Rabu, 19 Oktober 2011

Si Upik MENSTRUASI, Si Buyung KUMISAN


Si Upik MENSTRUASI, Si Buyung KUMISAN
Meski normal, anak tetap perlu dipersiapkan agar tidak panik dan merasa tertekan.
Ada perubahan besar pada diri anak ketika dia mulai menginjak praremaja atau masa pubertas. Si Upik mulai mengalami menstruasi, jerawatan, payudara membesar sehingga harus memakai bra atau miniset. Sedangkan si Buyung mulai tumbuh kumis, muncul jerawat, dan berjakun sehingga suaranya pun berubah.
Dulu, perubahan-perubahan tersebut biasanya terjadi antara usia 12,5-14,5 pada anak perempuan, dan 14-16,5 tahun pada anak lelaki. Namun beberapa tahun belakangan ini, tampaknya telah terjadi pergeseran usia, karena banyak anak yang masa pubertasnya dimulai lebih dini. Pertumbuhan pesat pubertas pada anak perempuan zaman kini antara usia 8,5-11,5 dengan puncak rata-rata 12,5 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki di usia 10,5-14,5.
Sayangnya, percepatan pertumbuhan seksualitas ini tak dibarengi dengan kematangan psikologis. Secara intelektual pun, bisa jadi tingkat kematangan yang dicapai juga tak sama. Karenanya, meski setiap anak akan mengalami fase tersebut, tetap saja akan muncul masalah psikologis. Misal, anak jadi lebih ingin menyendiri, lebih banyak melamun, mudah bosan dengan kegiatan yang sebelumnya digemari, kikuk karena terjadi perubahan pada fisiknya, mulai suka membantah, sering meledak emosinya, hilang rasa percaya diri, dan lainnya.
DAMPINGI ANAK
Bila tak disiapkan dengan baik, bukan mustahil si Upik akan gelisah bahkan panik menghadapi perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Ketika menemukan ada darah yang tiba-tiba keluar dari vaginanya, sebagian besar anak perempuan akan takut dan bingung. Dikiranya, itu merupakan suatu penyakit yang harus ditakuti atau ada ketidakberesan dalam tubuhnya. Apalagi ditambah rasa sakit di perut dan emosi yang labil, yang semakin membuat anak merasa tertekan. Padahal, menstruasi pertama merupakan tanda bahwa organ reproduksinya mulai bekerja, dan ini sangat baik untuk anak.
Namun, karena si Upik tak diberi tahu sebelumnya, yang terjadi adalah kecemasan. Itulah mengapa, orangtua perlu menyiapkan anak menghadapi perubahan pada reproduksinya dan setia mendampingi saat ia mengalami perubahan tersebut. Terangkan bahwa perubahan itu normal dan perlu disyukuri. Menstruasi bukanlah sesuatu yang menyeramkan, memalukan, sehingga harus ditutup rapat-rapat. Peristiwa ini biasa saja dan harus dibicarakan terbuka dengan bunda. Jelaskan dampaknya secara fisik, seperti sakit perut, lemas, penyesuaian diri terhadap penggunaan pembalut, dan sebagainya. Dengan adanya penjelasan secara terbuka dan gamblang, maka anak sudah memiliki persiapan dan tahu apa yang harus diperbuat.
Perubahan lain seperti tumbuh jerawat, payudara membesar sehingga harus menggunakan bra, bau keringat, godaan teman lawan jenis, juga harus dijelaskan pada si Upik. Kita perlu menjelaskan bahwa hal itu normal dan anak harus menghadapinya dengan persiapan yang baik. Dia juga harus lebih menjaga sikap karena secara seksual anak sudah tidak seperti dulu lagi.
Bagaimana dengan anak laki-laki? Rasa tertekan sering mereka alami di masa puber ini. Misal, suara yang tadinya terdengar bening berubah menjadi serak bahkan pecah. Di saat seperti itu ia malah sering diledek, "Idih, kok suaranya jelek begitu!" Banyak anak merasa risih dengan ejekan seperti itu. Belum lagi ejekan-ejekan lain, semisal dipanggil "Pak Kumis" karena mulai tumbuh kumis, "Si Wajah Jerawat" karena wajahnya penuh dengan jerawat, dan sebagainya. Anak akan merasa tertekan karena lingkungan menganggapnya sebagai orang aneh. Meskipun bisa juga anaklah yang merasa aneh dengan dirinya sendiri lalu menekan dirinya sedemikian rupa sekalipun lingkungannya tidak menganggap begitu.
Di saat seperti inilah anak sangat butuh pertolongan dari kita. Kita bisa mendampingi anak dengan terus memberi dukungan supaya rasa percaya dirinya meningkat. "Wajar kok Kak suaramu berubah, itu tandanya kamu akan beranjak dewasa!" misalnya. Atau hal yang wajar tersebut bisa kita jabarkan lebih konkret, semisal dengan membandingkan ke kumis ayah. "Tuh lihat, Ayah juga punya kumis, jadi kenapa harus malu? Justru dengan berkumis Ayah jadi lebih gagah."
Tentunya, untuk tahu permasalahan yang dihadapi anak, jalinan kedekatan harus kuat. Ini perlu dilakukan orangtua secara terus-menerus sehingga hal kecil yang terjadi pada anak bisa kita ketahui dengan baik. Bila tak dekat mana mungkin anak mau mengungkapkan permasalahannya? Mereka malah akan menutup-nutupinya. Selain itu, kita pun harus memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada anak di masa pubertasnya, dan siap mendukung serta membantu anak kala ia mengalami masalah dengan meningkatkan rasa percaya dirinya, memberi kenyamanan, perlindungan, pengarahan, dan sebagainya.
Irfan Hasuki. Foto: Ferdi/NAKITA
Narasumber:
Fitriani F. Syahrul, Psi., M.Si., dari Lentera Insan, Depok, Jabar
dr. Agus Supriyadi, Sp.OG., dari RSAB Harapan K




