Author : Chandra, Agni
1. Apa
saja gangguan pada sistem respirasi dan kardiovaskuler?
2. Fisiologi,
Histologi, anatomi sistem kardiovaskuler ?
3. Apa
saja jenis pernapasan ?
4. Bagaimana
mekanisme pertukaran O2 dan CO2 ?
5. Bagaimana
fisiologi siklus dan curah jantung?
6. Apa
fungsi sirkulasi darah dan mekanismenya?
7. Bagaimana
interpretasi hasil pemeriksaan spirometri ?
PEMBAHASAN
1.
Patofisiologi Sistem Pernapasan
Beberapa kelainan dan penyakit pada
sistem pernapasan manusia antara lain sebagai berikut:
1.
Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang
kaku dari bronkiolus yang menyebabkan kesukaran bernapas. Asma biasanya
disebabkan oleh hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap
benda-benda asing di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi
dikarenakan faktor psikis dan penyakit menurun.
2.
Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit
spesifik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini
dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru
dan tulang. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu
karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
1)
Peningkatan
kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-paru
2)
Mengurangi
kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
3)
Mengurangi luas
permukaan membran pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan membran
pernapasan sehingga menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru
3.
Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada
faring sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun
kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri
yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis.
4.
Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan
pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya
bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap
rokok, debu, atau polutan udara.
5.
Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru
dimana alveolus biasanya terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi
disebarkan oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas
ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh bakteri
streptokokus (Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
6.
Emfisema paru – paru
Emfisema disebabkan karena hilangnya
elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat
dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya
dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan
enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru
ini.
7.
Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan
pada rongga faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8.
Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam
pengangkutan oksigen ke jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru,
pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air
karena seseorang tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon
monoksida yang disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida
sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.
9.
Kanker paru – paru
Penyakit ini merupakan pertumbuhan sel
kanker yang tidak terkendali di dalam jaringan paru-paru. Kanker ini
mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru dan menjalar ke seluruh bagian tubuh.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada
pria dan sekitar 70% kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap,
semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Tetapi tidak menutup
kemungkinan perokok pasif pun mengalami penyakit ini. Penyebab lain yang memicu
penyakit ini adalah penderita menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum,
dan radiasi ionisasi.
Patofisiologi Sistem Kardiovaskuler
1. Gagal jantung
Penyakit ini merupakan akibat dari kondisi apapun
jantung yang menurunkan kemampuan jantung untuk memompa darah. Sebagai penyebab
biasanya adalah pengurangan kontraktilitas miokardium akibat penurunan aliran
darah koroner, kegagalan memompa juga dapat disebabkan oleh kerusakan katup
jantung, tekanan eksternal di sekitar jantung, defisiensi vit.B, penyakit otot
jantung prime.
2. Syok Sirkulasi
Adalah ketidakcukupan aliran darah di seluruh tubuh
sehingga jaringan tubuh mengalami kerusakan akibat terlalu sedikitnya aliran,
terutama terlamoau sedikitnya penyediaan oksigen dan zat makanan lainnya bagi
selsel jaringan.
3.
Takikardia paroksimal
Istilah
“paroksimal” berarti bahwa frekuensi denyut jantung biasanya menjadi sangat
cepat pada serangan, dengan serangan yang mulainya mendadak dan berlanjut
selama beberapa detik, beberapa menit, beberapa jam, atau lebih lama lagi.
4.
Hipertfrofi jantung
Walaupun
hipertrofi fisiologi pada otot jantung biasanya menguntungkan bagi fungsi
jantung, kadang-kadang hipertrofi yang ekstrim menimbulkan kegagalan. Salah
sastu alasannya ialah karena pembuluh koroner biasanya tidak mengalami
pertambahan yang sesuai dengan pertambahan masa otot. Alasan kedua ialah bahwa
fibrosis sering terjadi dalam otot, terutama di otot subendokardium tempat
aliran darah koroner berlangsung buruk, dengan jaringan fibrosa yang
menggantikan serat-serat otot yang mengalami degenerasi.
2.
Anatomi,
Histologi, dan Fisiologi Sistem Kardovaskular
A.
Anatomi dan Histologi Jantung
1. Anatomi Jantung
Jantung berbentuk
seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks
(superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS –V)
berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh
balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri
yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui
denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya.
Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
a.
Dinding depan
berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta
III-I
b. Samping
berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c. Atas
setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis,
brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d. Belakang
alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena azigos, dan
kolumna vetebrata torakalis.
e. Bagian
bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada
tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah
paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung
sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
a. Umur:
Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun
kebawah
b. Bentuk
rongga dada: Perubahan bentuk tora yang
menetap (TBC) menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan
membulat
c. Letak
diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah
jantung ke atas
d. Perubahan
posisi tubuh: proyeksi jantung normal di
pengaruhi oleh posisi tubuh.
Ø Otot jantung
terdiri atas 3 lapisan yaitu:
1. Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung
atau merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus
dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan
fibrosa dan serosa yaitu lapisan
parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai
pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu jantung.
a.
Tengah/ miokardium
Lapisan
otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium
yaitu:
1. Otot
atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan dalam
mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua
atria.
2. Otot
ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antrioventikuler
sampai ke apeks jantung.
3. Otot
atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik( atrium dan ventrikel).
b.
Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi
oleh membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Ø Bagian- bagian
dari jantung:
a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang
berhubungan dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan
sebagian oleh atrium dekstra.
b. Apeks
kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
Ø Permukaan
jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Fascies
sternokostalis: permukaan menghadap
kedepan berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra,
ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
b. Fascies
dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang berbentuk segiempat berbatas
dengan mediastinum posterior, dibentuk
oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan sebgain kecil dinding
ventrikel sinistra.
c. Fascies
diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang bebatas dengan stentrum
tindinium diafragma dibentuk oleh
dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.
Ø Tepi jantung(
margo kordis) yaitu:
a. Margo
dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava superior
sampai ke apeks kordis
b. Margo
sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah muara vena
pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis.
Ø Alur permukaan
jantung:
a. Sulkus
atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis
b. Sulkus
langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis dengan aurikula sinistra
berjalan kebawah menuju apeks kordis.
c. Sulkus
langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.
Ø Ruang-ruang
jantung
Jantung
terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium
dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya
membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara
atrium kanan terdiri dari:
a) Vena
cava superior
b) Vena
cava inferior
c) Sinus
koronarius
d) Osteum
atrioventrikuler dekstra
b.
Sisa fetal atrium
kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
2.
Ventrikel dekstra:
berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan
dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan
jauh lebih tebal dari atrium
3.
Atrium sinistra:
Terdiri dari rongga utama dan aurikula
4.
Ventrikel sinistra:
Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan
dengan aorta melalui osteum aorta.
2.
Histologi Jantung
Dinding
jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endokardium, miokardium dan epikardium.
Endokardium, merupakan bagian dalam dari atrium dan ventrikel. Endokarium
homolog dengan tunika intima pada pembuluh darah. Endokardium terdiri dari
endotelium dan lapisan subendokardial. Endotelium pada endokardium merupakan
epitel selapis pipih dimana terdapat tight/occluding junction dan gap junction.
Lapisan
subendokardial terdiri dari jaringan ikat longgar. Di lapisan subendokardial
terdapat vena, saraf, dan sel purkinje. Miokardium, terdiri dari otot polos. Miokardium
pada ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan pada ventrikel kanan. Sel otot
yang khusus pada atrium dapat menghasilkan atriopeptin, ANF (Atrial Natriuretic
Factor), kardiodilatin dan kardionatrin yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Miokardium terdiri dari 2 jenis serat otot
yaitu serat kondukdi dan serat kontraksi. Serat konduksi pada jantung merupakan
modifikasi dari serat otot jantung dan menghasilkan impuls. Serat konduksi
terdiri dari 2 nodus di dinding atrium yaitu nodus SA dan AV, bundle of His dan
serat purkinje.
Serat purkinje
merupakan percabangan dari nodus AV dan terletak di subendokardial. Sel
purkinje mengandung sitoplasma yang besar, sedikit miofibril, kaya akan
mitokondria dan glikogen serta mempunyai 1 atau 2 nukleus yang terletak di
sentral. Serat kontraksi merupakan serat silindris yang panjang dan bercabang.
Setiap serat terdiri hanya 1 atau 2 nukleus di sentral. Serat kontraksi mirip
dengan otot lurik karena memiliki striae.
Sarkoplasmanya banyak
mengandung mitokondria yang besar. Ikatan antara dua serat otot adalah melalui
fascia adherens, macula adherens (desmosom), dan gap junctions. Epikardium
terdiri dari 3 lapisan yaitu perikardium viseral, lapisan subepikardial dan
perikardium parietal. Perikardium viseral terdiri dari mesothelium ( epitel
selapis pipih). Lapisan subepikardial terdiri dari jaringan ikat longgar dengan
pembuluh darah koroner, saraf serta ganglia. Perikardium parietal terdiri dari
mesotelium dan jaringan ikat.
B.
Anatomi
Histologi Pembuluh Darah
a. Anatomi
Pembuluh Darah
Selain alat pemompa, darah juga
memerlukan pembuluh untuk dapat beredar ke seluruh tubuh. Pembuluh ini
berbentuk bulat, dengan ukuran berbeda-beda, dan berdiameter antara 0,01 mm
hingga 10 mm. Ada tiga macam pembuluh darah, yaitu arteri, vena, dan kapiler.
Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu dengan lainnya dan
membentuk suatu sistem. Perhatikan Gambar 5.11 dan gambar 5.12.
|
1)
Pembuluh Darah Arteri (Pembuluh
Nadi)
|
Arteri merupakan pembuluh darah yang
membawa darah keluar dari jantung. Arteri yang membawa darah dari bilik kiri
menuju seluruh tubuh disebut aorta. Sementara itu, pembuluh yang membawa darah
dari bilik kanan menuju paru-paru disebut arteri pulmonalis. Arteri mengandung
darah kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis mengandung darah kaya
karbondioksida
.Arteri
bercabang-cabang membentuk cabang lebih kecil yang disebut arteriole. Arteriole
ini membentuk cabang-cabang lebih kecil dan ujung-ujungnya
berhubungan langsung dengan sel-sel
tubuh. Cabang - cabang ini disebut kapiler.
|
|
|
2) Pembuluh
Darah Vena (Pembuluh Balik)
Vena merupakan pembuluh yang membawa
darah ke jantung. Vena bercabang-cabang membentuk venula. Venula membentuk
cabang-cabang lebih kecil yang disebut kapiler. Vena yang berhubungan langsung
dengan jantung atau paru-paru dikenal dengan vena kava.
Vena
mengandung banyak darah kaya karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis
mengandung banyak oksigen. Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis,
kurang elastis, dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini
mempunyai beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah
3) .Pembuluh
Darah Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah
berukuran kecil sebagai perpanjangan arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini
bersifat permeabel sehingga cairan tubuh dan zat-zat terlarut dapat keluar
masuk melalui dinding selnya. Selain itu, juga terjadi pertukaran oksigen,
karbon dioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan
yang ada di sekeliling kapiler.
Beberapa
pembuluh kapiler mempunyai lubang berukuran sempit sehingga sel darah merah
dapat rusak jika melewatinya. Diameter pembuluh ini dapat berubahubah. Kapiler
dapat menyempit karena pengaruh temperatur lingkungan yang rendah dan membesar
bila ada pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi serta bahan kimia, seperti
histamin.
Meskipun
ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil dibandingkan dengan arteri dan vena,
tetapi jumlah volume darah secara keseluruhan lebih besar di arteriole dan
kapiler. Volume darah di dalam kapiler 800 kali volume darah di dalam arteri
dan vena.
b.
Histologi
Pembuluh darah
Histologi
pembuluh darah di bedakan menjadi 3 komponen yaitu tunica intima, tunica media,
dan tunica adventitia. Berikut adalah penjabaran dari ke tiga komponen tersebut
adalah.
Tunica
intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica
media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut
juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and
jaringan elastic.
Tunica
adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan
ikat.
C.
Hematopoiesis
dan Komponen Darah
a)
Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan
proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan
diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan
peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik
pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses
pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah
yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Proses yang
terjadi bisa lebih jelas dilihat melalui gambar di bawah ini :
Hematopoiesis pada manusia
terdiri atas beberapa periode :
1.
Mesoblastik
Dari embrio
umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah HbG1,
HbG2, dan Hb Portland.
2.
Hepati
Dimulai sejak
embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada umur 12
minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.
3.
Mieloid
Dimulai pada
usia janin 20 minggu terjadi
di dalam sumsum tulang, kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang,
hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit,
dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan
pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya adalah asam amino,
vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah, dan faktor-
faktor perangsang hematopoietik.
b)
Komponen Darah
Darah manusia terdiri atas dua
komponen, yaitu sel-sel darah yang berbentuk padatan dan plasma darah yang
berbentuk cairan. Jika darah disentrifugasi, maka darah akan terbagi menjadi
beberapa bagian. Bagian paling bawah adalah sel-sel darah merah, lapisan di
atasnya adalah lapisan berwarna kuning yang berisi sel-sel darah putih. Sedangkan,
lapisan paling atas adalah plasma darah.
a. Sel-sel darah
Sel-sel darah dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel-sel darah ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan
mikroskop
biasa.
1) Sel darah
merah (eritrosit)
Dari ketiga macam sel darah, sel
darah merah mempunyai jumlah terbanyak. Pada wanita normal mempunyai kira-kira
4,5 juta sel darah merah dalam setiap mm³ darah. Sedangkan, pada laki-laki
normal sekitar 5 juta sel darah merah setiap mm³. Selain itu, jumlah sel darah
merah juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat seseorang hidup dan kesehatan
seseorang. Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram bikonkaf dengan diameter
7,5 μm, ketebalan 2 μm, dan tidak berinti sel.
Bentuk bikonkaf ini mempercepat
pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah dibentuk
dalam tulang-tulang rusuk, tulang dada, dan tulang belakang. Eritrosit memiliki
pigmen respirasi, yaitu hemoglobin yang berperan mengikat oksigen sehingga
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Jangka hidup sel-sel darah merah kira-kira 120
hari. Sel-sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagostik
dalam hati. Sebagian besar besi dari hemoglobin digunakan kembali. Sedangkan,
sisa dari molekul hemoglobin yang dipecah menjadi pigmen empedu yang
diekskresikan oleh hati ke dalam empedu.
2) Sel darah
putih (leukosit)
Sel darah putih mempunyai satu inti
sel dan berbentuk tidak tetap. Fungsi umum dari sel darah putih adalah
melindungi tubuh dari infeksi. Umur leukosit dalam sistem peredaran darah
adalah 12 - 13 hari. Berdasarkan granula yang dikandung sitoplasma, sel darah
putih dapat dibedakan menjadi sel darah putih bergranula (granulosit) dan sel
darah putih yang tidak bergranula (agranulosit). Leukosit yang bergranula,
contohnya eusinofil (2 - 4 %), basofil (0,5 - 1 %), dan neutrofil (60 - 70 %).
Sedangkan, leukosit yang tidak bergranula, contohnya limfosit (20 - 25 %) dan monosit
(3 - 8 %).
Neutrofil dan monosit melindungi
tubuh dengan cara melakukan endositosis terhadap partikel asing yang masuk ke
dalam tubuh. Jumlah eusinofil akan meningkat jika tubuh mengidap cacing-cacing
parasit. Basofil berperan dalam reaksi alergi dengan membentuk sel mast.
Sedangkan, limfosit berperan dalam pembentukan antibodi.
Semua sel-sel darah putih dibuat
dalam sumsum tulang dan kelenjar limfa. Jumlah sel darah putih di dalam tubuh
kira-kira 5.000 - 10.000 sel setiap mm³ darah. Jika terjadi infeksi, jumlah
leukosit di dalam tubuh bisa meningkat mencapai 30.000. Jumlah leukosit yang
melebihi jumlah normal ini disebut leukopeni. Sedangkan, jumlah leukosit yang
kurang dari jumlah normal disebut leukositosis.
Contoh keadaan jumlah leukosit menjadi
lebih besar dari normal adalah leukimia atau kanker darah. Leukosit yang sangat
banyak ini mengakibatkan fagositosis terhadap sel darah merah oleh sel darah
putih.
3)
Keping-keping darah (trombosit)
Keping-keping darah adalah fragmen
sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar (megakariosit) dalam sum-sum tulang.
Trombosit berbentuk seperti cakera atau lonjong dan berukuran 2 μm.
Keping-keping darah mempunyai umur hanya 8 - 10 hari. Secara normal dalam
setiap mm³ darah terdapat 150.000 - 400.000 keping-keping darah. Trombosit
memiliki peranan dalam pembekuan darah. Dengan skema pembekuan darah sebagai
berikut:
b. Plasma darah
Plasma darah ialah cairan berwarna kekuning-kuningan
dan terdapat sel-sel darah. Komponen terbesar dari plasma darah adalah air yang
mengandung albumin, bhan pembeku darah, immunoglobin(antibodi), hormon,
protein, dan garam. Dalam plasma darah terlarut molekul-molekul dan ion-ion
yang beraneka ragam. Molekul-molekul ini meliputi glukosa yang bekerja sebagai
sumber utama energi untuk sel-sel dan asam amino. Selain molekul makanan, juga
terdapat sisa metabolisme sel. Vitamin-vitamin dan hormon juga terdapat dalam
plasma darah. Sejumlah ion, misalnya Na+ dan Cl– terdapat dalam plasma darah.
Kira-kira 7 % plasma terdiri atas molekul-molekul protein, seperti fibrinogen
yang esensial untuk proses pembekuan darah.
3.
Jenis
pernapasan ada 2 yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut :
1. Pernapasan dada
- Inspirasi : Bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar, sehingga udara masuk ke paru-paru.
- Ekspirasi : Bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun, akibatnya volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke luar dari paru-paru.
2. Pernapasan perut
- Inspirasi : Bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar, akibatnya volume rongga dada bertambah besar, tekanan mengecil, sehingga udara masuk ke paru-paru
- Ekspirasi : Bila otot diafragma relaksasi, maka posisi diafragma naik/melengkung, sehingga rongga dada mengecil, tekanan membesar, akibatnya udara terdorong keluar.
Ekspirasi
bukan saja akibat otot-otot antar tulang rusuk dan diafragma yang berelaksasi,
tetapi juga karena kontraksi otot dinding perut. (http://biologimediacentre.com/sistem-respirasi-3-respirasi-pada-manusia/)
Pengaruh
sistem respirasi terhadap latihan fisik adalah Latihan fisik akan mempengaruhi
konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang
besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru.
Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam
alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi
gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan
karbon dioksida. (William, 1999).
4. Bagaimana
Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen dan Karbondioksida?
Proses
terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas.
Pertukaran gas O2 dan CO2 yang dimaksud yakni mekanisme eksternal dan internal.
a.
Pernapasan eksternal
Ketika kita menghirup
udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru, udara
yang masuk mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepas. Proses
pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan
pernapasan eksternal.
Pada
pernapasan eksternal, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang
mengangkut sebagian besar karbondioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3) dengan
persamaan reaksi sebagai berikut: H + HCO3= H2CO3
Sisa
karbondioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi sebagai
berikut: H2CO3= H2O + CO2
Enzim
karbonat anhidrase yang terdapat dalamsel-sel darah merah dapat mempercepat
reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion hidrogen yang
telah diangkut: HHb menjadi Hb. Selanjutnya hemoglobin mengikat oksigen dan
menjadi oksihemoglobin (Hb02) : Hb + O2 = HbO2
Selama
pernapasan eksternal, didalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah melalui difusi. Proses difusi
dapat terjadi pada paru-paru (alveolus) karena ada perbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekana parsial membuat konsentrasi O2
dan Co2 pada darah dan udara berbeda.
Tekanan
parsial O2 yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan pada alveolus. Dengan
kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi dibandingkan konsentrasi
oksigen pada darah. Oleh karena itu, O2 dari udara akan berdifusi menuju darah pada
alveolus.
Sementara
itu, tekanan parsial CO2 dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial
pada udara. Sehingga konsentrasi Co2 dalam darah lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi CO2 dalam udara. Akibatnya, CO2 pada darah berdifusi menuju udara dan
akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b.
Pernapasan Internal
Pada pernapasan internal
darah masuk kedalam jaringan tubuh, 02 meninggalkan hemoglobin dan berdifusi
masuk kedalam cairan jaringan tubuh. Hb02= Hb + O2
Difusi
oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi
karena tekanan O2 didalam jaringan lebih rendah dibandingkan tekanan oksigen
dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan
O2 dalam respirasi selular. Oleh karena itu, O2 dalam darah mengalir menuju
cairan jaringan.
Sementara
itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah dibandingkan tekanan
karbondioksida dalam jaringan. Akibatnya CO2 diangkut darah, sebagian kecilnya
berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin (HbCO2): CO2 + Hb = HbCO2
Namun
sebagian besar karbondioksida tersebut masuk kedalam plasma darah dan bergabung
dengan air menjadi asam bikarbonat ( H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam
karbonat akan segera terurai menjadi dua ion yakni, hidrogen dan ion bikarbonat.
H2CO3=
H + HCO3
CO2
yang diangkat darah ini tidak semuanya dibebaskan keluar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10% nya
saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah.
Ion-ion bikarbonat didalam berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga.
Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas Ph (
derajat keasaman ) darah.
5. Bagaimana fisiologi siklus dan curah
jantung?
Fisiologi Jantung
a.
Siklus Jantung, Siklus jantung terdiri dari periode
sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian
jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol yang
terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung,
sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi jantung. Selama diastol ventrikel dini, atrium juga
masih berada dalam keadaan diastol. Karena aliran masuk darah yang kontinu dari
sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel
walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV
terbuka, dan darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama
diastol ventrikel. Akhirnya, volume ventrikel perlahan – lahan meningkat bahkan
sebelum atrium berkontraksi.
Pada
akhir diastol ventrikel, nodus sinoatrium (SA) mencapai ambang dan membentuk
potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium dan menimbulkan kontraksi
atrium. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem
penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Ketika kontraksi ventrikel
dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan tekanan
yang terbalik inilah yang mendorong katup AV tertutup. Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan
atrium dan katup AV sudah menutup, tekanan ventrikel harus terus meningkat
(Sherwood, 2001) sampai tekanan tersebut cukup untuk membuka katup semilunar
(aorta dan pulmonal) (Guyton, 2006). Dengan demikian, terdapat periode waktu
singkat antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta. Karena semua katup
tertutup, tidak ada darah yang masuk atau keluar dari ventrikel selama waktu
ini. Interval ini disebut sebagai periode kontraksi ventrikel isometrik
(Sherwood, 2001). Pada saat tekanan ventrikel kiri melebihi 80 mmHg dan tekanan
ventrikel kanan melebihi 8 mmHg, katup semilunar akan terdorong dan membuka.
Darah segera terpompa keluar dan terjadilah fase ejeksi ventrikel. Pada akhir
sistolik, terjadi relaksasi ventrikel dan penurunan tekanan intraventrikular
secara cepat. Peningkatan tekanan di arteri besar menyebabkan pendorongan darah
kembali ke ventrikel sehingga terjadi penutupan katup semilunar (Guyton, 2006).
Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini, namun katup
AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari tekanan
atrium. Dengan demikian, semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat
yang dikenal sebagai relaksasi ventrikel isovolumetrik.
b. Curah Jantung dan Kontrolnya Curah
jantung (cardiac output) adalah volume darah yang dipompa oleh tiap – tiap
ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung).
Selama satu periode waktu tertentu, volume darah yang mengalir melalui
sirkulasi paru ekivalen dengan volume darah yang mengalir melalui sirkulasi
sistemik. Dengan demikian, curah jantung dari kedua ventrikel dalam keadaan
normal identik, walaupun apabila diperbandingkan denyut demi denyut, dapat
terjadi variasi minor. Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut
jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang dipompa per
denyut). Kecepatan denyut jantung rata – rata adalah 70 kali per menit, yang
ditentukam oleh irama sinus SA, sedangkan volume sekuncup rata –rata adalah 70
ml per denyut, sehingga curah jantung rata – rata adalah 4.900 ml/menit atau
mendekati 5 liter/menit. Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh
pengaruh otonom pada nodus SA. Nodus SA dalam keadaan normal adalah pemacu
jantung karena memiliki kecepatan depolarisasi spontan tertinggi. Ketika nodus
SA mencapai ambang, terbentuk potensial aksi yang menyebar ke seluruh jantung
dan menginduksi jantung berkontraksi. Hal ini berlangsung sekitar 70 kali per
menit, sehingga kecepatan denyut rata – rata adalah 70 kali per menit. Jantung
dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi
kecepatan serta kekuatan kontraksi. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf
vagus mempersarafi atrium, terutama
nodus SA dan nodus atrioventrikel (AV). Pengaruh sistem saraf parasimpatis pada
nodus SA adalah menurunkan kecepatan denyut jantung, sedangkan pengaruhnya ke
nodus AV adalah menurunkan eksitabilitas nodus tersebut dan memperpanjang
transmisi impuls ke ventrikel. Dengan demikian, di bawah pengaruh parasimpatis
jantung akan berdenyut lebih lambat, waktu antara kontraksi atrium dan
ventrikel memanjang, dan kontraksi atrium melemah. Sebaliknya, sistem saraf simpatis, yamg
mengontrol kerja jantung pada situasi – situasi darurat atau sewaktu berolahraga,
mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Efek utama
stimulasi simpatis pada nodus SA adalah meningkatkan keceptan depolarisasi,
sehingga ambang lebih cepat dicapai. Stimulasi simpatis pada nodus AV
mengurangi perlambatan nodus AV dengan meningkatkan kecepatan penghantaran.
Selain itu, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi di seluruh
jalur penghantar khusus. Komponen lain yang menentukan curah jantung adalah
volume sekuncup. Terdapat dua jenis kontrol yang mempengaruhi volume sekuncup,
yaitu kontrol intrinsik yang berkaitan dengan seberapa banyak aliran balik vena
dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat stimulasi simpatis pada
jantung. Kedua faktor ini meningkatkan volume sekuncup dengan meningkatkan
kontraksi otot jantung. Hubungan langsung antara volume diastolik akhir dan
volume sekuncup membentuk kontrol intrinsik atas volume sekuncup, yang mengacu
pada kemampuan inheren jantung untuk mengubah volume sekuncup. Semakin besar
pengisian saat diastol, semakin besar volume diastolik akhir dan jantung
semakin teregang. Semakin teregang jantung, semakin meningkat panjang serat
otot awal sebelum kontraksi. Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang lebih
kuat, sehingga volume sekuncup menjadi lebih besar. Hubungan antara volume
diastolik akhir dan volume sekuncup ini dikenal sebagai hukum Frank-Starling
pada jantung. Secara sederhana, hukum
Frank-Starling menyatakan bahwa jantung dalam keadaan normal memompa semua
darah yang dikembalikan kepadanya, peningkatan aliran balik vena menyebabkan
peningkatan volume sekuncup. Tingkat pengisian diastolik disebut sebagai
preload, karena merupakan beban kerja yang diberikan ke jantung sebelum
kontraksi mulai. Sedangkan tekanan darah di arteri yang harus diatasi ventrikel
saat berkontraksi disebut sebagai afterload karena merupakan beban kerja yang
ditimpakan ke jantung setelah kontraksi di mulai. Selain kontrol intrinsik,
volume sekuncup juga menjadi subjek bagi kontrol ekstrinsik oleh faktor –
faktor yang berasal dari luar jantung, diantaranya adalah efek saraf simpatis
jantung dan epinefrin (Sherwood, 2001).
6. Apa fungsi sirkulasi darah dan
mekanismenya?
Sistem
sirkulasi adalah sistem transport yang
mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diarbsorbsi dari traktus gastro intestine
menuju ke jaringan,serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan hasil metabolisme
lainnya menuju ke ginjal ( Ganong,1998).
Fungsi
sirkulasi adalah, antara lain:
1. Mentransport nutrien ke jaringan
2. Mentransport produk-produk yang
tidak berguna
3. Menghantarkan hormone dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain
4. Secara umum untuk memelihara
lingkungan yang sesuai dalam seluruh cairan jaringan agar bisa bertahan hidup
secara optimal
5. Untuk fungsi-fungsi sel
6. Untuk melayani kebutuhan jaringan (
Guyton,1996).
Sistem
sirkulasi ada 2 yaitu sistem sirkulasi sistemik dan sistem sirkulasi pulmoner.Sistem sirkulasi sistemik adalah sistem
sirkulasi yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh kecuali ke
paru-paru. Setelah menjalani proses pertukaran partikel di pembuluh
kapiler,darah akan kembali mengalir ke jantung.Tujuan dari sistem sirkulasi
sistemik ini adalah mengirirm zat makanan,hormon dan oksigen menuju ke jaringan
yang membutuhkan,serta membawa produk sampah metabolisme dan panas untuk
dibuang (Kurniawan,2006).
Sistem sirkulasi pulmoner adalah sistem sirkulasi yang
dimulai dari pengaliran darah dari jantung yang mengandung banyak
karbondioksida dan sedikit oksigen untuk kemudian menuju ke paru-paru.Di
paru-paru akan terjadi proses difusi gas antara darah dalam pembuluh darah
kapiler dengan alveoli.Proses difusi gas yang berlangsung di alveoli akan
memindahkan gas karbondioksida dari darah dalam pembuluh darah kapiler menuju
ruang alveoli sedangkan gas oksigen akan dipindah dari ruang alveoli menuju
darah dalam pembuluh darah kapiler.Kemudian darah yang banyak mengandung
oksigen tersebut akan menuju ke jantung yang selanjutnya akan dialirkan ke
seluruh tubuh melalui sirkulasi sistemik (Kurniawan,2006).
7.
Bagaimana
interpretasi hasil pemeriksaan spirometri?
PERSIAPAN
PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Spirometri
merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya tidak
dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut:
1.
Operator, harus memiliki pengetahuan yang
memadai , tahu tujuan pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek
dengan manuver yang benar
2.
Persiapan
alat, spirometer harus telah dikalibrasi
untuk volume dan arus udara minimal 1 kali seminggu
3.
Persiapan
subjek, selama pemeriksaan subjek harus
merasa nyaman. Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan
dan manuver yang akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam
sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat,
penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan
24 jam untuk aksi panjang.
4.
Kondisi
lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai
sistem ventilasi yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C
MANUVER
SPIROMETRI
Hasil
spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat
manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk
meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal.
1.
Manuver
KV, subjek menghirup udara sebanyak
mungkin dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
2.
Manuver
KVP, subjek menghirup udara sebanyak
mungkin dan kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya
sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka manuver
segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.
3.
Manuver
VEP1(volume
ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara yang
dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP1
seperti manuver KVP.
4.
Manuver
APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah
kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik
napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah
kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
5.
Manuver
MVV (maximum voluntary ventilation).
MVV adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas
melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal
10-15 detik
HASIL
SPIROMETRI
Minimal
terdapat 3 hasilacceptable
·
Inspirasi
penuh sebelum pemeriksaan dimulai
·
Memenuhi
syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-ragu
·
Tidak
batuk atau glottis menutup selama detik pertama
·
Memenuhi
lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada subjek dengan
kelainan obstruksi
·
Tidak
terjadi kebocoran
·
Tidak
terjadi obstruksi pada mouthpiece
Hasil yangreproducible
·
Nilai
KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya kurang
dari 5% atau 0,1 liter
·
Jika
tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
·
Jika
tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan
interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable
Seleksi
nilai untuk interpretasi
·
Pilih
hasil yang acceptable dan reproducible
·
Pilih
nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang digunakan
·
Untuk
indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan nilai
terbesar kombinasi KVP dan VEP1.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ganong,
William F., editor bahasa Indonesia: M Djauhari Widjajakusumah. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 17.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. hal. 669 – 724
2.
Guyton
& Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.1997. hal. 333, 356, 655
– 667,
3.
Sherwood,
Lauralee.Fisiologi Jantung. Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001; hal 410 –
460
4.
Despopoulus, Agamemnon,
Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. Penerbit Hipokrates. 2000. hal. 78 – 109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar