Tampilkan postingan dengan label skills lab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skills lab. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Oktober 2012

Skills Lab 1 Blok 8


Skills Lab 1 Blok 8
PERTEMUAN PERTAMA
PENILAIAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

Denver Development Screening Test (DDST) II, pengganti DDST I adalah sebuah test untuk membantu staf medis dalam menemukan kelainan dini pada perkembangan potensi anak dari 0 - <6 tahun.
DDST:
·         Bukan merupakan tes IQ dan bukan prediksi kemampuan adaptif atau intelektual (pengembangan) dari anak-anak di masa depan;
·         Tidak dibuat untuk mendiagnosa ketidakmampuan untuk contoh dan masalah belajar, masalah linguistik atau emosional;
·         Bukanlah pengganti untuk evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik, tetapi bukan juga untuk membandingkan perkembangan anak satu dengan anak lainnya.

DDST II meliputi 125 item, terdiri dari empat sektor dan memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      Sektor sosial personal: untuk beradaptasi dalam masyarakat dan kebutuhan pribadi;
2.      Adaptif-baik sektor motorik: koordinasi mata-tangan, bermain-menggunakan hal-hal kecil dan pemecahan masalah; (http://anti-remed.blogspot.com)
3.      Linguistik Sektor: mendengarkan, memahami dan menggunakan bahasa;
4.      Sektor Motorik secara garis besar: duduk, berjalan dan gerakan umum otot besar.
(lihat manual untuk Uji Denver II pada penilaian pembangunan (Assessment of Development)).
LATIHAN : KETERAMPILAN
PERTEMUAN PERTAMA
1.      Mahasiswa menonton video teknik Menilai perkembangan anak (DDST II);
2.      Mahasiiswa melakukan latihan dan diskusi tentang masalah tersebut.
CHECK LIST PADA PENILAIAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK (TES DENVER II)
Lihat manual.

Senin, 01 Oktober 2012

Skills Lab Blok 7; 2 : Pemeriksaan Buta Warna

Ayoo Latihan OSCE Pemeriksaan Buta Warna

Video Osce Buta Warna
Silahkan Download video disini, atau copy di Amphy E

Author :
Minis : Kintan
PM : Didit
PJ dan Sutradara : Ardicho dan Lita
Kameramen dan Editor : Ardicho
Cast :
Arrizki a.k.a rizki/pasien
Fadia a.k.a Dokter bunga
Special Thanks :
Arrizki, Fadia, Hafiz dan Nisa

Skills Lab Blok 7 : Genogram


Skills Lab
BUTA WARNA
Author : Lita dan Nisa
Penyebab :
Genetic : x-linked resesif
Dapatan : trauma, radiasi, macular degeration
Mutasi : dari setidaknya 19 kromosom yg berbeda dan 56 gen yg berbeda
Inherited color blindness : congenital, non congenital (condystophy)
Buta warna dikategorikan menjadi 3, yaitu
1. Monokromasi : hilangnya penglihatan terhadap semua warna, biasanya yg terlihat hanya hitam dan putih.
2. Dikromasi : tidak adanya 1 dari 3 jenis sel kerucut (buta warna berat)
Protanopia : merah
Deuteranopia : hijau
Tritanopia : biru
3. Trikromasi : perubahan sensitivitas warna pada sel kerucut (buta warna ringan)
Protanomali : merah
Deuteranomali : hijau
Tritanomali : biru
Kartu Istihara dibagi menjadi 3 plat :
1. Plat kontrol : no. 1, karena pada orang normal dan buta warna dpt membaca dg benar.
2. Plat uji : no. 2-11, Jika pasien telah bisa menjawab kartu istihara dg benar sampai no. 11 maka tes dihentikan dan pasien dikategorikan normal.
3. Plat konfirmasi : no. 12-14, tujuan dari plat ini adalah menentukan pasien termasuk buta warna merah/ hijau dan ringan/ berat.
GENOGRAM
Bentuk2 hubungan


Simbol2 dalam genogram


Contoh soal (skenario/kasus)
Buatlah genogram dari skenario di bawah ini!
Seorang anak perempuan, Erlin Santoso (3 jan 2005), anak bungsu dibawa orangtuanya — ayahnya bernama Budi Santoso (1 jan 1960) dan ibunya bernama Ayu (2 jan 1963) — ke dokter praktik umum, dengan keluhan wajah seperti orang china dan keterbelakangan mental.
Tn. Budi dan Ny. Ayu adalah sepupu dan menikah pada 10 maret 1986. Mereka punya 5 orang anak, Aray Santoso (4 feb 1987), Bada Santoso (5 mei 1992), Candy Santoso (6 agustus 1996), Deri Santoso (7 maret 2001), dan Erlin. Tn. Budi pedagang baju, Ny. Ayu tidak bekerja, ibu merawat anak. Kakek yang bernama Prasetyo (8 april 1940) dan nenek yang bernama Maimun (9 desember 1943) dari pihak ibu tinggal dalam satu atap. Ny. Ayu asma, Tn. Budi Santoso hipertensi, Aray rhinitis alergi, dan Tn. Prasetyo menderita DM.
Tn. Prasetyo dan Ny. Maimun menikah pada 11 feb 1962. Memiliki 2 orang anak (Ny. Ayu dan Bowo), dan pernah keguguran sekali pada tahun 1967. Tn. Bowo (12 juni 1968) menikah dengan Yurni (13 juli 1970) pada 15 nov 1994, dan mempunyai anak bernama Rina (14 oktober 1994). 
Ayah adalah anak bungsu dari 2 bersaudara (Ani Santoso 16 feb 1956, Tn. Budi). Kakek dari ayah meninggal dunia 19 desember 2000 karena sakit jantung, dan nenek adalah kakak dari Ny. Maimun. Kakek bernama Joko Santoso 18 juli 1939, dan nenek bernama Masruroh 17 april 1940.
Ny. Ani Santoso menikah dengan Tn. Tono (20 agustus 1954) pada 21 november 1987. Mereka mempunyai 2 anak, Rama (25 maret 1995) dan Tina (30 april 1998).
Silahkan latihan buat genogram keluarga diatas!!!
Author : Lita dan Nisa

Rabu, 04 Januari 2012

KETERAMPILAN MEDIK RADIOLOGI THORAX NORMAL DAN ABDOMEN NORMAL


Oleh : dr. Ana Majdawati
Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha
1.      THORAX NORMAL
Gambaran radiologi (imaging) untuk foto polos pemeriksaan thorax tidak jauh berbeda dengan gambaran anatomi thorax manusia normal. Manusia harus sudah mempelajari secara seksama anatomi rongga thorax berikut organ-organ dalam rongga thorax serta vaskularisasinya. Sebelum mahasiswa mengenal berbagai penyakit paru jantung dan organ yang terlibat dalam rongga thorax, sudah seharusnya mahasiswa mempelajari gambaran radiologi thorax yang normal sehingga nantinya bila menjumpai kelainan yang berhubungan dengan thorax mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan baik.

Gb. Normal Thorax
Pada foto thorax normal, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Posisi
2)      Simetrisasi
3)      Inspirasi
4)      Kondisi
2)      Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha

1)      Posisi
Foto thorax sedapat mungkin dalam posisi berdiri (erect), kecuali pada pasien anak dan pada pasien dengan keadaan umum yang buruk maka foto dapat dibuat dengan posisi supine. Arah sinar proyeksi dari posisi PA (Posteroanterior) yang merupakan standar untuk foto thorax atau AP untuk melihat kondisi tulang.
Untuk membedakan posisi erect dan supine :
·         Erect : dibawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster, yang disebut megenbalase;
·         Supine : udara dalam gaster bergerak ke bawah, sehingga karena superposisi dengan organ intra abdomen, udara ini tidak terlihat;
·         Erect : proyeksi PA;
·         Supine : proyeksi AP;
·         Erect : skapula tidak menutupi lapangan paru;
·         Supine : skapula berada dalam lapangan paru;
·         Supine : gambaran vertebra tampak jelas sampai thorakal ke 12.

2)      Simetrisasi
Foto thorax dibuat dalam kondisi simetri, yaitu melalui bidang yang melewati garis median, yang ditarik melalui titik-titik prosesus spinosus. Disebut simetris bila bidang tersebut berjarak sama antara sendi aternoclavicula kanan-kiri.

3)      Inspirasi
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi maksimal, karena bila tidak maka akan tampak pada foto :
·         Ukuran jantung dan mediastinum meningkat;
·         Corakan bronkovaskular meningkat.
Bila inspirasi cukup, maka akan tampak diafragma setinggi rawan costa VI didepan atau setinggi VTh X dibagian belakang.

4)      Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X pada saat exposure. Pada kondisi kurang, foto thorax akan terlihat putih/samar, pada kondisi cukup vertebra akan tampak seluruhnya mulai dari V CI s/d VTh IV dan kondisi keras akan terlihat sampai vertebra Thorakal XII.
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi, kemudian dilakukan pembacaan foto, supaya tidak ada yang terlewatkan bisa dilakukan dari lateral ke medial atau sebaliknya dari superior ke inferior, dsb. Yang dinilai :
a)      Corakan bronkovaskular : normalnya semakin ke lateral semakin menghilang. Bila corakan makin tampak pada daerah lateral paru, berarti corakan bronkovaskular meningkat;
b)      Parenkin paru : normalnya tidak tampak gambaran kalsifikasi atau infiltrat dilapangan paru;
c)      Keadaan hilus;
d)      Sinus costofrenikus : normalnya sinus costrofrenikus kanan kiri lancip dan tidak tertutup apapun;
e)      Diafragma : normalnya diafragma kanan-kiri licin, berbentuk konkav kearah paru;
f)       Cor : dinilai ukuran dan bentuknya. Pada dewasa normalnya berbentuk seperti sepatu dan CTR (Cardio Thorasis Ratio) kurang dari 0,5.
Faktor-faktor penting yang lain dalam membaca sebuah foto : identitas, yaitu : nama pasien, umur, tanggal dan waktu baca, marker.
Contoh pembacaan Foto Thorax normal posisi :
Foto thorax PA, errect, simetris, inspirasi dan kondisi cukup
·         Tampak kedua apex paru tenang;
·         Tampak corakan bronkovaskuler dikedua lapangan paru normal;
·         Sinus costophrenicus kanan-kiri lancip;
·         Diafragma kanan-kiri licin;
·         Cor : CTR kurang dari 0,56.
Kesan : Paru dan cor dalam batas normal.
Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha

2.      ABDOMEN NORMAL

Gb. Abdomen Normal
Pada foto polos abdomen ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1)      Gambaran Udara daam Usus
Gambaran udara dalam lumen saluran pencernaan pada foto polos abdomen tampak berwarna lusen dengan terlihat gambaran garis (dari lumen pada intestinal). Gambaran normal udara dalam abdomen : normal terdapat dalam lambung. Duodenum, usus halus terisi sedikit udara dan akan terlihat lagi dengan jelas di colon. Usus halus biasanya terlihat di sentral dan berukuran kecil sedang usus besar di perifer dan berukuran relatif lebih besar.

2)      Jaringan lunak (soft tissue) dan garis luar dari organ-organ intra abdominal (viscera outlines).
Garis luar pada jaringan lunak memberikan gambaran radiolusen karena adanya lapisan lemak yang melingkupi organ-organ intra abdomen tersebut. Beberapa organ yang kadang-kadang bisa terlihat : hepar, lien, kedua ginjal (renal out line), muscullus psoas mayor dan muscullus quadratus lumborum (psoas line).
Dalam jejenum tampak valvulae conniventes : garis tipis teratur membentang seluruh diameter lumen. Dalam ileum tak menyebabkan tampaknya pola lipatan mukosa ileum. Normal diameter usus halus tak lebih dari 3cm.

Gambaran Foto Polos Abdomen Pada Anak
Gambaran foto polos abdomen pada neonatus menunjukkan adanya udara di lambung (10-15 menit setelah kelahiran), udara di proksimal usus halus 30-60 menit setelah kelahiran, udara di bagian distal usus halus ± 6 jam setelah kelahiran dan udara di colon dan rektum ± 24 jam setelah lahir.
Secara umum foto polos abdomen pada anak berbeda dengan orang dewasa :
1.      Anak-anak mempunyai lemak (preperitoneal fat line) yang lebih sedikit dibanding dewasa, gambaran organ-organ dalam abdomen seperti renal fat outline, muscullus psoas sign tidak sebaik pada dewasa. Kita dapat melihat batas inferior dari hepar dan lien bila udara usus tidak menutupinya (superposisi).
Pada neonatus dan anak-anak mempunyai udara yang lebih banyak dibanding dewasa, kita dapat melihat udara diusus halus maupun usus besar. Kita tidak dapat membedakan gambaran udara diusus halus atau usus besar pada neonatus dan anak-anak karena tidak punya lipatan mukosa (mucosa folds). Kadang-kadang posisi udara dalam rongga abdomen bisa membedakan apakah dari usus halus atau usus besar. Jika terdapat gambaran udara dalam usus pada tepi kemungkinan besar adalah dari usus besar, tetapi kalu dicentral kemungkinan dari usus halus. Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha
Contoh Video Radiologi :



Silahkan download video dan data-data lainnya dengan meng-klik link di bawah ini! Selamat mencoba!
LINK DOWNLOAD : 

Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha
References :
·         Modul Basic Medical Sciences 1 FKIK UMY
·         Power Point Skills Lab
·         Text book

Senin, 05 Desember 2011

Pemeriksaan saraf-saraf otak


Med, ini ada sedikit penjelasan dari buku diagnosis. Mungkin ga bakal sama persis sama yg besok dijelasin, tapi sedikit buat gambaran aja :)
    Periksalah nervus olfaktorius dengan meminta pasien mengali adanya bau apa saja, tidak perlu suatu bau tertentu. Periksalah tiap lubang hidung secara terpisah, dan mintalah pasien mengenali zat-zat ringan, seperti permen, kopi, sabun. Tapi bau berbahaya pun bisa digunakan, seperti amonia, ini digunakan pada pasien histeri yg mengatakan ia tidak dapat mencium apapun. Kehilangan kemampuan mencium bau unilateral lebih berbahaya daripada bilateral.
    
   Dilanjutkan ketajaman penglihatan dan lapang pandang untuk mengevaluasi nervus opticus. Ketajaman penglihatan diperiksa dengan kartu Snelle,dengan pinhole jika ada strabismus, dan tanpa pinhole untuk pasen normal. Kartu tersebut dipegang pada jarak 14 inchi dan tiap mata diperiksa terpisah. Jika pasien membuat kesalahan pada satu baris, berarti ia telah melampaui batas ketajam penglihatannya.
    
   Periksa lapang pandang dengan metode konfrontasi yg membandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang anda yg normal.
→Duduklah di depan pasien dengan jarak 3 kaki
→Tutuplah mata kanan anda dan pasien menutup mata kiri nya
→Lihatlah satu sama lain ketika anda menggerakkan ujung kapas lidi ke dalam lapang pandang anda dan menempatkan pada dbintik butasehingga anda tidak dapat melihatnya. Biasanya terletak pada arah jam 9, 6 inci jauhnya dari garis mata yg menghubungkan mata anda dengan mata pasien.
→Gerakanlah benda tersebut bolak-balik di antara anda dan pasien anda sampai ia juga berada di dalam bintik buta pasien. Benda tersebut sekarang berada sama jahunya dari anda berdua. Beritahukan kepada pasien anda agar pandangannya tetap berpusat pada pupil anda dan gerakkanlah kapas lidi tersebut ke dalam dan ke luar lapang pandang anda di dalam semua kuadran. Periksalah lapang pandang pasien dan bandingkan denga lapang pandang anda
→Periksalah mata yg satu nya dengan cara yg sama.

   
    Periksalah saraf-saraf yg berhubungan dengan gerakan mata. Nervus occulomotorius, trochealis, dan abduscen diperiksa dengan menyuruh pasien mempertahankan kepala nya agar tetap tegak lurus sementara mengikuti jari-jari anda dengan matanya. Nervus occulomotorius mengendalikan muskulus rektus superior dan inferior, oblik inferius, dan rektus medial, korpus siliaris,dan levator palpebra.
   Paralisis bervus okulomotorius membuat pasien tidak dapat melihat ke bawah atau ke medial.
Dalam posisi netral, rektus lateral yg tidak terlawan dapat menarik bola mata ke lateral; palpebra akan ptosis dan pupil berdilatasi.
lesi di nervus trokhlearis ditandai dengan ketidakmampuan untuk melihat ke bawah dan medial.
Paralisis nervus abdusen menyebabkan kesulitan melihat ke lateral

    Reflek pupil memeriksa keutuhan retina, traktus optikus, batang otak , dan nervus okulomotorius.
→Periksalah pasien di dalam ruangan yg agak digelapkan dengan menyorotkan sebuah senter kecil ke dalam pupil
→Mulailah menyinari dari arah belakang dan sisi pasien, dan sinarilah satu mata, jangan keduanya.
→Pertama perhatikanlah respon langsung - konstriksi pupil yg disinari .
→Selanjutnya perhatikanlah respon konseksual - konstriksi pupil kontralateral.
    Pada lesi nervus optikus, pupil tidak akan berkonstriksi secara langsung tetapi akan bereaksi secara konsensual. Pada lesi okulomotor, sisi yg terserang tidak akan bereaksi baik secara langsung maupun konsensual.
   

   Pupil juga menyempit pada akomodasi dekat. → Mintalah pasien untuk memusatkan penglihatannya mula-mula pada benda yg letaknya jauh dan kemudian dengan cepat memusatkan yg letaknya dekat, dan pupil tersebut akan menyempit.

   Selanjutnya periksalah fungsi sensoris dan motoris nervus trigeminus.
→Dengan mata pasien tertutup, periksalah setiap divisi dari tiga trunkus sensoris yg menyebar di wajah.
→Secara ringan sentuhlah dahi, pipi, dan dagu tiap sisi dan mintalah pasiaen untuk mengenali setiap sentuhan.
→Periksalah serabut-serabut motorik yg mempersarafi muskulus maseter, temporal, dan pterigoideus dengan mempalpasi muskulus maseter dan temporal ketika pasien menggertakkan rahangnya.
Jika ada gangguan fungsi unilateral, rahang mungkin menyimpang saat pasien membuka mulutnya.

   
    Reflek kornea dan sentuhan rahang melibatkan nervus trigeminus.
→Mintalah pasien untuk melihat ke satu sisi dan sedikit ke atas.
→Sentuhlah kornea nya saja dengan segumpal kapas kecil dari aplikator berujung kapas.
→Gerakanlah aplikator tersebut ke dalam dari arah samping untuk menimbulkan respon mengedip.
→Dengan mulut pasien terbuka, secara ringan ketuklah mandibula di bawah mulut untuk menimbulkan sentakan rahang.
Respon normal nya penutupan rahang secara cepat.


   Untuk memeriksa nervus fascialis yg mengendalikan wajah
→mintalah pasien untuk mengerutkan dahi, tersenyum, memperlihatkan gigi, atau mengangkat alisnya.
Pada paresis (paralisis), sisi yg terserang terlihat mendatar dan tidak memoerlihatkan perasaan, dan air liur dapat keluar dari sudut mulutnya.
    

    Periksalah dahi pasien ketika anda memeriksanya. Daerah ini menerima persarafan dari kedua nervus fasialis karena terjadi persilangan. Jika pasien menderita paralisis perifer saraf ke tujuh, seperti pada Bell's palsy, paralisisnya akan komplet pada sisi tersebut.
    

   Serabut-serabut yg berasal dari bagian bawah medula dan bersama sama dengan saraf ke tujuh, mempersyarafi sepertiga anterior lidah. Jadi mintalah pasien mejulurkan lidah nya dan letakkan sedikit garam atau gula di ujung lidah. Mula-mula pada satu sis kemudian pada sis lainnya. Pasien harus tetap menjulurkan lidahnya hingga ia mengenali rasa nya.

   Untuk menilai Nervus vestibulocochlear dilakukan dengan tes weber-rinne-swabach. nervus ini mempersarafi kanalis semisirkularis yg memberikan masukan sensoris yg cukup penting untuk posisi dan keseimbangan.

   Nervus glosofaringeus dan Vagus mudah diperiksa bersama-sama.
→Sentuhlah tiap sisi faring posterior dengan aplikator dan lihatlah adanya gag refleks.
→Selanjutnya, sentuhlah setiap sisi palatum ole di dekat uvula; tiap sisi harus terangkat walau dirangsang.
Nervus vagus dikatakan normal jika pasien dapat menelan dan berbicara jelas.


   Nervus Asesorius spinal memberikan suplai motorik ke muskulus trapezius dan sternokleidomastoideus. Lesi unilateral pada nervus ini memberikan gambaran ketidakmampuan mengangkat bahu dan kelemahan memutar kepala ke sisi yg berlawanan.

   Nervus hipoglosus mengendalikan otot lidah.
→Minta pasien menjulurkan lidahnya. Jika terjadi paralisis hipoglosus, lidah akan menyimpang ke sisi yg lesi. Atrofi sisi yg diserang teradi secara dini.
→Jika kita masih ragu, mintalah pasien mendorong lidahnya ke tiap pipi.
→Periksalah kekuatan nya dengan ikut menekan pipi tersebut.

Jumat, 29 April 2011

URUTAN GARAP OSCE


Ini nih urutan garap laporan pas OSCE besok menurut mimin. Ni sih kemaren uda mimin tanyakan sama asdosnya, katanya sih diterima. Ni ni boleh disantap buat belajar OSCE.
1.      
Ciri-ciri preparat yang bagus
-          Punya kepala dan ekor
-          Tidak ada bintik lemak
-          Ekor tidak ada robekan
-          Tidak ada putus dan pecah
-          Berbentuk peluru
-          Merata
-          Preparat tidak kurang dari 1/3 kaca objek
2.       Semakin besar perbesaran nya maka condenser diputar supaya cahaya lebih terang
3.       Best area itu dmna eritrosit tidak bertumpuk (tidak selalu di area 5). Pake perbesaran 10x yaa..
4.       Pake perbesaran 40x. hitung estimasi jumlah leukosit. Normalnya 2-7/Lapang Pandang dengan melakukan 10 kali observasi dengan menggeser zig-zag 90o . hasil total dibagi 10 sejumlah dengn jumlah observasi.
5.       Pindah ke perbesaran 100x
6.       Sekarang setelah di perbesaran 100 urut kita lakukan observasi eritrosit, leukosit, dan trombositdi perbesaran 100 urut kita lakukan observasi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
-          Eritrosit
Urut yang dilaporkan adalah ukuran, warna, dan bentuk.
a.       Ukuran
Terlihat makrositik, normositik, atau mikrositik
b.      Warna
Hipokromik ao normokromik
c.       Bentuk
Target cell, cigar, burr cell, dll

Penyebaran juga dilaporkan missal nya jika terjadi rouleaux.
Anisositosis: ukuran nya berbeda-beda
Poikilosistosis: bentuknya bermacam-macam
Anisopoikilositosis: bentuk dan ukuran bermacam-macam
-          Leukosit
Hitung jenis nya dilakukan pada perbesaran 100x dan dihitung sampai menemukan 100 sel. Setiap ketemu 10 pindah table yaa.
Pelaporan:
Eosinophil/basophil/neutrofil stab/neutrofil seg/lymph/monosit
1-4%          / 0-1%    /   2-5%            / 50-70%         / 20-40%/ 1-6%
Ditulis kesan normal, leukositosis, netrofilia dll
7.       Trus sekalian langsung dibedakan antara lymphoblast dan myeloblast jika diperlukan
-          Lymphoblast= sitoplasma tipis, kromatin lebih padat, biasanya inti nya terlihat bulat tidak ada lekukan yang hamper jadi segmen gitu.
-          Myeloblast= sitoplasma lebih besar dari lymphoblast, kromatin lebih tipis, kadang hampir bersegmen inti selnya.
-          Dilihat ada Limphosit Plasma Biru (ciri khas DHF) gak
-          Untuk membedakan antara lymphoblast dan myeloblast standarnya pake PAS atau SBB
8.       Langsung lanjut observasi trombosit pake perbesaran 100x
-          Estimasi jumlah
Jika ditemukan lebih dari 3/LP cukup dilakukan 10 kali aja, kalo kurang ya dilakukan 20 kali observasi.
Hasil total dibagi jumlah LP dikali 20.000, normalnya jumlah trombosit antara 150.000 – 400.000.
-          Ukuran
Makrotrombosit= seukuran dengan eritrosit
Giant trombosit= lebih besar dari eritrosit
-          Persebaran rata atau tidak,,kadang numpuk di ekor atau clumping
9.       Kesan
Yang ditulis pokoknya yang berhubungan dengan DD aja jangan semua.

Kesimpulan
Ditulis DD nya misalnya AML, ALL(biasanya pada anak2), CML, DHF, Thalasemia (sel target), anemia def besi(mikrositik hipokromik), infeksi virus (burr sel)

Saran
Infeksi virus= uji serologis
Anemia= TIBC dan Serum Fe
Thalasemia= Elektroforesis Hb F
Leukimia= Bone Marrow Puncture

Kalo menurut mimin sih laporannya urutannya cukup urut gitu aja. Kalo ada yang beda versinya boleh komen lho.

Lain-lain
Cara bedain leukemia akut atau kronis
Akut= Trombositopenia, sel blast lebih banyak
Kronik= trombosit normal atau trombositosis, banyak sel matur
Trias leukemia kronis:
1.       Anemia
2.       Trombositosis/normal
3.       Leukositosis
Trias leukemia akut
1.       Anemia
2.       Trombositopenia
3.       Leukositosis
 Untuk data-data lengkap bisa dilihat di fotokopian yang tadi dibagi-bagi. Indahnya berbagi bersama anti-remed. :D 

Kontributor : GalihArya