Terjadi Perubahan Fisik
Masa pubertas hampir selalu disertai pertumbuhan seks sekunder. Berikut ciri-ciri seks sekunder yang perlu kita pahami, sebagaimana dikutip dari buku Psikologi Perkembangan, karya Elizabeth B. Hurlock:
Ciri-ciri Seks Sekunder
Anak PEREMPUAN
Anak LELAKI
Pinggul
Bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, kemudian dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat.
Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul di usia 12-14. Ini berlangsung selama beberapa minggu lalu menurun, baik jumlah maupun besarnya.
Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai, demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lebih gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.
Kulit
Jadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.
Jadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa puber.
Otot
Semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai kaki.
Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan, tungkai kaki, dan bahu.
Suara
Jadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak, kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat



Ada 2 faktor yang memengaruhi percepatan pertumbuhan pubertas anak, yaitu:
+ Gizi
Tak dipungkiri bila anak zaman sekarang lebih terperhatikan masalah gizinya. Selain karena pengetahuan orangtua terhadap gizi sudah lebih tinggi, makanan bergizi pun lebih mudah didapat. Asupan gizi yang baik akan memacu pula pematangan kerja organ-organ reproduksi dan hormon-hormon yang dihasilkannya. Sebagai contoh, saat ini banyak sekali susu formula yang menyajikan aneka ragam nutrisi di dalamnya dan banyak orangtua yang mampu memberikannya ke anak. Mereka pun berlomba-lomba memberikan susu tersebut ke bayi-bayi mereka. Selanjutnya, di usia balita, variasi menu, suplemen, kesadaran akan pentingnya buah, dan lain-lain, ikut berperan meningkatkan asupan gizi mereka. Sementara tentang informasi gizi yang baik pun dapat diperoleh dengan mudah. Banyak buku, media massa, seminar-seminar, bahkan portal-portal di internet yang menekankan pentingnya asupan gizi seimbang untuk anak. Bagaimana mungkin bila orangtua membacanya akan melupakan asupan gizi seimbang untuk anak?
+ Media Massa
Saat ini, ada sekitar 10 televisi yang mengudara secara nasional, belum lagi televise lokal, televisi kabel, maupun televisi yang ditangkap lewat antena parabola. Banyak tayangan remaja maupun dewasa yang disiarkan televisi tersebut yang dapat dengan mudah diakses anak. Belum lagi berbagai situs dan majalah dewasa, yang tanpa kita sadari mungkin sudah dikonsumsi anak. Padahal semakin sering dan intens tayangan-tayangan semacam itu dikonsumsi anak, akan semakin memicu sekresi hormon-hormon tertentu yang memancing datangnya menstruasi. Tak heran bila perkembangan seksualitas anak zaman kini tak bisa disamakan lagi dengan anak zaman dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar