SKENARIO 2 BLOK 12 PART 2
Author : Rianti
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA MATA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks,
avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar
4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul
lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. Di
sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel
terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang
elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang
panjang. Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator
dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul. Lensa ditahan di tempatnya
oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula zinni), yang
tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip
ke dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta
nyeri, pembuluh darah atau syaraf di lensa
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan
lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk
memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan
dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf
simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan.
Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya
tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa
defektif ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan
dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi (Sherwood, 2001).
ETIOLOGI
DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab
utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya
penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes
mellitus.
b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
c. Riwayat keluarga dengan katarak.
d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu.
e. Pembedahan mata.
f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam
jangka panjang.
g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar
ultraviolet.
h.
Efek racun dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006 dan Ilyas, 2006).
GEJALA
Adapun
gejala dari katarak adalah :
a. Penglihatan kabur dan berkabut.
b.
Merasa silau terhadap sinar matahari
c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata.
d. Seperti ada titik gelap didepan mata.
e. Penglihatan ganda.
f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.
g. Halo, warna disekitar sumber sinar.
h. Warna manik mata berubah atau putih.
i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.
k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.
l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.
m. Sering berganti kacamata.
n. Penglihatan menguning.
o.
Untuk sementara jelas melihat dekat
KLASIFIKASI
Berdasarkan usia
katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital, katarak juvenil, dan
katarak senil
a.
Katarak Kongenital
Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,
galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism,
homosisteinuri toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis.
Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan
penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina,
dan megalo kornea.
b. Katarak
Juvenil
Katarak
yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya seperti : 1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f)
Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2.
Otot Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun) 3. Katarak traumatik 4.
katarak komplikata
a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia,
koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten,
heterokromia iridis).
b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi
vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan
neoplasma).
c)
Katarak anoksik
d) Toksik (kortikosteroid
sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol,
antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan
besi).
e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu,
disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis
kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia
kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
f) Katarak radiasi
c. Katarak
Senil
Katarak
senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Perubahan lensa pada usia lanjut : 1. Kapsul
a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b) Mulai presbiopia
c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.
d)
Terlihat bahan granular
2.
Epitel – makin tipis
a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah
besar dan berat.
b)
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
3.
Serat lensa :
a) Lebih irregular
b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
c) Brown
sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus
( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna
coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding
normal.
d)
Korteks tidak berwarna karena: - Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi. - Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Katarak senil biasanya berkembang lambat selama
beberapa tahun, kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut
yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas:
a. Katarak Inti atau Nuklear Katarak inti atau nuklear merupakan yang
paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari
lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan yang biasa terjadi :
1.Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk
melihat dekat melepas kaca matanya.
2.Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu
kaca mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih
coklat.
3.
Menyetir malam silau dan sukar.
4. Sukar membedakan warna biru dan ungu.
b.
Katarak Kortikal Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai
dengan kekeruh-an putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu peng-lihatan. Banyak pada penderita diabetes mellitus. Keluhan yang
biasa terjadi :
1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
2.
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
c.Katarak
Subkapsular Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul
lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis
pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang
biasa terjadi :
1. Mengganggu saat membaca.
2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar
sumber cahaya.
3.
Mengganggu penglihatan (Ilyas, 2006).
PENCEGAHAN
Pencegahan utama
penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang berhubungan dengan
katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan katarak.
Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan
radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.
2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur,
seperti wortel.
3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar
ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata.
4.
Jaga kesehatan tubuh seperti menghindari faktorresiko diabetes dan penyakit lainnya.
PATOFISIOLOGI
Kejernihan
lensa dihasilkan dan dipertahankan oleh struktur sel serat lensa yang teratur,
kadar protein kristalin yang tinggi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
metabolisme aerob yang minimal dan sistem reduksi oksidasi untuk mengatasi
stres oksidatif dalam lensa. Katarak dapat terjadi karena disorganisasi
struktur seluler serat lensa dan protein lensa, serta terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi peningkatan volume air pada
lensa yang menyebabkan kekeruhan lensa
Proses terbentuknya katarak ditandai dengan terjadinya hidrasi akibat
perubahan tekanan osmotik atau perubahan permeabilitas kapsul lensa serta
denaturasi protein yang ditandai dengan peningkatan protein tidak larut air
sehingga terjadi kekeruhan lensa
Salah
satu teori tentang etiologi katarak senilis yang banyak berkembang belakangan
ini adalah mekanisme stres oksidatif. Lensa mata sangat sensitif terhadap
terjadinya stres oksidatif. Seiring bertambahnya usia dan adanya paparan yang
terus-menerus oleh agen dari luar, akan menyebabkan gangguan mekanisme proteksi
antioksidan lensa mata. Namun tidak dapat ditentukan secara pasti pada umur
berapa mulai timbulnya katarak dalam hubungannya dengan stres oksidatif karena
banyak faktor yang berpengaruh dan berbeda-beda pada masing-masing individu
Hasil akumulasi dari stres oksidatif menyebabkan gangguan fungsi metabolisme
lensa, agregasi protein lensa, peningkatan protein tidak larut air (water
insoluble protein) sehingga menyebabkan gangguan transparansi lensa dan
terjadi katarak
EPIDIMIOLOGI KATARAK
Menurut
WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh dunia. Katarak
menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh dunia dan
diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun 2020. Hampir
20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau tiap 6
orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak
PEMERIKSAAN UNTUK KATARAK
1. Pemeriksaan visus dengan kartu
Snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik serta
menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk
melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur
dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz
4. Jika TIO dalam dalam batas normal
(kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil
dengan tetes mata Tropicanamide
0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk
melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien
Derajat 1 : Nukleus lunak, biasanya visus
masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak
keputihan. Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia penderita biasanya kurang
dari 50 tahun
Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan
ringan, biasanya visus antara 6/12 – 6/30, tampak nucleus mulai sedikit
berwarna kekuningan. Reflek fundus masih mudah diperoleh dan paling sering
memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.
Derajat 3 : Nukleus dengan kekerasan
medium, biasanya visus antara 6/30 – 3/60, tampak nucleus berwarna kuning
disertai kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan.
Derajat 4 : Nukleus keras, biasanya visus
antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflek fundus
sulit dinilai.
Derajat 5 : Nukleus sangat keras, biasanya
visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita sudah di atas 65
tahun. Tampak nucleus berwarna kecoklatan bahkan sampai kehitaman . katarak ini
sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract atau Black cataract.
5. Pemeriksaan funduskopi
jika masih memungkinkan
Pemeriksaan penunjang
1. USG untuk menyingkirkan adanya
kelainan lain pada mata selain katarak
Pemeriksaan tambahan
1. Biometri untuk mengukur power IOL
jika pasien akan dioperasi katarak
2. Retinometri untuk mengetahui
prognosis tajam penglihatan setelah operasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar