SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki, usia 8 tahun, pada malam hari saat sedang mewarnai
gambar buah-buahan dengan warna merah, hijau, kuning dan ungu tiba-tiba listrik
di rumahnya padam sehingga keadaan menjadi gelap. Anak itu merasakan
pandangannya menjadi sangat gelap namun perlahan-lahan ia mulai dapat melihat
bentuk benda di sekitarnya tetapi tidak dapat membedakan gradasi warna. Ketika
listrik menyala lagi ia langsung dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Anak tersebut tidak memiliki riwayat gangguan/kelainan pada kedua matanya.
LO :
1. Jelaskan tentang jaras penglihatan !
2.
Bagaimana mekanisme penglihatan ?
3. Anatomi musculus mata dan fungsinya !
4. Apa itu media refrakta ?
5. Apa
yang dimaksud dengan Hiperpolarisasi dan Depolarisasi ?
6.
Jelaskan Siklus Penglihatan Rodopsin !
7.
Jelaskan proses Penglihatan Warna !
1.
Jaras penglihatan
Gambar
tersebut memperlihatkan prinsip jaras penglihatan yaitu dari kedua retina ke
korteks penglihatan. Sinyal saraf penglihatan meninggalkan retina melalui
nervus optikus. Di chiasma opticum, serabut nervus optikus dari bagian nasal
retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus bergabung
dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain
sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus
optikus bersinaps di nukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dan
dari sini, serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus
menuju korteks penglihatan primer yang terletak di fissura kalkarina lobus
oksipitalis.
Selain ke korteks visual, serat-serat visual tersebut juga ditujukan ke
beberapa area seperti: (1) nukleus suprakiasmatik dari hipotalamus untuk
mengontrol irama sirkadian dan perubahan fisiologis lain yang berkaitan dengan
siang dan malam, (2) ke nukleus pretektal pada otak tengah, untuk menimbulkan
gerakan refleks pada mata untuk fokus terhadap suatu obyek tertentu dan
mengaktivasi refleks cahaya pupil, dan (3) kolikulus superior, untuk mengontrol
gerakan cepat dari kedua mata. (4) menuju nukleus genikulatum lateral ventralis
pada talamus dan kemudian ke daerah basal otak sekitarnya diduga untuk membantu
mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.
Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem lama untuk otak
tengah dan dasar otak depan, serta sistem baru untuk penjalaran langsung ke
dalam korteks penglihatan. Sistem baru pada manusia menghasilkan persepsi
seluruh aspek bentuk penglihatan, warna, dan penglihatan sadar lainnya.
Sumber : Fisiologi Guyton
2.
Mekanisme melihat
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
3.
Anatomi musculus mata dan
fungsinya
a.
MUSCULI RECTI
•
Origo: annulus tendineus communis à cincin penebalan periosteum
yang mengelilingi canalis opticus
•
Insersi: sclera à 6 mm di belakang tepi cornea.
•
Terdiri atas:
–
m. rectus superior, berasal dari bagian atas cincin, inervasi: n.
oculomotorius
–
m. rectus inferior dari bagian bawah cincin, inervasi: n.
oculomotorius
–
m. rectus medialis dari bagian tengah cincin, inervasi: n.
oculomotorius
–
m. rectus lateralis dari bagian lateral cincin, inervasi: n.
abducens.
b.
MUSCULI OBLIQUUS
•
M. Obliquus superior.
–
Origo: corpus ossis sphenoidalis, insersi: sclera
–
Inervasi: n. trochlearis
•
M. obliquus inferior
–
origo: bagian anterior dasar orbita, insersi: sclera
–
inervasi: ramus inferior n. oculomotorius
c.
ALAT GERAK : MUSCULI EXTRA
OCCULI
•
Adduksi:
–
M. rectus medialis bulbi
–
M. rectus superior bulbi
–
M. rectus inferior bulbi
•
Abduksi:
–
M. rectus lateralis bulbi
–
M. obliquus superior bulbi
–
M. obliquus inferior bulbi
•
Gerakan ke cranial:
–
M. rectus superior bulbi
–
M. obliquus inferior bulbi
•
Gerakan ke caudal:
–
M. rectus inferior bulbi
–
M. obliquus superior bulbi
Sumber : Kuliah Anatomi organon visus dr.Risal
4.
MEDIA REFRAKTA
Media refrakta adalah
media yang membiaskan sinar.
- Cornea
Fungsi :
o
Sebagai membran pelindung
Cornea menutup bola mata di sebelah depan
o
Sebagai media refrakta.
Pembiasan cahaya di cornea terutama dilakukan pada
permukaan anterior. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea dimana 40
dioptri dari 50 dioptri.
Cornea
merupakan organ yang paling banyak memiliki serabut nyeri terutama di bagian
central, sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit.
Bila
kornea disinari suatu sumber cahaya yang konsentris pada kornea maka akan
bersifat konsentris juga gambar dapat dipantulkan pada kornea karena kornea
bersifat cermin cembung.
Interpretasi
pemeriksaan cornea :
Normal :
licin, mengkilat, konsentris dan continue.
Abnormal :
o
Lingkaran continue tetapi ada bagian
tidak mengkilat (kabur), bergerigi àedema cornea.
o
Lingkaran tidak continue : defect epitel
cornea àulkus
kornea, erosion, fistula kornea.
o
Lingkaran mengkilat continue, konsentris
tetapi berkelok-kelokàsikatrik pada kornea
o
Lingkaran mengkilat, continue, oval dan
tidak konsentris àastigmatisma
- Cairan humor aquos
Cairan
humor aquos diproduksi oleh proc. Ciliaris corpus ciliare. Selain menghasilkan
humor aquos, corpus ciliare juga mengontrol kemudahan pembuangannya serta
berperan dalam proses akomodasi.
Hasil
produksi yang berupa cairan dan elektrolit diangkut melalui epitel ke dalam
camera occuli posterior. Pengangkutan ini tergantung dari tekanan darah dalam
corpus ciliare dan permeabilitas kapilernya.
Apabila tekanan intra ocular meningkat maka
aliran darah di dalam corpus ciliare berkurang. Selanjutnya humor aquos akan
mengalir dari camera oculi posterior ke camera occuli anterior melalui pupil
karena terdapat perbedaan tekanan diantara kedua ruangan tersebut. Apabila
tekanan di camera occuli posterior meningkat, maka tekanan itu akan diteruskan
ke semua arah termasuk lensa dan corpus vitreum dengan akibat lensa dan iris
akan terdorong ke depan.
Tekanan
intra oculi normal 15-18 mmHg. Tekanan normal tertinggi pada waktu bangun tidur
pagi hari dan terendah pada malam hari.
Fungsi :
o
Sebagai media refrakta
o
Untuk nutrisi lensa dan kornea
o
Untuk mengatur tekanan bola mata
- Lensa crystalina
Berbentuk lempeng cakram bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan
transparan. Permukaan belakangnya lebih cembung daripada permukaan depan.
Terletak di belakang iris, di depan corpus vitreum. Digantung oleh zonula zinii
atau lig. Suspensorium lentis.
Fungsi :
o
Memfokuskan sinar dengan cara akomodasi
untuk melihat dekat.
Otos ciliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang, kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih
sferis diiringi peningkatan daya biasnya. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
- Corpus vitreum
Merupakan gel transparan yang terdiri atas air ( lebih dari 99% ),
kolagen dan glikosaminoglikan yang berhidrasi berat, yang unsur utamanya ialah
asam hialuronat. Corpus vitreum menempati ruangan mata dibelakang lensa.
5.
Retina
Retina
adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk dapat melihat, mata harus
berfungsi sebagai alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai
suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang
dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya
ke korteks penglihatan. Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan
terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya
reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatanSel batang berfungsi dalam
proses penglihatan redup dan gerakan sementara sel kerucut berperan dalam
fungsi penglihatan terang, penglihatan warna, dan ketajaman penglihatan. Sel
batang memiliki sensitivitas cahaya yang lebih tinggi daripada sel kerucut dan
berfungsi pada penglihatan perifer. Sel Kerucut mampu membedakan warna dan
memiliki fungsi penglihatan sentral.
Sumber : https://www.google.com/search?q=Media+refrakta&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=sb#
5. Hiperpolarisasi dan
Depolarisasi
Peningkatan negativitas dari
potensial membran merupakan suatu keadaan yang disebut hiperpolarisasi. Hal ini
terjadi ketika rodopsin terurai. Penguraiannya menurunkan konduktans membrane
sel batang unutk ion natrium di segmen luar sel batang. Segmen dalam secara
terus menerus memompa natrium dari sisi dalam sel batang menuju sisi luar dan
kalium dipompa ke dalam sel. Kalium bocor ke luar sel melalui kanal kalium tak
berpintu yang terbatas di segmen luar sel batang. Pompa natrium-kalium
membentuk potensial negative di sisi dalam seluruh sel. Namun segmen luar
tempat fotoreseptor berada sedikit berbeda. Pada keadaan gelap, membrane batang
bocor untuk ion natrium yang mengalir melalui kanal berpintu cGMP. Pada keadaan
gelap, kadar cGMP tinggi. Memungkinkan ion natrium terus menerus kembali ke
dalam sel batang dan menetralkan negativasi di dalam seluruh sel.
Jika rodopsin terkena cahaya
kembali, konduktans natrium dari luar ke dalam sel akan berkurang melalui 3
proses.
(1)
Cahaya
di reabsorbsi oleh rodopsin, menyebabkan fotoaktifasi electron pada bagian
retinal.
(2)
Aktifasi
rodopsin merangsuang suatu G-protein yang di sebut transduksin, kemudian
mengaktivasi fosfodiestrase cGMP, enzim ini menganalisis pemecahan cGMP menjadi
5-cGMP
(3)
Penurunan
cGMP ini menutup kanal berpintu cGMP dan mengurangi arus natrium kedalam.
Natrium
terus dipompa ke luar melalui membrane dan segmen dalam. Karena natrium
bersifat positif, jadi di dalam membrane terjadi peningkatan negativitas.
Sumber : Guyton
6. Siklus Penglihatan Rodopsin :
Sel batang mengandung pigmen peka
cahaya yang disebut rodopsin atau visual purple. Substansi tersebut merupakan
kombinasi dari protein skotopsin dan karotenoid retinal. Retinal tersebut
merupakan tipe khusu 11-cis retinal.
Bentuk cis dan retinal sangatlah
penting. Karena hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan skotopsin
membentuk sel batang (rodopsin).
Setelah mengabsorbsi energy cahaya,
rodopsin akan segera terurai dalam sepersekian detik karena adanya fotoaktifasi
elekteron pada bagian retinal dan rodopsin yang menyebabkan cis dan retinal berubah menjadi all-trans. Karena all-trans tidak lagi sesuai dengan skotopsin, maka ia akan terlepas
dari skotopsin dan terbentuklah batorodopsin. Btorodopsin sangat tidak stabil,
akibatnya dalam sekian nanodetik rusak dan menjadi lumirodopsin, lalu rusak
lagi menjadi metarodopsin I, selanjutnya menjadi metarodopsin II dan akhirnya
akan menjadi produk pecahan terakhir yaitu all-trans
retinal dan skotopsin.
Metarodopsin II juga disebut
rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan listrik dalam sel batang yang
kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke sistem saraf pusatdalam bentuk
potensial aksi nervus optikus.
Proses pembentukan kembali rosodpsin
terjadi mula-mula all-trans reatinal
diubah menjadi all-trans retinol yang
merupakan salah satu bentuk dari vitamin A. Kemudian di ubah menjadi 11-cis retinol, diubah lagi menjadi
all-trans retinal yang kemudian bergabung dengan skotopsin untuk membentuk
rodopsin baru.
Sumber : Guyton
7. Penglihatan Warna :
Sel kerucut memiliki komposisi kimiawi
yang hamper sama dengan sel batang. Perbedaannya terletak pada protein
(fotopsin) dalam sel kerucut berbeda denan protein (skotopsin) dalam sel
batang. Sedangkan semua bagian retinal lainnya sama dengan sel batang. Komponen
peka warna pada mata merupakan kombinasi antara retina dan fotopsin. Sel
kerucut memiliki 3 pigmen peka warna disebut pigmen peka warna biru, hijau, dan
merah dan memiliki beasar absorbs secara berturut 445,535, dan 570 nanometer
yang merupakan panjang gelombang puncak sensitifitas cahaya pada sel kerucut.
Mata manusia Sebenarnya dapat
mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik dan warna merah, hijau, dan biru di satukan
dalam bermacam-macam kombinasi. Sensitifitas spectrum dari ketiga jenis sel
kerucut Sensitifitas spectrum warna tergantung pada ketiga tipe sel kerucut
(iodopsin). Contoh warna monokromatik adalah warna kuning dengan perbandingan
aktifasi pigmen warna merah 83% : hijau 83% : biru 0%. Tetapi jika ketiga
pigmen warna ini di rangsang dengan perbandingan yang sama maka akan
menghasilkan sensai warna putih.
Sumber : Guyton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar