Skenario 2
Part 1
Author :
Yulia Rachmi
Seorang laki-laki tua dating ke pelayanan kesehatan primer karena
mata kanannya tidak jelas (kabur) untuk melihat. Dia merasakan masalah ini juga
setahun yang lalu tanpa nyeri dan mata merah. Pemeriksaan fisik menunjukkan dia
masih bisa melihat cahaya dari sinar senter dan membedakan warna. Dokter
kemudian merujuknya ke rumah sakit untuk dioperasi oleh dokter mata.
Diagnosis
Banding mata kabur
1. Katarak Senilis
2. Katarak trauma
3. Miopia
4. HIpermetropia
5. Presbyopia
6. Astigmatisme
7. Hipertensi esensial
8. Diabetes mellitus
KATARAK SENILIS
Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus) yang paling sering berkaitan
dengan proses degenerasi lensa pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak
senilis). Penyebab lain katarak adalah glaukoma, uveitis, trauma mata, serta
kelainan sistemik seperti Diabetes Mellitus, riwayat pemakaian obat steroid dan
lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga pada satu mata
(monokular).
Tanda dan Gejala
ü Menurunnya pengelihatan / pengelihatan kabur
ü Silau pada malam hari
ü Perubahan miopi (biasanya meningkatnya kekuatan dioptric lensa
karena perubahan derajat dari miopi ringan ke sedang)
ü Pada pengelihatan terlihat seperti ada air terjun atau asap
ü Lensa berwarna putih
ü TIO tingi menyebabkan nyeri dan mata merah jika disertai
komplikasi
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Usia pasien dapat digunakan untuk pertimbangan
terkait katarak senile ini berhubungan dengan usia. Keluhan penglihatan menurun
secara perlahan seperti tertutup asap/kabut. Keluhan disertai ukuran kacamata
semakin bertambah, silau dan sulit membaca. Dapat digali riwayat penyakit
dahulu dan kebiasaan menggunakan obat tetes mata steroid
2. Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
a. Visus menurun.
b. Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular
normal.
c. Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
d. Terdapat kekeruhan lensa yang tampak lebih
jelas setelah dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata tropikamid
0.5%.
e. Pemeriksaan iris shadow test positif.
Dapat digunakan alat-alat sebagai berikut :
a. Senter
b. Snellen chart
c. Tonometri Schiotz
d. Oftalmoskop
Berdasarkan Permenkes no. 5 Tahun 2014 untuk
penegakkan diagnosis klinis dokter layanan primer (dokter umum) untuk katarak
cukup dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik oftalmologis.
Faktor Resiko
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Penyakit sistemik seperti Diabetes
Mellitus.
c. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.
Treatment
Pada katarak matur segera dirujuk ke layanan
sekunder yang memiliki dokter spesialis mata untuk mendapatkan penatalaksanaan
selanjutnya.
Konseling dan Edukasi
a. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah
gangguan penglihatan
yang dapat diperbaiki.
b. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur
jika sudah didiagnosis
katarak agar tidak terjadi komplikasi.
Kriteria rujukan
a. Indikasi sosial jika pasien merasa
terganggu.
b. Jika katarak telah matur dan membutuhkan
tindakan operasi.
c. Jika timbul komplikasi.
Metode operasi katarak antara lain:
ü
Metode klasik = ICCE. Seluruh lensa dibuang. Kelemahan = tidak
bisa pasang IOL sehingga pasien jadi afakia.
ü
Metode berikutnya = ECCE. Hanya nukleus dan korteks lensa yang
dibuang. Bisa dipasang IOL (pseudofakia).
ü
Metode terbaru = fakoemulsifikasi. Nukleus dan korteks dihancurkan
dan diisap dengan probe, lalu dipasang IOL.
ü
Metode untuk anak = disisio lentis (sayatan pada kapsul anterior
lensa).
Komplikasi
Komplikasi preoperasi katarak antara lain
ü glaukoma
sekunder,
ü uveitis,
dan
ü dislokasi
lensa.
Komplikasi postoperasi katarak
ü Afakia
(iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan
dekat).
ü
Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).
Prognosis
Quo ad vitam pada umumnya bonam, namun
fungsionam dan sanationamnya dubia ad malam bila tidak dilakukan operasi
katarak.
*NB : coba prognosis pake bahasa latin J
Macam prognosis
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam
(fungsi)
3. Ad sanationam
(sembuh)
Jenis prognosis
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak
tentu/ragu-ragu)
o
Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung
sembuh/baik)
o
Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
Katarak dapat dibagi berdasarkan
penyebabnya:
1.
Katarak senilis (paling banyak, pada lansia)
2.
Katarak kongenital (pada bayi atau anak-anak.
Akibat rubella kongenital, cytomegalovirus, toksoplasmosis)
3.
Katarak traumatik (katarak akibat trauma)
4.
Katarak komplikata (katarak akibat penyakit mata
lain atau akibat penyakit sistemik lain)
5.
Katarak toksik (keracunan steroid) 6. Katarak
sekunder (setelah operasi mata lainnya)
Katarak senilis terdiri atas 6 fase:
1. Katarak insipiens (mulai terjadi
kekeruhan)
2. Katarak intumesens
a.
Lensa menyerap banyak air pada tahap ini sehingga menjadi lebih besar.
b.
Pasien menunjukkan gejala miopisasi.
3. Katarak imatur
a.
Kekeruhan lensa di lokasi tertentu.
b.
Shadow test positif pada fase ini.
4. Katarak matur
a.
Lensa sudah keruh seluruhnya.
b.
Ukuran lensa kembali normal.
c.
Shadow test sudah negatif, visus bisa
mencapai 0.
5. Katarak hipermatur
a.
Lensa mengerut dan ukurannya lebih kecil.
b.
Korteks mengalami pencairan dan keluar ke
bilik mata depan.
c.
Shadow test pseudopositif.
Dapat disertai glaukoma sekunder.
6. Katarak morgagni
a.
Kapsul lensa tebal, sehingga materi korteks
yang sudah mencair tidak bisa keluar dari lensa.
b.
Dapat disertai glaukoma sekunder dan
abnormalitas mata yang lainnya.
Referensi :
Medscape
Tidak ada komentar:
Posting Komentar