Skenario 5 Blok 9 Part 2
Author : Hendrian Ade
Hasil intepretasi data :
ü
Beta
HCG (-) à faktor kehamilan dapat
disingkirkan
ü
Hb
5 gram (normal)
ü
Trombosit
253 (normal)
Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa tidak perdarahan yang
terjadi di dalam abdomen, biasanya kalau kehamilan ektopik dapat menimbulkan
perdarahan, karena kehamilan ektopik tidak bertahan lama.
ü
Leukosit
12.300 (tinggi) à dapat dikatakan bahwa telah
terjadi infeksi (appendiks)
ü
Suhu
38,1 derajat celcius à dapat dikatakan terjadi demam,
karena efek infeksi (appendik)
ü
Mc
Burney (+) à
ada peradangan di daerah appendiks (appendicitis)
ü
Obturator
(-) à dimungkinkan bahwa anatomis
dari appendiks pasien tidak sampai ke m.obturator
Mekanisme Nyeri
Nyeri perut
pada apendisitis akut merupakan keluhan awal penderita. Nyeri disini bermula di sekitar umbilikus
yang kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri awal pada sekitar
umbilikus adalah nyeri
viseral, berasal dari peritoneum viseralis yang dikirim ke sentral
melalui sistim saraf otonom dan diinterpretasi di otak pada thalamus.
Peritoneum viseralis tidak peka terhadap sentuhan, sehingga peritoneum
viseralis dan organ yang dibungkusnya dapat dijahit atau dipotong tanpa
berakibat rasa tidak enak pada penderita; tetapi bila peritoneum viseralis
ditarik atau teregang atau mengembang atau jika otot dari organ yang
dibungkusnya kontraksi berlebihan, maka penderita akan merasakan nyeri tumpul.
Nyeri viseralis pada apendisitis akut berawal dari pelepasan vasoaktif amin
yaitu histamin, serotonin dan bradikinin akibat adanya proses peradangan
dinding apendiks vemivormis, yang menstimulasi nyeri. Nyeri viseralis disini
melalui jaras saraf simpatik, yaitu melalui ganglia soeliakus dan nervus
splanikus ke ganglia dorsalis; dan pada setinggi vertebra thorakalis V sampai
dengan vertebra thorakalis XII, ada bagian yang berhubungan dengan serabut
sistim saraf pusat sedangkan serabut lainnya melanjutkan diri sebagai serabut
spino-thalamikus ke thalamus. Oleh adanya hubungan dengan susunan saraf pusat
pada vertebra thorakalis, sesuai dengan derrnatom pada dinding abdomen,
sehingga nyeri viseralis tersebut dirasakan pada daerah epigastrium atau
sekitar umbilikus. Nyeri viseral biasanya sulit dilukiskan dan sulit ditentukan
lokasinya dengan tepat; dalam hal ini jika ditanyakan kepada penderita, maka penderita
akan menunjukkan suatu area yang luas dengan meletakkan seluruh tangannya pada
dinding perut yang dirasakan tidak enak. Ketidakmampuan penderita untuk
melukiskan secara persis bentuk dan lokasi nyeri, dikarenakan pusat baca nyeri
viseral di otak terletak di thalamus dan bukan di korteks serebri. Nyeri pada
perut kanan bawah, adalah nyeri somatik, dimana stimulus nyeri berawal dari
peritoneum parietalis yang disarafi oleh nervus perifer. Perjalanan stimulus
melalui sistim saraf pusat dan dibaca di otak pada daerah khusus korteks
serebri. Sifat nyeri somatik yaitu nyeri yang lokasinya dapat ditentukan secara
persis oleh penderita dengan memakai jari telunjuknya. Rasa nyeri ini
dibangkitkan oleh sentuhan, tekanan atau perubahan temperatus (panas atau dingin),
juga oleh proses infeksi yang menyebabkan reaksi peradangan.
Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen
appendix sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya
terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri.
Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak
dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin,
biji-bijian) Kadang parasit. Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis
adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies
bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu: Bakteri aerob
fakultatif dan Bakteri anaerob yakni Escherichia coli Viridans streptococci
Pseudomonas aeruginosa Enterococcus Bacteroides fragilis Peptostreptococcus
micros Bilophila species Lactobacillus species
Pemeriksaan penunjang USG
Ultrasonografi sering dipakai
sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien
dengan gejala appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas
USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang
merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter
anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan
atau massa periappendix. False positif dapat muncul dikarenakan infeksi
sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau inflammatory bowel
disease. False negatif juga dapat muncul karena letak appendix yang retrocaecal
atau rongga usus yang terisi banyak udara yang menghalangi appendix.
Sejauh Mana Keefektifan Untuk Pemeriksaan Appendicitis
Dengan USG ??
Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak
dilakukannya operasi abdomen cito. Kekeliruan diagnosa apendisitis sekitar
8-30% berakibat dilakukan pemotongan apendiks yang normal.
Ultrasonografi (USG) abdomen
merupakan pemeriksaan yang penting dalam penegakan diagnosa apendisitis
akut, mampu menunjukkan kemungkinan diagnosa lain pada pasien
dengan nyeri perut kanan bawah dan menurunkan angka kejadian laparotomi
negatif. Data pada penelitian ini didapatkan dari data rekam medis
pasien rawat inap dengan apendisitis, hasil USG dan histopatologi
pasien apendisitis dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011.
Data menunjukkan pada tahun 2010-2011 ada 104 pasien UGD atau rawat jalan
yang datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan pemeriksaan fisik
dicurigai apendisitis. Sebanyak 104 pasien yang dicurigai apendisitis
dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan hasil USG yang positif
apendisitis 74 pasien (71,1%), negatif 30 pasien (28,8%). Penelitian ini
menunjukkan sensitivitas dan spesifitas USG abdomen untuk diagnosis apendisitis
yang cukup tinggi yaitu 84,1% dan 100%. Kata Kunci: Apendisitis,
sensitivitas, spesifitas, USG abdomen
Riwanto (1993) melakukan penelitian
uji diagnostik apendisitis akut dengan memakai parameter riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana, menyimpulkan bahwa
hanya tiga parameter yaitu defan muskular, temperatur tubuh lebih dari 38°C dan
jumlah lekosit lebih dari 11000 adalah merupakan petunjuk
kepastian diagnosis apendisitis akut. Pada penelitian tersebut dikemukakan pula
bahwa jika dikombinasikan dua diantara tiga parameter diagnostik didapatkan
nilai spesiñsitas dan sensitifitas yang tidak saling menunjangfs). Pemeriksaan
dengan ultrasonografi juga sulit membedakan antara apendiks normal dengan
apendisitis mukosa karena diameter apendiks vernivormis masih kurang dari 1 cm
serta belum jelas adanya edema dinding maupun terkumpulnya eksudat atau nanah
di dalam lumen apendiks vernivormis.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari
Appendicitis dapat bervariasi tergantung dari usia dan jenis kelamin. Pada anak-anak balita adalah
·
Intususepsi
: paling sering didapatkan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun
·
Divertikulitis
: jarang terjadi jika dibandingkan Appendicitis. Nyeri divertikulitis hampir
sama dengan Appendicitis, tetapi lokasinya berbeda, yaitu pada daerah
periumbilikal
·
Gastroenteritis
akut : agak sukar ditegakkan karena memiliki gejala-gejala yang mirip dengan
appendicitis, yakni diare, mual, muntah, dan ditemukan leukosit pada feses, tetapi
tidak dijumpai adanya leukositosis
·
Konstipasi,
merupakan salah satu penyebab nyeri abdomen pada anak-anak, tetapi tidak
ditemukan adanya demam.
·
Infark
omentum juga dapat dijumpai pada anak-anak dan gejala-gejalanya dapat
menyerupai appendicitis. Pada infark omentum, dapat terraba massa pada abdomen
dan nyerinya tidak berpindah.
Pada pria
dewasa muda Diagnosis banding yang sering adalah :
·
Crohn’s
disease,
·
klitis
ulserativa, dan
·
epididimitis
: Pemeriksaan fisik pada skrotum dapat membantu menyingkirkan diagnosis
epididimitis. Pasien merasa sakit pada skrotumnya
Diagnosis
banding appendicitis pada wanita usia muda lebih banyak berhubungan dengan
kondisi-kondisi ginekologik, seperti
·
pelvic
inflammatory disease (PID) : nyerinya bilateral dan dirasakan pada abdomen
bawah
·
kista
ovarium : nyeri dapat dirasakan bila terjadi ruptur ataupun torsi
·
infeksi
saluran kencing.
Pada usia
lanjut Appendicitis pada usia lanjut sering sukar untuk didiagnosis. Diagnosis
banding yang sering terjadi pada kelompok usia ini adalah keganasan dari traktus
gastrointestinal dan saluran reproduksi, divertikulitis, perforasi ulkus, dan
kolesistitis. Keganasan dapat terlihat pada CT Scan dan gejalanya muncul lebih
lambat daripada appendicitis. Pada orang tua, divertikulitis sering sukar untuk
dibedakan dengan appendicitis, karena lokasinya yang berada pada abdomen kanan.
Perforasi ulkus dapat diketahui dari onsetnya yang akut dan nyerinya tidak
berpindah. Pada orang tua, pemeriksaan dengan CT Scan lebih berarti
dibandingkan dengan pemeriksaan laboratorium.
Patogenesisnya
Appendicitis terjadi dari proses
inflamasi ringan hingga perforasi, khas dalam 24-36 jam setelah munculnya
gejala, kemudian diikuti dengan pembentukkan abscess setelah 2-3 hari5
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
oleh fecalith, gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus
vermicularis), akan tetapi paling
sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh
proses peradangan. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa
obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar, yaitu sekitar 20% pada ank dengan
appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi appendiks. Hiperplasia
folikel limfoid appendiks juga dapat menyababkan obstruksi lumen. Insidensi
terjadinya appendicitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang
hyperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau general
misalnya akibat infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat invasi
parasit seperti Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, Schistosoma,
atau Ascaris.
Appendicitis juga dapat
diakibatkan oleh infeksi virus enteric atau sistemik, seperti measles, chicken
pox, dan cytomegalovirus. Pasien dengan cyctic fibrosis memiliki peningkatan
insidensi appendicitis akibat perubahan pada kelenjar yang mensekresi mucus.
Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi appendiks, khususnya jika
tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, benda asaning
seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya appendicitis.
Trauma, stress psikologis, dan herediter juga mempengaruhi terjadinya
appendicitis5 Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan
seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, dan
kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendicitis,
khususnya pada anak-anak5. Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut
saraf visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri
awal ini bersifat nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya
distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam
setelah nyeri. Jika mual muntah timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat
dipikirkan diagnosis lain5. Appendiks yang obstruksi merupakan tempat yang baik
bagi bakteri untuk berkembang biak. Seiring dengan peningkatan tekanan
intraluminal, terjadi gangguan aliran limf, terjadi oedem yang lebih hebat.
Akhirnya peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada
iskemik jaringan, infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke
dinding appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat
kensekuensi pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat
eksudat inflamasi dari dinding appendiks berhubungan dengan peritoneum
parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan
lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Nyeri jarang
timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral
sebelumnya. Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatic biasanya
tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale sampai
saat terjadinya rupture dan penyebaran infeksi. Nyeri pada appendiks
retrocaecal dapat muncul di punggung atau pinggang. Appendiks pelvic yang
terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau vesica
urinaria pada appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri
seperti terjadi retensi urine5. Perforasi appendiks akan menyebabkan terjadinya
abscess lokal atau peritonitis umum. Proses ini tergantung pada kecepatan
progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan pasien berespon terhadap adanya
perforasi. Tanda perforasi appendiks mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC,
leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien
dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap
hingga > 48 jam tanpa perforasi. Secara umum, semakin lama gejala
berhubungan dengan peningkatan risiko perforasi. Peritonitis difus lebih sering
dijumpai pada bayi karena tidak adanya jaringan lemak omentum. Anak yang lebih
tua atau remaja lebih memungkinkan untuk terjadinya abscess yang dapat
diketahui dari adanya massa pada pemeriksaan fisik5 Konstipasi jarang dijumpai
tetapi tenesmus sering dijumpai. Diare sering didapatkan pada anak-anak, dalam
jangka waktu sebentar, akibat iritasi ileum terminal atau caecum. Adanya diare
dapat mengindikasikan adanya abscess pelvis.
Pada kasus, dimungkinkan si
wanita mengalami stress sehingga menyebabkan immunokompramaise, ketika sistem
imun menurun akhirnya mudah terserang penyakit. Stress berkaitan dengan
menstruasinya yang tidak teratur dan mudah terserang penyakit (appendicitis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar