Minggu, 23 Oktober 2011

sekenario 2 blok 8

Tutorial skenario 2
Oleh: Khofi Khafizhah Fatkhur
Scenario:
A-9-month-old infant doesn’t yet sit independently and has just began to roll from the prone to the supine position. She coos occasionally but does not jabber or make consonant sound. She does not seem to orient toward the faces of familiar people, altough she does smile spontaneously. She doesn’t yet reach for toys. The parents also report that she feeds very slowly,taking almost an hour to finish a bottle and chokes often while drinking.
Learning Outcome:
  1. Asses the development of an infant or young child and identify any delay in the areas of motor and language development.
  2. Identify the functional deficits in a child with development delay, specifically assesing input, processing, and output.
  3. Use the history, physical examination, and diagnostic test to develop a differential diagnosis of possible causes of developmental delay.
Problem Definition:
  1. Perkembangan
DEFINISI:
*(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
*suatu proses majemuk yang berlangsung seumur hidup dan merupakan hasil interaksi antara bakat bawaan dan faktor-faktor lingkungan dan interaksi proses pematangan dan faktor latihan/proses belajar.
*proses yang menyangkut fungsi mental dan psikologi.

PEMBAGIAN MASA TUMBUH KEMBANG ANAK:

Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode.
  1. Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari.
  2. masa bayi yaitu sampaiusia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai denganmasa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan
  3. namun ketika masukdalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 – 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun.
  4. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.



CIRI PERKEMBANGAN:
  1. Melihat perubahan
  2. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Misal: pada umumnya, tidak bisa seorang anak langsung bisa berjalan tanpa bisa duduk terlebih dahulu. Jadi kemungkinan apabila duduknya lambat, jalanpun bisa jadi lambat.
  1. Mempunyai pola perkembangan yang tetap
  1. Lebih dahulu di daerah kepala ke arah kaudal (chepalo-caudal)
  2. Lebih dahulu di daerah proksimal ke distal (proximo-distal)
  1. Memiliki tahap yang berurutan
  2. Kecepatan yang berbeda (tergantung dari stimulasi yang diberikan)
  3. Berkolerasi dengan pertumbuhan
( kuliah prof. Dr. Djauhar Ismail,MPH,Ps.D.,Sp.AK)

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase
awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial,
dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase
selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek
lainnya.

FAKTOR PERKEMBANGAN ANAK
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
  1. FAKTOR DALAM
  1. Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
  2. Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
  3. Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
  4. Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
  5. Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
  6. Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhanseperti pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.
  1. FAKTOR LUAR
  1. FAKTOR PRENATAL:
  1. Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan mempengaruhipertumbuhan janin
  2. Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti club foot
  3. Toksi/zat kimia :beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.
  4. Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak
  5. Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam kelainan jantung.
  6. Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak
  7. Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain
  1. FAKTOR PERSALINAN
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan keruskaan jaringan otak
  1. FAKTOR PASCASALIN
  1. Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.
  1. Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
  2. Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
  1. PSIKOLOGIS
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya
  1. SOSIO-EKONOMI
Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
  1. LINGKUNGAN PENGASUHAN
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak
  1. STIMULASI
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
  1. OBAT-OBATAN
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan

MACAM PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu:
  1. motorik kasar,
Terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar.
Central di otak yaitu pada cortex.
  1. motorik halus dan penglihatan,
berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Gerakan yang melibatkan otot-otot kecil dan memerlukan kecermatan tinggi (menggambar, menjimpit, menggunting, mengancingkan baju,dll)
central motorik halus di otak yaitu pada cerebellum.
  1. Berbicara, bahasa, dan mental
meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa, menghitung, memecahkan persoalan, dll yang merupakan perkembangan kognitif.
  1. sosial emosi dan perilaku,
meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan
kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak.
.
Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai
variasi pola batas pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu
patokan kemampuan harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting dalam
penilaian perkembangan, apabila anak gagal mencapai dapat memberikan petunjuk untuk
segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan intervensi yang tepat.

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi
gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.

  1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari
120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan,
apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,
menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah
satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak
dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada
anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan
variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan
yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat,
gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat
katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan
ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.
Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian
adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

2. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi
memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan
karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena
adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).

4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang
terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada
anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial
dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma.
Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku
dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis
yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai
dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti
berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.

  1. Apakah yang seharusnya dapat dilakukan oleh bayi sampai berumur 9 bulan?

1 bulan :
* Secara refleks dapat memegang benda yang menyentuh telapak tangannya.
2 bulan :
* Dapat menatap
* Dapat tersenyum
* Bersuara ‘a’, ‘e’, ‘h’
3 bulan :
* Menggerakkan benda yang dipegangnya
* Memandang gerakan benda dengan bola mata sampai ke sudut matanya
4 bulan :
* Bermain dengan kedua tangan dan memasukkan tangan ke mulut
* Tertawa, bergurau
* Tengkurap
5 bulan:
* Menggulingkan badan
* Menyentuh mainan
* Membedakan suara
6 bulan :
* Bertopang pada kedua tangan
* Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya
* Menoleh
7 bulan :
* Membalikkan badan
* Bermain dengan tangan dan kaki
* Mulai mengoceh
8 bulan :
* Belajar duduk
* Memperhatikan gerak gerik orang
* Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin
9 bulan :
* Merayap
* Dapat berdiri tegak bila dipegang
* Main cilukba/petak umpet

Milestones perkembangan: usia ketika seorang anak biasanya (dibandingkan dengan semua anak-anak lain) diharapkan untuk dapat melakukan suatu kegiatan. Tonggak umum dan usia diharapkan tercantum di bawah ini.
  • 6 bulan - bisa duduk lurus
  • 12 bulan - mengambil langkah-langkah pertama
  • 24 bulan - bisa melompat
  • 36 bulan - dapat dipotong dengan gunting; berjalan pada jari kaki

Dalam daftar di atas ataupun dalam daftar KPSP, dapat disimpulkan bahwa si bayi belum bisa melakukan hal yang seharusnya, sesuai umurnya.

  1. Apa yang mungkin terjadi pada sang bayi?

si bayi mengalami keterlambatan perkembangan. Hal ini terlihat pada keterbatasannya untuk melakukan beberapa hal sesuai umurnya, seperti merubah posisi dari tengkurap menjadi terlentang, mengenali wajah orang2 yang familiar, mengoceh ataupun mengeluarkan suara konsonan, dan menggapai mainan.
Sesuai dengan data2 di atas (pada nomer 1), dapat dibuat kesimpulan bahwa bayi itu mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa, karena kemampuannya dalam gerak dan berbahasa masih sangat terbatas jika disesuaikan dengan usianya.

PERKEMBANGAN MOTORIK
Sebuah keterampilan motorik adalah urutan belajar dari gerakan yang bergabung untuk menghasilkan tindakan, halus efisien dalam rangka untuk menguasai tugas tertentu. Pengembangan keterampilan motorik terjadi pada korteks motorik , wilayah dari korteks serebral yang mengendalikan kelompok otot sukarela.
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi
memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.

PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa pada bayi berkembang melalui beberapa tahapan umum:
  • mengoceh (3-6 bulan)
  • kata pertama yang dipahami (6-9 bulan)
  • instruksi sederhana yang dipahami (9-12 bulan)
  • kata pertama yang diucapkan (10-15 bulan)
  • penambahan dan penerimaan kosa kata (lebih dari 300 kata pada usia 2 tahun).
  • tiga tahun ke depan kosa kata akan berkembang lebih pesat lagi
Broca dan daerah Wernicke adalah area kortikal masing-masing, khusus untuk produksi dan pemahaman, bahasa manusia. Area Broca ditemukan dalam gyrus frontal kiri lebih rendah dan area Wernicke terletak di gyrus kiri temporalis posterior superior.
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan
karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).

  1. Apa saja penyebab keterlambatan perkembangan yang mungkin pada bayi?
(diagnosis banding penyebab “developmental delay”)

Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering  dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.
Jika anak memiliki banyak penundaan di semua hal perkembangannya, ada beberapa kemungkinan penyebabnya, meliputi:

1. Ensefalopati (gangguan sebelum atau mendekati kelahiran) statis termasuk kelahiran prematur
2. Kelainan otak
3. Kelainan kromosom
4. Infeksi.
5. Ensefalopati progresif termasuk penyakit metabolik, sindrom neurocutaneous, sindrom Rett dan hidrosefalus.
Selain beberapa faktor kelainan dalam tubuh anak, perkembangan motorik yang tertunda pada anak-anak juga bisa disebabkan oleh kecilnya rangsangan yang diterima. Ketika masih bayi mereka sedikit mendapat kesempatan untuk bergerak atau mengeksplorasi tubuh mereka, nantinya mereka tidak bisa belajar bagaimana bergerak dengan benar.

Misalnya, mereka memiliki sedikit kesempatan untuk bermain dengan mainan mereka, jarang bertemu dengan anak-anak lain saat bermain, jarang dikomunikasikan dan jarang diminta untuk bermain secara sosial dan secara lisan oleh orang dewasa.

Pengasuhan dari orangtua juga berpengaruh, orangtua yang sangat berhati-hati atau protektif dapat berkontribusi pada terlambatnya kemampuan motorik anak, seperti tidak membiarkan anak-anak untuk bergerak bebas atau terlalu sering memegangi anak terutama pada bayi yang sudah berusia 8 bulan.


Namun, secara umum, penyebab gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah:
a. Masa kehamilan
menggugurkan atau obat lainnya
• Kebiasaan merokok, minum alkohol
• Kehamilan yang tidak dikehendaki
b.Proses persalinan:
• Bayi lahir tidak langsung menangis / asfiksia berat ( nilai Apgar < 5 pada menit pertama), mendapatkan resusitasi
• Bayi lahir dengan umur kehamilan 42 minggu
• Berat lahir bayi 4200 gram
• Lahir dengan tindakan seperti ekstraksi vakum
• Mengalami trauma persalinan : paresis Erb’s, perdarahan otak, atau paresis N VII
c.Setelah Persalinan
• Bayi menderita kelainan bawaan
• Hiperbilirubinemia, terutama dengan kadar bilirubin diatas 15 mg%
• Bayi memerlukan perawatan intensif, penggunaan ventilator
• Bayi pernah menderita sepsis, infeksi otak, perdarahan otak atau kejang
bayi malnutrusi (kekurangan nutrisi )

Dalam kasus di atas telah dijelaskan pula bahwa sang bayi makan secara lambat, dan sering tersedak ketika minum. Tidak ada latar belakang lain pada bayi yang dibahas dalam skenario tersebut.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa keterlambatan perkembangan dalam kasus ini dikarenakan malnutrisi pada bayi, akibat asupan makanan yang sedikit dan amat sulit tersebut.

  1. Bagaimana malnutrisi (kekurangan gizi) dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan pada bayi?
Pengertian Gizi yang disampaikan oleh Manjoer Arif (2000) berasal dari “ghidza” (Arab) makanan. Gizi adalah bahan makanan yang berhubungan 2 dengan kesehatan tubuh. Dalam bahasa latin “nutrire” artinya makanan atau zat makanan sehat, gizi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, ataupun untuk kesehatan tubuh manusia karena mengandung banyak zat dan vitamin yang berguna untuk tubuh seperti, protein, karbohidrat, vitamin, zat bezi, zat seng, mineral, kalsium. Apabila tubuh tidak mendapatkan asupan makanan yang mencukupi kebutuhan tubuh maka akan menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan salah satunya adalah malnutrisi kurang energi protein. Pengertian Malnutrisi menurut Raharjeng (2009) adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas sedangkan Kurang gizi protein (KEP) menurut Manjoer Arif (2000) adalah keadaan dimana kurang gizi yang di sebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG).

  1. Tes-tes apa saja yang bisa digunakan untuk mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak?

    1. KPSP
Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Di dalamnya terkandung pertanyaan2 yang diberikan sesuai umur anak (per 3 bulan).
Cara:

*Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
*Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan kue sendiri?”
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
*Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
*Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
*Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
*Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Interpretasi Hasil KPSP
Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.


KPSP untuk bayi 9 bulan:
Menurut KPSP, di bawah ini adalah 10
      1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.
      1. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tangan yang lain? Benda?benda panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai tidak ikut dinilai.
      2. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu tangan atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari di bawah meja atau di belakang kursi?
      3. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering, dan masing-masing tangan memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan perbuatan ini.
      4. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba berdiri dan sebagian berat badan tertumpu pada kedua kakinya.
      5. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda kecil seperti kismis, kacang?kacangan, potongan biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai seperti gambar ?
      1. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk sendiri selama 60 detik?
      1. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri?
      2. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang berdiri di belakangnya, apakah ia menengok ke belakang seperti mendengar kedatangan anda? Suara keras tidak ikut dihitung. Jawab YA hanya jika anda melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
      3. Letakkan suatu mainan yang dinginkannya di luar jangkauan bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya dengan mengulurkan lengan atau badannya?
Tes KPSP adalah tes awal pre-screening saja. Jika dengan KTSP ditemukan skor yang rendah atau meragukan, maka dapat dirujuk untuk tes screening perkembangan dengan tes Denver.


    1. Denver test

Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama. Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur. Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.

  1. Bagaimana pencegahan keterlambatan perkembangan anak dapat dilakukan?

    • deteksi dini terhadap gangguan perkembangan anak (bisa dengan tes2 diatas, atu tes2 lainnya.
    • beri stimulus agar si kecil melewati gtahap perkembangannya dengan baik
  • stimulus motorik kasar: misal dalam berjalan atau mulai berlari
  • stimulus motorik halus: misal mengambil benda2 kecil, seperti remahan roti, memasukkan benda ke dalam wadah, bermain genderang dengan menggunakan
  • kaleng kosong bekas dan tunjukkan cara memukulnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar