Skenario
1 Part 1 Blok 11
Author : Fauzan Kurniawan
ANEMIA PADA IBU HAMIL
1. PENGERTIAN
Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5
gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia
adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada
ibu
dan janin menjadi
berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin
kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Anemia
pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00
gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut
anemia gravis. Jumlah
hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah
35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia
dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada
perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi
pada trimester II (Sarwono P, 2002).
2. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab
anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi
(malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam
diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak
seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit
kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
3. PATOFISIOLOGI
Darah
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia,
akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma
30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah
merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau
anemia.
Pengenceran
darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat
bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus
bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia
cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas
rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua
perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah
yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan
anemia.
Bertambahnya
volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala anemia pada
kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,
malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas
pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia dalam
kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
a.
Anemia Defisiensi Besi
Adalah
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi
yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Pengobatannya adalah : Terapi
Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
Terapi
Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk
menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan
sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak
anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia
ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia
sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia
berat
Kebutuhan
zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100
kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali
dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
b.
Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang
disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan
vitamin B12.
Pengobatannya:
1) Asam folik 15 – 30 mg
per hari
2) Vitamin B12 3 X 1
tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1
tablet per hari
4) Pada kasus berat dan
pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c.
Anemia Hipoplastik
Adalah
anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah
darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d.
Anemia Hemolitik
Adalah
anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan
diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal
ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
6. EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL
a. Bahaya Pada Trimester I
Pada
trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan
congenital, abortus / keguguran.
b. Bahaya Pada Trimester II
Pada
trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan
ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu.
c. Bahaya Saat Persalinan
Pada
saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin
lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu
cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
(Mansjoer dkk, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar