Kamis, 21 Mei 2015

Skenario 3 BLOK 8

Skenario 3
author : Della, Agni, Andika W P, Indra

Seorang perempuan berusia 80 tahun mengeluh pendengaran berkurang dan sering lupa. Saat ini keluhan di sertai dengan bentuk badannya yang sedikit bungkuk dan jika berjalan merasa tidak stabil. Selama ini pasien merasa sehat dan dapat melakukan aktivitasnya sendiri (ADL baik), tetapi sejak 2 bulan ini keluhan-keluhan tersebut muncul.

Poin-poin bahasan :

  1. Teori-teori penuaan
  2. Perubahan yang terjadi dari dewasa ke lansia
  3. Proses penuaan secara fisiologis dan anatomi 
Materi bisa d download di : 
https://www.dropbox.com/s/7fy35bgc65l7rvh/poin%203.docx?dl=0

Berikut akan di bahas sedikit tentang masalah pada skenario :  
 


PENGERTIAN
Proses menua merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan, dimulai dari kemunduran secara fisik maupun psikis (kejiwaan), atau yang lazim dikatakan adalah keuzuran.
Proses penuaan meupakan proses yang dialami setiap makhluk hidup. Hal ini dapat berlangsung secara fisiologis maupun patologis. Umur manusia telah ditentukan, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Pertumbuhan manusia normal dapat digambarkan seperti gunung. Tahap pertama meningkat, mencapai puncak (saat manusia berumur 20-an), tiba tahap kedua menurun. Dengan sendirinya , jika proses penuaan dapat dihentikan saat manusia berada di puncak, kemudaannya akan bertambah.
PROSES PENUAAN
Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur seseorang tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun yaitu :
- berat otak 56%
- Aliran darah ke otak 80%
- CardiacOutput 70 %
- Jumlah glomerulus 56%
- Glomerular filtration rate 69%
- Vital capacity 56%
- Asupan O2 selama olahraga 40%
- Jumlah dari axon pada saraf spinal 63%
- Kecepatan pengantar inpuls saraf 90%
- Berat badan 88%

  1.      Sensorineural gangguan pendengaran
Proses penuaan seringkali ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh, salah satunya adalah fungsi pendengaran. Sekitar 30-35% orang berusia antara 65-75 tahun akan mengalami gangguan pendengaran secara perlahan lahan akibat proses penuaan yang dikenal dengan istilah presbicusis. Hal ini terjadi di mana saraf pendengaran dan saraf lainnya yang membawa informasi dari suara yang terdengar otak rusak karena usia atau cedera.
Presbicusis terjadi ketika sel-sel rambut yang sensitif di dalam koklea secara bertahap menjadi rusak atau mati. Gejala awal termasuk hilangnya suara frekuensi tinggi, seperti perempuan atau anak-anak suara dan kesulitan dalam sidang konsonan, membuat mendengar dan memahami pidato sulit.
Akibat adanya gangguan pendengaran ini, seringkali orang-orang disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang dan keras dengan para lansia. Namun demikian bukan berarti semakin keras suara yang  diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena ternyata suara yang terlalu keras pun akan terdengar menyakitkan di telinga mereka.
Penyebab terjadinya presbikusis yang tepat belum diketahui hingga saat ini, namun secara umum diketahui bahwa penyebabnya bersifat multifaktorial. Diduga timbulnya presbikusis berhubungan dengan faktor bawaan, pola makan, metabolisme, atheriosklerosis, diabetes melitus, infeksi, bising, gaya hidup, obat-obatan, dll. Presbikusis umumnya akan menyerang kedua telinga secara perlahan-lahan sehingga orang tersebut tidak dapat menyadari adanya gangguan pendengaran pada dirinya.
http://klikdokter.com/healthnewstopics/tips-hidup-sehat/gangguan-pendengaran-pada-lansia
http://www.news-medical.net/health/Types-of-hearing-loss-%28Indonesian%29.aspx

  2.      Pikun pada lansia
Lanjut Usia (Lansia) tidak identik dengan pikun, perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh Lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003).
Demensia (Pikun) bukan merupakan bagian dari proses penuaan normal, meskipun lansia lebih rentan untuk menjadi pikun. Demensia (Pikun) terjadi akibat adanya degenerasi fungsi otak, yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan sosial atau kerja (misalnya pekerjaan, hobi, berbelanja, memasak, berpakaian, makan, mandi dan kegiatan higienis).

Pikun secara istilah berarti menurunnya kemampuan kognisi (berpikir) seseorang dengan indikasi menurunnya daya ingat, menurunnya kemampuan penalaran, serta menurunnya kemampuan menyelesaikan masalah sehari-hari. Pikun disebabkan oleh gannguan pada jaringan otak dan semakin lama akan bertambah parah. Dalam dunia medis, pikun dikenal dengan istilah demensia yang berarti kemunduran fungsi intelektual dan sosial seseorang secara perlahan-lahan. Pikun disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1. Faktor usia
Semakin tua seseorang maka akan semakin pikun. Hal tersebut memang benar adanya karena penyebab utama pikun adalah usia yang semakin bertambah. Orang yang berusia di atas 60 tahun dikategorikan sebagai lansia. Lansia pada umumnya lemah dalam mengingat hal-hal baru yang dijumpai / dipelajari. Hal itu disebabkan oleh hilangnya motivasi para lansia untuk mengingat sesuatu tersebut, kemampuan pendengaran yang semakin lemah, dan juga karena kurangnya perhatian terhadap objek yang dipelajari. Jadi sangat wajar jika para lansia mengalami penyakit pikun.

2. Menurunnya fungsi sel syaraf otak
Menurunnya fungsi sel syaraf otak menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit pikun. Sel syaraf otak yang rusak akan membuat kemampuan mengingat dan berpikir seseorang menjadi lemah. Salah satu penyakit  yang menyerang sel syaraf otak adalah alzheimer.  Alzheimer adalah sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan. Sel-sel syaraf pada penderita Alzheimer tidak memiliki kemampuan memulihkan synapse yang sudah rusak / aus. Padahal, kemampuan stabilisasi atau regenerasi synapse dalam kondisi normal tetap ada pada sel syaraf manusia lanjut usia. Orang yang pikun karena alzheimer ini mengalami penurunan drastis kemampuan regenerasi sel syaraf yang mana sebagian diakibatkan oleh mutasi genetika dan sebagian lagi akibat dari pengerasan protein tertentu di dalam otak. 

3. Faktor makanan dan gaya hidup
Konsumsi makanan yang tidak sehat dapat mempercepat seseorang menjadi pikun, misalnya konsumsi makanan yang berlemak secara rutin dan dalam jumlah banyak. Makanan berlemak dapat menghambat peredaran darah ke otak sehingga mengurangi fungsi otak. Begitu juga dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, narkoba, dan obat-obatan terlarang juga meningkatkan potensi pikun dalam diri anda.

4. Stress
Stress adalah suatu kondisi dimana terdapat banyak tekanan / masalah yang menyebabkan seseorang menjadi tegang baik syaraf maupun mental dan mempengaruhi perilakunya. Orang yang stress cenderung tidak terkontrol dalam makan dan berperilaku. Pada saat seseorang mengalami stress maka sel-sel di hippocampus (bagian otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras sehingga otak menjadi lelah dan mudah rusak.

5. Faktor tidur
Tidur adalah aktivitas yang pasti dilakukan oleh setiap orang karena tidur merupakan sarana untuk beristirahat secara alami. Tidur yang ideal bagi seseorang (selain bayi) adalah 6-8 jam. Tetapi jika anda tidur lebih dari 8 jam dalam sehari semalam maka anda akan lebih cepat terkena penyakit pikun. Begitu juga jika anda tidur kurang dari 6 jam sehari semalam.
  
  3.      Bungkuk
Bungkuk, tubuhnya sudah tidak lagi setegap dulu waktu masih muda. Lansia rentan mengalami osteoporosis, sehingga kekuatan tulangnya menurun dan tulang punggungnya bisa bungkuk. Lansia di pedesaan yang sering bekerja diladang membawa hasil pertanian rentan mengalami bungkuk, berhubungan dengan gaya hidupnya yang terbiasa membawa beban yang berat.
Berikut kebiasaan penyebab rentan bungkuk :

1. Faktor genetik keturunan
Salah satu dari orangtua Anda bungkuk, kemungkinan besar Anda akan mengalami hal yang sama. Terkadang sekuat apapun Anda berusaha menahan tubuh tetap tegap, gen bawaan tetap bisa menghalangi Anda mendapatkan postur tubuh yang benar. Tidak perlu khawatir untuk menangani hal ini. Postur bungkuk karena faktor genetik bisa diatasi dengan menemui dokter tulang atau fisioterapi. Lebih dini lebih baik, dan penanganannya pun lebih mudah dan cepat.

2. Kebiasaan yang kurang baik
Terkadang cara jalan atau cara kita memegang sesuatu juga bisa berkontribusi menyebabkan postur tubuh tidak sempurna. Contoh saja jika Anda selalu jalan sambil menundukkan kepala atau mengerutkan bahu, makan akan membuat postur tubuh lebih condong ke depan. Memanggul tas hanya pada salah satu bahu juga jadi penyebab tidak seimbangnya postur tubuh yang lebih cenderung miring ke kanan atau kiri.

3. Nutrisi makanan yang kurang
Tulang punggung dan belakang memerlukan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kuat dan tegap. Kekurangan nutrisi serta minimnya asupan vitamin dan kalsium bisa membuat tulang dan otot tidak cukup kuat dan fleksibel untuk membentuk postur tubuh yang sempurna.

4. Kebiasaan buruk saat bekerja
Orang-orang yang bekerja di belakang meja, cenderung sering memajukan leher dan kepalanya ke depan, juga membungkukkan badan. Faktor ini akan mengurangi kemampuan tubuh untuk menjaga posisi tulang belakang tetap lurus dan tegap.

5. Sering menahan rasa sakit
Ketika merasakan sakit di otot punggung, leher atau bagian tubuh manapun, Anda cenderung akan membentuk posisi melingkar atau meringkuk untuk menahan rasa sakit. Jika dilakukan terus menerus dalam jangka panjang, bisa menjadi kebiasaan. Saat merasakan sakit di perut, kepala atau bagian lainnya, usdahakan tidak menahannya dengan cara meringkuk. Tapi terlentang. Segera konsultasikan ke dokter apabila rasa sakit tak kunjung hilang.

6. Berat badan yang berlebih
Berat yang terlalu berlebih juga bisa jadi salah satu penyebab postur yang bungkuk. Wanita dengan ukuran payudara terlalu besar juga berpotensi mengalami tubuh bungkuk, karena beban lebih banyak di bagian dada. Sementara orang yang kelebihan lemak di daerah perut, tulang punggung bagian bawah akan cenderung condong ke depan karena memikul beban di perut.

7. Berbusana yang tidak tepat
Pemakaian baju dan sepatu yang kurang tepat juga bisa memberi efek negatif pada postur Anda. Wanita yang sering jalan menggunakan sepatu berhak tinggi dan tipis, lebih berisiko mengalami gangguan pada postur. Selain high heels, mengenakan boots, baju ketat, jeans berpotongan pinggang rendah dan belt besar juga bisa mengakibatkan postur tubuh yang buruk. Untuk itu jika Anda mengenakan sesuatu yang kurang nyaman, tubuh akan mengalami perubahan pusat gravitasi sehingga posturnya cenderung bungkuk, condong ke depan, miring atau perut yang maju. - See more at: http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/hal-kecil-penyebab-anda-menjadi-bungkuk.html#sthash.G4ItPnPA.dpuf
http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/kesehatan/hal-kecil-penyebab-anda-menjadi-bungkuk.html
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar