Denver
Development Screening Test (DDST) II, pengganti DDST I adalah sebuah test untuk
membantu staf medis dalam menemukan kelainan dini pada perkembangan potensi
anak dari 0 - <6 tahun.
DDST:
·Bukan merupakan tes IQ dan bukan
prediksi kemampuan adaptif atau intelektual (pengembangan) dari anak-anak di
masa depan;
·Tidak dibuat untuk mendiagnosa
ketidakmampuan untuk contoh dan masalah belajar, masalah linguistik atau
emosional;
·Bukanlah pengganti untuk evaluasi
diagnostik atau pemeriksaan fisik, tetapi bukan juga untuk membandingkan
perkembangan anak satu dengan anak lainnya.
DDST
II meliputi 125 item, terdiri dari empat sektor dan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1.Sektor
sosial personal: untuk beradaptasi dalam masyarakat dan kebutuhan pribadi;
2.Adaptif-baik
sektor motorik: koordinasi mata-tangan, bermain-menggunakan hal-hal kecil dan
pemecahan masalah; (http://anti-remed.blogspot.com)
3.Linguistik
Sektor: mendengarkan, memahami dan menggunakan bahasa;
4.Sektor
Motorik secara garis besar: duduk, berjalan dan gerakan umum otot besar.
(lihat
manual untuk Uji Denver II pada penilaian pembangunan (Assessment of
Development)).
LATIHAN : KETERAMPILAN
PERTEMUAN PERTAMA
1.Mahasiswa menonton video teknik Menilai
perkembangan anak (DDST II);
2.Mahasiiswa melakukan latihan dan diskusi
tentang masalah tersebut.
CHECK LIST PADA
PENILAIAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK (TES DENVER II)
- Mutasi: dari setidaknya 19 kromosom yg berbeda dan 56 gen yg berbeda
- Inherited color blindness : congenital, non congenital (condystophy)
Buta warna dikategorikan menjadi 3, yaitu
1. Monokromasi : hilangnya penglihatan terhadap semua warna, biasanya yg terlihat hanya hitam dan putih.
2. Dikromasi : tidak adanya 1 dari 3 jenis sel kerucut (buta warna berat)
- Protanopia: merah
- Deuteranopia: hijau
- Tritanopia: biru
3. Trikromasi : perubahan sensitivitas warna pada sel kerucut (buta warna ringan)
- Protanomali: merah
- Deuteranomali: hijau
- Tritanomali: biru
Kartu Istihara dibagi menjadi 3 plat :
1. Plat kontrol: no. 1, karena pada orang normal dan buta warna dpt membaca dg benar.
2. Plat uji: no. 2-11, Jika pasien telah bisa menjawab kartu istihara dg benar sampai no. 11 maka tes dihentikan dan pasien dikategorikan normal.
3. Plat konfirmasi: no. 12-14, tujuan dari plat ini adalah menentukan pasien termasuk buta warna merah/ hijau dan ringan/ berat.
GENOGRAM
Bentuk2 hubungan
Simbol2 dalam genogram
Contoh soal (skenario/kasus)
Buatlah genogram dari skenario di bawah ini!
Seorang anak perempuan, Erlin Santoso (3 jan 2005), anak bungsu dibawa orangtuanya — ayahnya bernama Budi Santoso (1 jan 1960) dan ibunya bernama Ayu (2 jan 1963) — ke dokter praktik umum, dengan keluhan wajah seperti orang china dan keterbelakangan mental.
Tn. Budi dan Ny. Ayu adalah sepupu dan menikah pada 10 maret 1986. Mereka punya 5 orang anak, Aray Santoso (4 feb 1987), Bada Santoso (5 mei 1992), Candy Santoso (6 agustus 1996), Deri Santoso (7 maret 2001), dan Erlin. Tn. Budi pedagang baju, Ny. Ayu tidak bekerja, ibu merawat anak. Kakek yang bernama Prasetyo (8 april 1940) dan nenek yang bernama Maimun (9 desember 1943) dari pihak ibu tinggal dalam satu atap. Ny. Ayu asma, Tn. Budi Santoso hipertensi, Aray rhinitis alergi, dan Tn. Prasetyo menderita DM.
Tn. Prasetyo dan Ny. Maimun menikah pada 11 feb 1962. Memiliki 2 orang anak (Ny. Ayu dan Bowo), dan pernah keguguran sekali pada tahun 1967. Tn. Bowo (12 juni 1968) menikah dengan Yurni (13 juli 1970) pada 15 nov 1994, dan mempunyai anak bernama Rina (14 oktober 1994).
Ayah adalah anak bungsu dari 2 bersaudara (Ani Santoso 16 feb 1956, Tn. Budi). Kakek dari ayah meninggal dunia 19 desember 2000 karena sakit jantung, dan nenek adalah kakak dari Ny. Maimun. Kakek bernama Joko Santoso 18 juli 1939, dan nenek bernama Masruroh 17 april 1940.
Ny. Ani Santoso menikah dengan Tn. Tono (20 agustus 1954) pada 21 november 1987. Mereka mempunyai 2 anak, Rama (25 maret 1995) dan Tina (30 april 1998).
Gambaran radiologi (imaging)
untuk foto polos pemeriksaan thorax tidak jauh berbeda dengan gambaran anatomi
thorax manusia normal. Manusia harus sudah mempelajari secara seksama anatomi
rongga thorax berikut organ-organ dalam rongga thorax serta vaskularisasinya.
Sebelum mahasiswa mengenal berbagai penyakit paru jantung dan organ yang
terlibat dalam rongga thorax, sudah seharusnya mahasiswa mempelajari gambaran
radiologi thorax yang normal sehingga nantinya bila menjumpai kelainan yang
berhubungan dengan thorax mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan baik.
Gb. Normal
Thorax
Pada foto
thorax normal, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Foto thorax sedapat mungkin dalam posisi berdiri (erect), kecuali pada pasien anak dan pada pasien
dengan keadaan umum yang buruk maka foto dapat dibuat dengan posisi supine. Arah sinar proyeksi dari posisi PA (Posteroanterior) yang
merupakan standar untuk foto thorax atau AP
untuk melihat kondisi tulang.
Untuk
membedakan posisi erect dan supine :
·Erect : dibawah
hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster, yang
disebut megenbalase;
·Supine : udara
dalam gaster bergerak ke bawah, sehingga karena superposisi dengan organ intra
abdomen, udara ini tidak terlihat;
·Erect : proyeksi
PA;
·Supine : proyeksi
AP;
·Erect : skapula
tidak menutupi lapangan paru;
·Supine : skapula
berada dalam lapangan paru;
·Supine : gambaran
vertebra tampak jelas sampai thorakal ke 12.
2)Simetrisasi
Foto thorax dibuat dalam
kondisi simetri, yaitu melalui bidang yang melewati garis median, yang ditarik
melalui titik-titik prosesus spinosus. Disebut simetris bila bidang tersebut
berjarak sama antara sendi aternoclavicula kanan-kiri.
3)Inspirasi
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi
maksimal, karena bila tidak maka akan tampak pada foto :
·Ukuran jantung
dan mediastinum meningkat;
·Corakan
bronkovaskular meningkat.
Bila inspirasi cukup, maka akan tampak diafragma
setinggi rawan costa VI didepan atau setinggi VTh X dibagian belakang.
4)Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X pada
saat exposure. Pada kondisi kurang,
foto thorax akan terlihat putih/samar, pada
kondisi cukup vertebra akan tampak seluruhnya mulai dari V CI s/d VTh IV
dan kondisi keras akan terlihat
sampai vertebra Thorakal XII.
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi, kemudian
dilakukan pembacaan foto, supaya tidak ada yang terlewatkan bisa dilakukan dari
lateral ke medial atau sebaliknya dari superior ke inferior, dsb. Yang dinilai :
a)Corakan bronkovaskular : normalnya semakin ke lateral semakin menghilang.
Bila corakan makin tampak pada daerah lateral paru, berarti corakan bronkovaskular
meningkat;
b)Parenkin paru
: normalnya tidak tampak gambaran kalsifikasi atau infiltrat dilapangan paru;
c)Keadaan hilus;
d)Sinus costofrenikus : normalnya sinus costrofrenikus kanan kiri lancip dan tidak tertutup
apapun;
e)Diafragma :
normalnya diafragma kanan-kiri licin, berbentuk konkav kearah paru;
f)Cor :
dinilai ukuran dan bentuknya. Pada dewasa normalnya berbentuk seperti sepatu
dan CTR (Cardio Thorasis Ratio) kurang dari 0,5.
Faktor-faktor
penting yang lain dalam membaca sebuah foto : identitas, yaitu : nama pasien, umur, tanggal dan waktu baca, marker.
Contoh
pembacaan Foto Thorax normal posisi :
Foto thorax PA, errect, simetris,
inspirasi dan kondisi cukup
·Tampak kedua apex
paru tenang;
·Tampak corakan
bronkovaskuler dikedua lapangan paru normal;
Pada foto polos abdomen ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1)Gambaran Udara daam Usus
Gambaran
udara dalam lumen saluran pencernaan pada foto polos abdomen tampak berwarna
lusen dengan terlihat gambaran garis (dari lumen pada intestinal). Gambaran
normal udara dalam abdomen : normal terdapat dalam lambung. Duodenum, usus
halus terisi sedikit udara dan akan terlihat lagi dengan jelas di colon. Usus
halus biasanya terlihat di sentral dan berukuran kecil sedang usus besar di
perifer dan berukuran relatif lebih besar.
2)Jaringan lunak (soft tissue) dan garis
luar dari organ-organ intra abdominal (viscera outlines).
Garis
luar pada jaringan lunak memberikan gambaran radiolusen karena adanya lapisan
lemak yang melingkupi organ-organ intra abdomen tersebut. Beberapa organ yang
kadang-kadang bisa terlihat : hepar, lien, kedua ginjal (renal out line),
muscullus psoas mayor dan muscullus quadratus lumborum (psoas line).
Dalam jejenum
tampak valvulae conniventes : garis tipis teratur membentang seluruh diameter
lumen. Dalam ileum tak menyebabkan tampaknya pola lipatan mukosa ileum. Normal diameter
usus halus tak lebih dari 3cm.
Gambaran Foto Polos Abdomen Pada
Anak
Gambaran foto polos abdomen pada
neonatus menunjukkan adanya udara di lambung (10-15 menit setelah kelahiran),
udara di proksimal usus halus 30-60 menit setelah kelahiran, udara di bagian
distal usus halus ± 6 jam setelah kelahiran dan udara di colon dan rektum ± 24
jam setelah lahir.
Secara umum
foto polos abdomen pada anak berbeda dengan orang dewasa :
1.Anak-anak
mempunyai lemak (preperitoneal fat line) yang lebih sedikit dibanding dewasa,
gambaran organ-organ dalam abdomen seperti renal fat outline, muscullus psoas
sign tidak sebaik pada dewasa. Kita dapat melihat batas inferior dari hepar dan
lien bila udara usus tidak menutupinya (superposisi).
Pada neonatus dan anak-anak mempunyai udara yang lebih
banyak dibanding dewasa, kita dapat melihat udara diusus halus maupun usus
besar. Kita tidak dapat membedakan gambaran udara diusus halus atau usus besar
pada neonatus dan anak-anak karena tidak punya lipatan mukosa (mucosa folds). Kadang-kadang
posisi udara dalam rongga abdomen bisa membedakan apakah dari usus halus atau
usus besar. Jika terdapat gambaran udara dalam usus pada tepi kemungkinan besar
adalah dari usus besar, tetapi kalu dicentral kemungkinan dari usus halus. Author : Didit, Nisa, Lita, Kintan, Radius, Destha
Contoh Video Radiologi :
Silahkan download video dan data-data lainnya dengan meng-klik link di bawah ini! Selamat mencoba!
Med, ini ada sedikit penjelasan dari buku diagnosis. Mungkin ga bakal sama persis sama yg besok dijelasin, tapi sedikit buat gambaran aja :) Periksalah nervus olfaktorius dengan meminta pasien mengali adanya bau apa saja, tidak perlu suatu bau tertentu. Periksalah tiap lubang hidung secara terpisah, dan mintalah pasien mengenali zat-zat ringan, seperti permen, kopi, sabun. Tapi bau berbahaya pun bisa digunakan, seperti amonia, ini digunakan pada pasien histeri yg mengatakan ia tidak dapat mencium apapun. Kehilangan kemampuan mencium bau unilateral lebih berbahaya daripada bilateral. Dilanjutkan ketajaman penglihatan dan lapang pandang untuk mengevaluasi nervus opticus. Ketajaman penglihatan diperiksa dengan kartu Snelle,dengan pinhole jika ada strabismus, dan tanpa pinhole untuk pasen normal. Kartu tersebut dipegang pada jarak 14 inchi dan tiap mata diperiksa terpisah. Jika pasien membuat kesalahan pada satu baris, berarti ia telah melampaui batas ketajam penglihatannya. Periksa lapang pandang dengan metode konfrontasi yg membandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang anda yg normal. →Duduklah di depan pasien dengan jarak 3 kaki →Tutuplah mata kanan anda dan pasien menutup mata kiri nya →Lihatlah satu sama lain ketika anda menggerakkan ujung kapas lidi ke dalam lapang pandang anda dan menempatkan pada dbintik butasehingga anda tidak dapat melihatnya. Biasanya terletak pada arah jam 9, 6 inci jauhnya dari garis mata yg menghubungkan mata anda dengan mata pasien. →Gerakanlah benda tersebut bolak-balik di antara anda dan pasien anda sampai ia juga berada di dalam bintik buta pasien. Benda tersebut sekarang berada sama jahunya dari anda berdua. Beritahukan kepada pasien anda agar pandangannya tetap berpusat pada pupil anda dan gerakkanlah kapas lidi tersebut ke dalam dan ke luar lapang pandang anda di dalam semua kuadran. Periksalah lapang pandang pasien dan bandingkan denga lapang pandang anda →Periksalah mata yg satu nya dengan cara yg sama. Periksalah saraf-saraf yg berhubungan dengan gerakan mata. Nervus occulomotorius, trochealis, dan abduscen diperiksa dengan menyuruh pasien mempertahankan kepala nya agar tetap tegak lurus sementara mengikuti jari-jari anda dengan matanya. Nervus occulomotorius mengendalikan muskulus rektus superior dan inferior, oblik inferius, dan rektus medial, korpus siliaris,dan levator palpebra. Paralisis bervus okulomotorius membuat pasien tidak dapat melihat ke bawah atau ke medial. Dalam posisi netral, rektus lateral yg tidak terlawan dapat menarik bola mata ke lateral; palpebra akan ptosis dan pupil berdilatasi. lesi di nervus trokhlearis ditandai dengan ketidakmampuan untuk melihat ke bawah dan medial. Paralisis nervus abdusen menyebabkan kesulitan melihat ke lateral Reflek pupil memeriksa keutuhan retina, traktus optikus, batang otak , dan nervus okulomotorius. →Periksalah pasien di dalam ruangan yg agak digelapkan dengan menyorotkan sebuah senter kecil ke dalam pupil →Mulailah menyinari dari arah belakang dan sisi pasien, dan sinarilah satu mata, jangan keduanya. →Pertama perhatikanlah respon langsung - konstriksi pupil yg disinari . →Selanjutnya perhatikanlah respon konseksual - konstriksi pupil kontralateral. Pada lesi nervus optikus, pupil tidak akan berkonstriksi secara langsung tetapi akan bereaksi secara konsensual. Pada lesi okulomotor, sisi yg terserang tidak akan bereaksi baik secara langsung maupun konsensual.
Pupil juga menyempit pada akomodasi dekat. → Mintalah pasien untuk memusatkan penglihatannya mula-mula pada benda yg letaknya jauh dan kemudian dengan cepat memusatkan yg letaknya dekat, dan pupil tersebut akan menyempit.
Selanjutnya periksalah fungsi sensoris dan motoris nervus trigeminus. →Dengan mata pasien tertutup, periksalah setiap divisi dari tiga trunkus sensoris yg menyebar di wajah. →Secara ringan sentuhlah dahi, pipi, dan dagu tiap sisi dan mintalah pasiaen untuk mengenali setiap sentuhan. →Periksalah serabut-serabut motorik yg mempersarafi muskulus maseter, temporal, dan pterigoideus dengan mempalpasi muskulus maseter dan temporal ketika pasien menggertakkan rahangnya. Jika ada gangguan fungsi unilateral, rahang mungkin menyimpang saat pasien membuka mulutnya. Reflek kornea dan sentuhan rahang melibatkan nervus trigeminus. →Mintalah pasien untuk melihat ke satu sisi dan sedikit ke atas. →Sentuhlah kornea nya saja dengan segumpal kapas kecil dari aplikator berujung kapas. →Gerakanlah aplikator tersebut ke dalam dari arah samping untuk menimbulkan respon mengedip. →Dengan mulut pasien terbuka, secara ringan ketuklah mandibula di bawah mulut untuk menimbulkan sentakan rahang. Respon normal nya penutupan rahang secara cepat.
Untuk memeriksa nervus fascialis yg mengendalikan wajah →mintalah pasien untuk mengerutkan dahi, tersenyum, memperlihatkan gigi, atau mengangkat alisnya. Pada paresis (paralisis), sisi yg terserang terlihat mendatar dan tidak memoerlihatkan perasaan, dan air liur dapat keluar dari sudut mulutnya.
Periksalah dahi pasien ketika anda memeriksanya. Daerah ini menerima persarafan dari kedua nervus fasialis karena terjadi persilangan. Jika pasien menderita paralisis perifer saraf ke tujuh, seperti pada Bell's palsy, paralisisnya akan komplet pada sisi tersebut.
Serabut-serabut yg berasal dari bagian bawah medula dan bersama sama dengan saraf ke tujuh, mempersyarafi sepertiga anterior lidah. Jadi mintalah pasien mejulurkan lidah nya dan letakkan sedikit garam atau gula di ujung lidah. Mula-mula pada satu sis kemudian pada sis lainnya. Pasien harus tetap menjulurkan lidahnya hingga ia mengenali rasa nya.
Untuk menilai Nervus vestibulocochlear dilakukan dengan tes weber-rinne-swabach. nervus ini mempersarafi kanalis semisirkularis yg memberikan masukan sensoris yg cukup penting untuk posisi dan keseimbangan.
Nervus glosofaringeus dan Vagus mudah diperiksa bersama-sama. →Sentuhlah tiap sisi faring posterior dengan aplikator dan lihatlah adanya gag refleks. →Selanjutnya, sentuhlah setiap sisi palatum ole di dekat uvula; tiap sisi harus terangkat walau dirangsang. Nervus vagus dikatakan normal jika pasien dapat menelan dan berbicara jelas.
Nervus Asesorius spinal memberikan suplai motorik ke muskulus trapezius dan sternokleidomastoideus. Lesi unilateral pada nervus ini memberikan gambaran ketidakmampuan mengangkat bahu dan kelemahan memutar kepala ke sisi yg berlawanan.
Nervus hipoglosus mengendalikan otot lidah. →Minta pasien menjulurkan lidahnya. Jika terjadi paralisis hipoglosus, lidah akan menyimpang ke sisi yg lesi. Atrofi sisi yg diserang teradi secara dini. →Jika kita masih ragu, mintalah pasien mendorong lidahnya ke tiap pipi. →Periksalah kekuatan nya dengan ikut menekan pipi tersebut.
Ini nih urutan garap laporan pas OSCE besok menurut mimin. Ni sih kemaren uda mimin tanyakan sama asdosnya, katanya sih diterima. Ni ni boleh disantap buat belajar OSCE.
1.
Ciri-ciri preparat yang bagus
-Punya kepala dan ekor
-Tidak ada bintik lemak
-Ekor tidak ada robekan
-Tidak ada putus dan pecah
-Berbentuk peluru
-Merata
-Preparat tidak kurang dari 1/3 kaca objek
2.Semakin besar perbesaran nya maka condenser diputar supaya cahaya lebih terang
3.Best area itu dmna eritrosit tidak bertumpuk (tidak selalu di area 5). Pake perbesaran 10x yaa..
4.Pake perbesaran 40x. hitung estimasi jumlah leukosit. Normalnya 2-7/Lapang Pandang dengan melakukan 10 kali observasi dengan menggeser zig-zag 90o . hasil total dibagi 10 sejumlah dengn jumlah observasi.
5.Pindah ke perbesaran 100x
6.Sekarang setelah di perbesaran 100 urut kita lakukan observasi eritrosit, leukosit, dan trombositdi perbesaran 100 urut kita lakukan observasi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
-Eritrosit
Urut yang dilaporkan adalah ukuran, warna, dan bentuk.
a.Ukuran
Terlihat makrositik, normositik, atau mikrositik
b.Warna
Hipokromik ao normokromik
c.Bentuk
Target cell, cigar, burr cell, dll
Penyebaran juga dilaporkan missal nya jika terjadi rouleaux.
Anisositosis: ukuran nya berbeda-beda
Poikilosistosis: bentuknya bermacam-macam
Anisopoikilositosis: bentuk dan ukuran bermacam-macam
-Leukosit
Hitung jenis nya dilakukan pada perbesaran 100x dan dihitung sampai menemukan 100 sel. Setiap ketemu 10 pindah table yaa.