Pada saat stamina dan daya tahan tubuh turun apalagi ditambah wabah influenza, maka orang lain akan mudah tertular. Salah satu faktor yg membuat menjadi mudah tertular adalah vaksinasi. Karena vaksinasi memberikan perlindungan 80-90 % terutama jika vaksin diproduksi oleh galur virus yg epidemik.
Timbul pertanyaan baru nih meds, kenapa influenza nya bisa balik lagi padahal kita punya penangkal nya?
Karena virus ini selalu mengalami perubahan struktur ntigennya. Mutasi ini memnyulitkan para tenaga kesehatan untuk memperkirakan jenis flu yang akan menterang. Semua virus influenza memiliki materi genetik yg terdiri dari RNA. Ketika RNA melakukan replikasi, cenderung melakukan banyak kesalahan dibanding ketika DNA melakukan replikasi. Hal ini menimbulkan terjadinya kecenderungan Virus untuk bemutasi lebih tinggi. Sehingga galur nya juga ikut berkembang. Begitu meds kata buku imunologi dan virus (dr Maksum, M.biomed, 2010)
Perbedaan gejala yg ditimbulkan virus, bakteri, dan alergi (alergi lihat di tabel)
- Demam pada anak 90 – 95% disebabkan oleh virus, sisanya oleh nakteri. Demam dengan suhu tinggi > 39 °C dan durasi lebih dari 3 hari cenderung dikarenakan oleh bakteri dibandingkan virus.
- Lokasi:
Kalo yang terinfeksi oleh virus, organ yg terkena lebih banyak. Kalo bakteri lebih terlokalisir. - Perilaku :
jika masih bisa berinteraksi dan masih bermain maka cenderung disebabkan oleh virus. Sebaliknya disebabkan oleh bakteri jika anak lemah letih lesu dll.
DD Nasofaringitis, epiglotitis, rhinitis
Nasofaringitis Epiglotitis Rhinitis
Etiologi
- Rhinoviruses: These cause approximately 30-50% of colds in adults. They grow optimally at temperatures near 32.8°C (91°F), which is the temperature inside the human nares.
- Coronaviruses
- .Other viruses: Adenoviruses, orthomyxoviruses (including influenza A and B viruses), paramyxoviruses (eg, PIV), RSV, EBV, and hMPV account for many URIs. Varicella, rubella, and rubeola infections may manifest as a nasopharyngitis before other classic signs and symptoms develop.
This is a bacterial infection. Other bacteria, found more commonly in adults than in children, include group A streptococci, S pneumoniae, and M catarrhalis. In adults, cultures are most likely to be negative.
- Rhinoviruses: These cause approximately 30-50% of colds in adults. They grow optimally at temperatures near 32.8°C (91°F), which is the temperature inside the human nares.
- Coronaviruses
- .Other viruses: Adenoviruses, orthomyxoviruses (including influenza A and B viruses), paramyxoviruses (eg, PIV), RSV, EBV, and hMPV account for many URIs. Varicella, rubella, and rubeola infections may manifest as a nasopharyngitis before other classic signs and symptoms develop.
Pemeriksaan penunjang
Foto torakManfaat :
Menunjuk diagnostik, tapi tidak menentuka etiologi
Menentukan luas/ beratnya penyakit
Menentukan kkomplikasi
Tindak lanjut
Virus : hiperinflasi, atelektasis segmental, infiltrat intersisisal
Mikoplasma :
Mikoplasma :
Diagnosis mikrobiologis pada bayi dan anak susah karena
- Sulit mendapatkan sputum
- Beberapa bakteri susah dikultur
- Usap nasofaring tidak dipercaya karena prevalensi bakteri di nasofaring tinggi
Berdasarkan Depkes ISPA terbagi menjadi 2
Infeksi saluran pernapasan akut – atas dan infeksi saliran pernapasan akut – bawah
Infeksi saluran pernapasan akut – atas | infeksi saliran pernapasan akut – bawah |
Common cold (rhinitis) Faringitis – nasfaringitis – tonsilofaringitis Sinusitis Otitis media | Epiglotitis Laringo-trakeobronkitis Bronkitis Bronkilotis pneumonia |
Berdasarkan etiologi
Gejala | Virus Influenza | Common cold |
Sakit kepala | Merupakan gejala utama | Kadang – kadang |
Demam | Suhu tinggi | Jarang |
Nyeri otot | Sering | Ringan |
Badan lemah | Merupakan gejala utama | Ringan |
Kelemahan parah | Terjadi pada permulaan sakit dan merupakan gejala utama | Tidak pernah |
Hidung tersumbat | Kadang – kadang | Sering |
Bersin | Kadang – kadang | Sering |
Sakit tenggorokan | Kadang – kadang | Sering |
Batuk dan dada terasa sesak | Bisa menjadi parah | Ringan |
komplikasi | Bronchitis, pneumonia, bisa membahayakan jiwa, reye's syndrome | Infeksi telinga |
Penatalaksanaan
Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:- Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
- Penicillin; diberikan secara oral
- Eritromisin
- Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik
berulang
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu :
- Amantadine
- Rimantadine
- Oseltamivir
- Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
- Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu :
- Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat
- Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam
- Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk
- Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter
- Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya
Sebagian besar kegawatan adalah karena obstruksi hidung dan harus dilakukan upaya untuk melegakannya jika keadaan tersebut mengganggu pada saat tidur atau pada saat minum atau makan. Pada bayi, pemasukan salin steril dapat membantu pengeluaran fisik mukus yang berlebihan. Fenilefrin (0,125-0,25%) digunakan secara luas di amerika serikat. Tetes hidung kuat yang bekerja lebih lama, walaupun berguna pada orang dewasa, cenderung mengiritasi dan kadang-kadang hipereksitatif atau sedatif paa bayi. Tets hidung pada larutan berminyak harus dihindari karena tets ini dengan mudah teraspirasi. Penambahan antibiotik, kartikosteroid, atau anti histamin pada tetes hidung menaikkan harganya tetapi tidak menambah apa-apa pada efektivitasnya.
Resources :
http://emedicine.medscape.com/article/302460-workup
DR. Maksum radji, M. biomed, Immunologi dan Virologi, 2010
Stovamesis 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar