Tutorial Skenario 5 Blok 9
Author : Yulia Rachmi Widiastuti
GEJALA
YANG DIALAMI PASIEN :
·
Nyeri hebat di perut kanan bawah sejak tadi
malam
·
Demam
·
Mual
·
Muntah
·
Konstipasi
·
Siklus menstruasi tidak teratur : 2 bulan tidak
menstruasi
Dari gejala yang dialami pasien,
keluhan-keluhan yang dialami pasien menyerupai gejala dari penyakit radang usus
buntu (Appendicitis). Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai Appendicitis,
yaitu :
A.
GEJALA
Simptom dari appendicitis meliputi :
Simptom dari appendicitis meliputi :
·
Nyeri abdomen, pertama disekitar umbilicus
kemudian pindah ke bagian kanan bawah
·
Hilang nafsu makan
·
Nausea
·
Vomiting
·
Konstipasi atau diare
·
Tidak bisa buang gas (kentut)
·
Demam yang tidak tinggi yang dimulai setelah
symptom lain muncul
·
Abdomen bengkak/membesar
Pasien dengan
kondisi khusus bisa saja tidak memiliki symptom yang ada di atas dan bisa saja
hanya merasa perasaan tidak enak badan biasa. Pasien dengan kondisi tersebut
meliputi :
·
Orang yang menggunakan pengobatan
immunosuppressive seperti steroid
·
Orang yang mendapat transplantasi organ
·
Orang dengan HIV
·
Orang dengan diabetes
·
Orang dengan kanker atau sedang dalam kemoterapi
·
Orang yang obese
·
Wanita yang sedang hamil, infant dan anak-anak,
lansia dengan beberapa kondisi.
B.
PATOFISIOLOGI
dan KLASIFIKASI
Penyebab
appendicitis biasanya adalah karena obstruksi lumen appendix dan onset
berikutnya dari infeksi bakteri. Obstruksi luminal dapat disebabkan oleh
berbagai macam mekanisme dan itu menyebabkan retensi mucus. Apabila bakteri
menginfeksi, tekanan intraluminal akan meningkat, membuat gangguan aliran limfa
dan berkembang menjadi edema appendix. Proses ini menyebabkan appendicitis akut
yang ditandai dengan distensi appendix dan kongesti vascular, yang disebut juga
catarrhal appendicitis.
Apabila kondisi ini terus perlanjut, edema appendix dan kongesti vascular dapat
menjadi jelas dengan pembentukan multiple abses pada dinding dan cairan
purulent pada permukaan serosa. Kondisi ini disebut juga Appendicitis Phlegmonous.
Dan jika keadaan ini terus berkembang dan menyebabkan disfungsi sirkulasi
local, akan menjadi infarksi berseberangan dengan cabang antara mesoappendix
dan appendix, dimana supply darah tidak adekuat. Sebagai hasilnya, appendix
menjadi kongesti berwarna merah gelap dengan area nekrotik hitam, kondisi yang
disebut appendicitis
gangrenosa. Apabila dinding yang nekrosis terbentuk, appendicitis
menjadi komplikasi peritonitis
perforasi.
C.
DIAGNOSIS
Anamnesis
·
Dokter bertanya banyak pertanyaan layaknya
reporter untuk mengerti :
·
Waktu / onset
·
Lokasi/tempat sakit
·
Keparahan
·
Kuantitas
·
Gejala yang dialami
·
Riwayat penyakit dahulu
·
Riwayat penyakit keluarga
·
Obat-obatan yang sedang digunakan
·
Alergi
·
Penggunaan : alcohol, tembakau, dan obat
narkotika
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik
yang teliti adalah kunci dalam diagnosis appendicitis.
·
Vital Sign
·
Physical exam head to toe
·
Pemeriksaan abdomen : dapat membantu mengarahkan
diagnosis. Lokasi nyeri dan nyeri tekan sangat penting. Terdapat beberapa
pemeriksaan untuk mengarahkan diagnosis appendicitis :
1. Nyeri
tekan abdomen
2. Rovsing
sign : apabila ditekan di bagian kuadran kiri bawah, terasa nyeri di kuadran
kanan bawah
3. Psoas
sign : kaki kanan pasien mengangkat, melawan tangan dokter
4. Obturator
sign : kaki kanan pasien difleksikan dan
dirotasi kedalam
5. Adanya
hyperesthesia : cubit ringan di daerah kuadran kanan bawah
D.
DIAGNOSIS
BANDING
·
Kehamilan Ectopic
KET
(Kehamilan Ektopik Terganggu) adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi, dan berkembang diluar rahim, yaitu di tuba fallopi. Kehamilan
ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Gejalanya dari kehamilan ektopik
antara lain :
ü
Perdarahan vagina
ü
Menstruasi terganggu
ü
Nyeri di satu bagian tubuh
ü
Hipotensi
ü
Perasaan penekanan pada rectum
ü
Nausea
ü
Vomiting
Beberapa factor
resiko yang menyebabkan kehamilan ektopik :
ü
Kehamilan >35 tahun
ü
Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya
ü
Ada riwayat melakukan pembedahan tuba fallopi
sebelumnya, karena jaringan parut yang terbentuk bisa menghambat masuknya ovum
ke Rahim.
ü
Ada riwayat penyakit menular seksual
ü
Penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
ü
Penggunaan obat fertilitas
ü
Kelainan kongenital ang menyebabkan bentuk tuba
fallopi abnormal
Kehamilan
ektopik ini bisa menjadi diagnosis banding dari kasus ini mengingat bahwa
pasien wanita sudah 2 bulan tidak menstruasi. Kita dapat mendiagnosisna dengan
pemeriksaan palpasi pada rongga pelvis dan mengukur kadar hormone hCG (human
chorionic gonadothropin) untuk memastikan kehamilan. Namun standar baku untuk
diagnosis ini adalah dengan USG.
·
Abses Abdominal
·
Cholecystitis dan Biliary Colic
·
Konstipasi
·
Crohn Disease
·
Endometriosis
·
Gastroenteritis
·
IBD (Inflamatory Bowel Disease)
·
UTI (Urinary Tract Infection)
E.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis
Catarrhal
appendicitis harus diperlakukan secara konservatif. Hal ini didiagnosis dengan
·
pemeriksaan fisik,
·
tes darah,
·
USG, dan
·
CT,
·
atau ditandai dengan nyeri tanpa iritasi
peritoneal.
Pada
ultrasonografi, usus buntu tidak dapat divisualisasikan atau tidak diperbesar
jika terdeteksi. Pasien dengan catarrhal apendisitis umumnya harus dirawat di
rumah sakit untuk pengobatan dengan antibiotik, istirahat di tempat tidur,
terapi cairan intravena. Untuk manajemen rawat jalan, antibiotik diberikan dan
dipantau dengan ketat.
Terapi
non-surgical juga bisa berguna apabila appendectomy tidak dapat dilakukan atau
ketika appendectomy menimbulkan resiko tinggi kepada pasien.
Dalam suatu
studi mengatakan 20 pasien dengan pembuktian menggunakan USG, 95% pasien
menerima antibiotic saja, tetapi 37% dari pasien tersebut kambuh lagi
appendicitisnya dalam waktu kurang lebih 14 bulan.
2. Terapi bedah
Phlegmonous
harus diperlakukan pembedahan. Temuan ultrasonografi adalah faktor yang paling
penting untuk menentukan apakah operasi diperlukan. Selain gejala usus buntu
phlegmonous, kehadiran asites atau
abses menunjukkan perlunya untuk operasi. Diantara temuan pada pemeriksaan
fisik abdomen, adanya iritasi peritoneal sangat penting. Jika hal ini positif,
operasi dapat dilakukan.
Di bidang
operasi untuk usus buntu akut, laparoskopi appendicitis ini menarik banyak
perhatian. Prosedur ini telah menjadi didirikan di Jepang dan negara-negara
lain. Meskipun kegunaannya telah diterima secara bertahap, apakah usus buntu
terbuka konvensional itu efektif masih kontroversial, sehingga belum dianggap
sebagai terapi standar untuk usus buntu akut.
Untuk pasien,
keuntungan dari laparoskopi usus buntu
dilaporkan termasuk
·
nyeri menurun pasca operasi,
·
pemulihan lebih cepat dari otot,
·
dapat kembali beraktivitas normal,
·
jaringan parut minimal,
·
risiko rendah infeksi luka,
·
tidak ada hernia ventral,
·
dan penurunan risiko adhesi
Di sisi lain,
usus buntu terbuka
konvensional
·
jarang menyebabkan nyeri pasca operasi,
·
jarang menimbulkan jaringan parut, dan
·
jarang timbul hernia ventral.
Dengan kata
lain, prosedur laparoskopi dan terbuka mungkin hanya berbeda dalam derajat
kesulitannya.
Dari sudut
pandang ahli bedah, laparoskopi berguna untuk menyingkirkan usus buntu pada
pasien dengan gejala membingungkan.
Kelemahan
dari usus buntu laparoskopi termasuk kebutuhan untuk anestesi umum, kebutuhan
untuk peralatan khusus termasuk insufflator
untuk membuat pneumoperitonium, membutuhkan lebih banyak staf termasuk ahli
bedah dan ahli anestesi, dan risiko komplikasi akibat prosedur khusus untuk
operasi laparoskopi seperti insuflasi peritoneum dan penyisipan Trocars.
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi
usus buntu bisa termasuk :
·
Infeksi pada luka
·
Obstruksi usus
·
Abses abdomen/pelvis
·
Dan jarang sekali menimbulkan kematian
Sumber :
Medscape
Tidak ada komentar:
Posting Komentar