang-seling dengan
Oralit/cairan rumah tangga.
- Rencana Terapi B (Terapi
diare dengan dehidrasi ringan/sedang) :
- Dalam pemberian cairan Oralit pada 4 jam
pertama : untuk anak di bawah usia 6 bulan yang tidak diberi ASI, berikan
100-200 ml susu selang-seling dengan Oralit/cairan rumah tangga.
- Dalam mengobservasi anak dan membantu ibu
memberikan cairan Oralit, bila mata sembab pemberian Oralit dihentikan.
- Rencana Terapi C (untuk
diare dengan dehidrasi berat) : Terapi intravena Ringer Laktat bila
diperlukan pada bayi setelah 1 jam pertama, diberikan 30 mg/kg dan dapat
dilanjutkan untuk 5 jam berikutnya 70 mg/kg berat badan. Untuk anak-anak
dan dewasa diberikan Ringer Laktat secara intravena dengan dosis 100 mg/kg
berat badan. Obat-obat lain yang sering dikombinasikan dengan Oralit pada
diare akut adalah Tetrasiklin, Trimetoprim, Metronidazol.
Pencegahan Diare
Pencegahan diare pada anak:
- Penanganan Yang terbaik
adalah tetap memberikan makanan dan minum (ASI) seperti biasa. Bila
sudah disertai muntah, untuk pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte
( oralit unutk anak-anak dengan beberapa rasa). Kurangi makanan yang
mengandung terlalu banyak gula. Ingat memang tidak mudah memberikan anak
cairan yang agak terasa asin ini, bahkan beberapa anak akan menolaknya.
Tapi bersabarlah dan tetap berusaha mencari jalan supaya anak dapat
meminum cairan ini.
- Dan yang paling terpenting
adalah membuat anak kembali kemakanan padatnya (susu formulanya/ASI)
karena ini adalah yang terbaik untuk mengobati diarenya. Karena sel-sel
usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali.
Penelitian menyatakan bahwa pemberian makanan seperti biasanya akan
memperpendek masa waktu gejala dari diare ini.
- Teruskan Pemberian Air Susu
Ibu (ASI) Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab,
di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya,
anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI,
imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare.
- Perhatikan kebersihan dan
gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi
berusia 4 bulan.
- Karena penularan kontak
langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan
dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk si kecil.
- Ingat untuk menjaga
kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan
perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
- Hubungi dokter anda, bila:
- Diare disertai darah, perlu pengobatan spesifik
dengan antibiotika.
- Adanya tanda-tanda dehidrasi ( tidak ada air
mata ketika menangis, kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam,
mulut kering)
- Adanya panas tinggi (.38.5C) yang tidak turun
dalam 2 hari.
- Muntah terus menerus - tidak dapat masuk
makanan / asi.
- Adanya sakit perut – kolik, pada bayi akan
menangis kuat dan biasanya menekuk kaki, keringatan dan gelisah.
Beberapa cara mencegah diare:
- Mengubah apa yang kita
makan.Beberapa jenis makanan dapat mengakibatkan diare, dan yang lain
dapat membantu menghentikannya. Hindari makan makanan yang berserat
seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan
memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita
susah buang air besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah
serat dah halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin.
Di sini nasi akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur
asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai
zat pembangun tubuh.
- Jangan makan:
- produk susu (susu atau keju)
- masakan yang digoreng
- makanan berlemak termasuk mentega, margarin,
minyak atau kacang
- makanan pedas
- makanan yang mengandung banyak serat yang tidak
larut. Ini termasuk buah-buahan atau sayuran mentah, roti gandum, jagung, atau
kulit dan biji buahan
- Sebaiknya makan:
- Pisang
- nasi putih
- saus apel
- sereal
- roti tawar bakar atau biskuit kraker
- makaroni atau mie
biasa
- telur rebus
- bubur gandum
- kentang rebus
tumbuk
- yoghurt (walau ini produk susu, makanan ini
sebagian dicernakan oleh bakteri yang dipakai untuk membuatnya)
· Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada
lima waktu penting:
- sebelum makan,
- setelah buang air besar,
- sebelum memegang bayi,
- setelah menceboki anak dan
- sebelum menyiapkan makanan;
· Meminum air minum sehat, atau air yang telah
diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi; Sering-seringlah minum air putih yang banyak karena
dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang
harus selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap setelah BAB minumlah
satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah dimasak.
· Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan
tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
· Membuang air besar dan air kecil pada
tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
· Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah
diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas.
Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid.
Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan
untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 %
efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga
melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping
yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1
kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan
dua vaksin lainnya.
· Istirahat yang cukup
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang buang-buang
air akan terasa lemah, lemas, lesu, kurang bergairah, dan sebagainya. Untuk itu
bagi anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya meminta izin sekolah atau
kantor untuk menghindari dari kemungkinan yang terburuk atau memalukan di
tempat umum. Tidur sebanyak-banyaknya namun tidak melupakan waktu makan makanan
dan obat harus teratur, banyak minum, beribadah dan berdoa dan lain-lain
PERAN SERTA MASYARAKAT
1. Tujuan
Dilaksanakannya
potensi masyarakat dalam membantu pelaksanaan program pemberantasan penyakit
diare baik dalam aspek
pelayanan/tatalaksana
penderita pencatatan penyuluhan dan pencegahan
2. Kegiatan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat
Aspak pelayanan dan
tatalaksana penderita diare
Masyarakat dapat
melakukan kegiatan antara lain:
a) Memberikan oralit
untuk dibawa pulang
b) Menunjukkan cara
memcampur oralit dan meminumkannya
c) Tatalaksana
penderita diare dirumah yaitu :
- Memberikan cairan
lebih banyak dari biasanya
- Meneruskan pemberian
makanan yang bergizi termasuk Asi
- Mengetahui
tanda-tanda penderita diare ( balita ) yang harus dibawa kesarana kesehatan (
bertambah parah,
demam, darah dalam
tinja, malas minum)
Aspek Pencatatan
- Melakukan pencatatan
tentang umur, alamat, nama penderita/KK dan jenis pertolongan yang diberikan
- Melaporkan
penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas
Aspek Penyuluhan
Masyarakat dapat
melakukan kegiatan antara lain:
- Menganjurkan
penderita dan keluarganya budaya pola hidup bersih dan sehat
- Menganjurkan
keluarga/pengasuh penderita menjaga lingkungan tempat tinggal agar selalu
bersih
- Menganjurkan
keluarga/pengasuh yang mempunyai bayi yang belum diimunisasi campak agar
diimunisasi di Puskesmas.
Aspek pencegahan diare
Meningkatkan motivasi
agar masyarakat melaksanakan :
- Pemberian Asi yang
baik dan benar : bayi harus disusui secara penuh selama 4 – 6 bulan
- Memperbaiki makanan
pendamping Asi : tambahkan minyaki, susu ikan/daging
- Mengunakan air
bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi
- Mencuci tangan :
sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun
- Menggunakan jamban :
memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih 10 meter dari sumber air
- Membuang tinja bayi
yang benar: buang ke jamban atau dikubur sebab tinja bayi dapat menularkan
penyakit.
- Anak diberi
imunisasi campak : salah satu akibat penyakit campak adalah diare,
Keterkaitan dengan bidang kedokteran gigi.
Dalam bidang kedokteran gigi, keterkaitan antara diare
dan masalah dalam kedokteran gigi sebenarnya bukan faktor utama, namun adanya
diare sebagai faktor sekunder. Diare adalah masalah umum untuk orang dengan
HIV. Manifestasi dari HIV dapat kita amati dalam rongga mulut pasien. Jadi,
seorang dokter gigi dapat menjadikan diare sebagai diferensial diagnosa. Diare
biasanya disebabkan infeksi pada sistem pencernaan. Stres, beberapa obat dan
masalah pencernaan produk susu juga dapat menyebabkan diare. Akibat yang paling
berat adalah dehidrasi. Ini merupakan masalah lebih gawat untuk anak
dibandingkan orang dewasa. Jika kita diare, kita sebaiknya minum banyak cairan
bening. Kita juga dapat memakai cairan elektrolit.
Kasus timbulnya diare pada saat gigi anak erupsi
sering kali ditemukan. Namun, diare pada anak tidak ada hubungannya secara
langsung dengan gigi susu yang akan keluar. Kemungkinan, diare terjadi akibat
suhu tubuh yang meningkat atau kuman dan bakteri yang masuk ke saluran cernanya
akibat menggigit-gigit sembarang benda (baik yang bersih maupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
http://www.dinkes.nad.go.id/dinkes/uploadfiles/data2006/artikel_dinkes/apakah_diare_itu.pdf .www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/prediksi.pdf.
http://www.foxitsoftware.
Semoga bermanfaat...^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar