Skenario 1 Blok 10 Part 1
Author : Nesya Ayu Tresika
PENGERTIAN
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran urine baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu (massa), tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran urine baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu (massa), tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
PENYEBAB
1. Faktor Intrinsik
1. Faktor Intrinsik
a. Batu
Pembentukan batu mulai dari kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH urine, konsentrasi zat terlarut urine, statis urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium dan dimineralisasi tulang serta hyperparathyroid. Batu dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang bentuknya bulat, lonjong dan tidak beraturan. Dalam hal ukuran dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.
b. Striktura
Kelainan ini dapat berupa kelainan bawaan, yaitu penyempitan yang berlebihan daripada penyempitan fisiologik atau dapat juga di dapat akibat dari trauma operasi.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Kehamilan
Pada wanita hamil sering terjadi obstruksi ureter. Penyebabnya belum jelas, mungkin karena hormonal, mungkin pula akibat tekanan oleh uterus yang membesar.
b. Tumor
Tumor-tumor yang terdapat di sekitar ureter dapat mendesak ureter, misal : tumor rektum, prostat, kandung kemih dan alat-alat dirongga panggul.
Pembentukan batu mulai dari kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH urine, konsentrasi zat terlarut urine, statis urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium dan dimineralisasi tulang serta hyperparathyroid. Batu dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang bentuknya bulat, lonjong dan tidak beraturan. Dalam hal ukuran dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.
b. Striktura
Kelainan ini dapat berupa kelainan bawaan, yaitu penyempitan yang berlebihan daripada penyempitan fisiologik atau dapat juga di dapat akibat dari trauma operasi.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Kehamilan
Pada wanita hamil sering terjadi obstruksi ureter. Penyebabnya belum jelas, mungkin karena hormonal, mungkin pula akibat tekanan oleh uterus yang membesar.
b. Tumor
Tumor-tumor yang terdapat di sekitar ureter dapat mendesak ureter, misal : tumor rektum, prostat, kandung kemih dan alat-alat dirongga panggul.
Obstruksi Saluran
Kemih
Tanda
klinis dari obstruksi saluran kemih bervariasi. Dari penurunan halus dalam
aktivitas mental sampai letargi yang progresif atau oleh karena anorexia yang
berkaitan dengan nausea. Beberapa pasien mengeluhkan anuria yang mendadak atau
menderita sepsis. Perubahan dalam pola kencing dan kualitas urine mungkin akan
terdekteksi. Nyeri tidak selalu ada, dan bila hal itu terjadi, hal itu dapat
diklasifikasikan dari ketidaknyamanan yang minimal di punggung sampai nyeri
akut yang hebat yang bersama dengan retensi urine.
Riwayat
pasien dan penemuan dalam pemeriksaan klinis sering memberikan dokter
perbedaaan tingkatan dari obstruksi dan perlu untuk mempertimbangkan
pemeriksaan lebih lanjut. Seperti obstruksi di organ – organ yang lain, penting
untuk mencari tahu penyebabnya : ganas atau tidak, dan “screening“ akan adanya
metastase jika curiga ganas.
Diagnosa
uremia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
rutine. USG abdomen dan pelvis
dapat menunjukkan adanya hidronefrosis, dan tebalnya korteks renalis
menunjukkan indikasi dari kemampuannya. USG mungkin juga menunjukkan lokasi
dari obstruksi tanpa kemampuan investigasi yang invasif seperti retrograde
pielografi. Kontras intravena harus digunakan dangan hati – hati pada permukaan
ginjal yang rusak.
Tata
laksana gagal ginjal karena obstruksi adalah bersifat jangka panjang. Apabila
pasien dihadapkan pada kondisi yang irreversible dan kondisi terminal, maka
tidak baik menunda melakukan usaha tata laksana obstruksi dan membiarkan pasien
meninggal dalam kegagalan pengaturan elektrolit. Kematian tersebut
biasanya terjadi dengan tenang, tetapi mungkin tidak segera. Twitching dapat
dikontrol dengan pemberian benzodiasepine,
seperti clonazepam. Anti konvulsan tidak
umum digunakan untuk mengatasi serangan tersebut.
Penanganan
secara tim mungkin dapat dengan bagus mengatisipasi krisis seperti yang telah
tersebutkan sebelumnya. Dan pendekatan yang diambil harus didiskusikan dengan
pasien dan keluarganya. Akan tetapi pada obstruksi saluran kemih dengan gagal
ginjal sekunder mungkin terbejadi tiba - tiba, dan diskusi mungkin tidak dapat
dilakukan atau dihindarkan oleh situasi kerohanian tersebut, yang disertai
dengan gangguan metabolisme. Apabila kondisi pasien dalam keadaan sebaliknya,
tata laksana segera untuk mengkoreksi kelainan metabolisme ( peningkatan kadar
garam ) adalah tidak sah. Dialisis mungkin mutlak diperlukan pada
permulaannya., tetapi upaya medikamentosa dapat digunakan, termasuk insulin dan glukosa, kalsium glukonat, atau
resonium.
Pada
beberapa pasien, tingkat obstruksi uretra dapat diperbaiki dengan kotikosteroid
dosis sedang. (Contohnya adalah dexamethasone
8 mg perhari, i.v, subcutan, atau per oral). Keuntungan yang diperoleh
biasanya bersifat sementara dan obat tersebut tidak untuk pemakaian jangka
panjang.
Obstruksi
ureter mungkin dapat diatasi dengan “percutaneus
neprhostomy“ atau dengan prosedur stenting , akan tetapi perlu diingat
bahwa fungsi ginjal tidak selalu dapat kembali.
Percutaneus
nephrostomy pada umumnya dihubungkan dengan kelemahan, infeksi, dan
ketidaknyamanan setempat. Seperti alat yang cenderung lepas dapat
secara jelas meningkatkan kompleksitas perawatan pasien dan menurunkan kualitas
hidup. Penulis kekurangan data detail tentang kualitas hidup pada pasien yang
mendapat terapi “percutaneus nephrostomy“.
Telah
diperdebatkan tentang pembebasan obstruksi kemih karena keganasan untuk
mencegah manusia meninggal dari gagal ginjal progresif dan hidup singkat secara
mengenaskan dalam siksaan gejala dari kanker. Di awal rangkaian pembedahan
stenting dan nephrostomy, 40 % dari pasien meninggal sebelum keluar dari rumah
sakit. Pandangan terakhir dari data – data lebih menganjurkan ( 21%
bertahan hidup dan kembali pada lingkungan social ), tetapi satu laporan
terakhir terhitung bahwa 24 % dari pasien telah menghabiskan sisa hidupnya di
rumah sakit. Jelasnya, pasien yang sepertinya dapat menerima nephrostomi atau
stenting adalah mereka dari siapa yang pilihannya tersedia ( seperti
kemoterapi atau radioterapi ) untuk peringanan sumberdaya dari obstruksi
Apabila
obstruksi ureter bersifat unilateral,
stenting mungkin bagus, meski pada ketidakadaan gejala,
morbiditas dari prosedur harus terjawab. Kadang – kadang, prosedur seperti itu
mungkin memudahkan penatalaksanaan definitif dari keganasan.
Pada
pasien dengan obstruksi di urethra, bladder neck, atau prostat peralatan urologi
sebaiknya dilihat. Penting untuk mempertimbangkan sumbangan faktor
lain seperti obat yang cocok atau konstipasi yang mungkin terjadi.
Sekali lagi, latar belakang klinis dari pasien sebaiknya digali sebelum
dilakukan prosedur invasif seperti kateter permanen, atau suprapubic cytotomy.
Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih bagian atas
antara lain:
1. flank
pain, ipsilateral back pain, dan ipsilateral groin pain
2. pada
obstruksi akut dapat timbul nausea dan vomiting
3. obstruksi
kronik biasanya indolen dan asimtomatik
4. bila
terjadi infeksi, demam, menggigil, dan disuria
5. hematuria
6. bila
obstruksi berat, dapat timbul tanda-tanda uremia (lemah, edema perifer,
perubahan status mental, pucat)
7. pada
hidronefrosis berat, ginjal dapat teraba
8. pada
pyelonefritis, terdapat costovertebral angle tenderness
Etiologi obstruksi saluran kemih bagian atas antara
lain:
1. obstruksi mekanik
a. kongenital
: obstruksi atau penyempitan ureteropelvic junction, obstruksi atau penyempitan
ureterovesical junction, ureterocele, retrocaval ureter
b. defek
intrinsik dapatan : calculi, inflamasi, infeksi, trauma, sloughed
papila, tumor, bekuan darah, kristal asam urat
c. defek
ekstrinsik dapatan : uterus hamil, fibrosis retroperitoneal, aneuryma aorta,
leomyoma uteri, karsinoma uterus, prostat, bladder, colon, rectum, limfoma,
pelvic inflammatory disease, endometriosis, accidental surgical ligation
2. obstruksi fungsional : adynamic ureter, reflux
vesicoureteral
Mekanisme timbulnya gejala dan komplikasi obstruksi
saluran kemih atas
Nyeri timbul karena distensi collecting system atau kapsul ginjal. Derajat nyeri lebih dipengaruhi
kecepatan perkembangan distensi daripada derajat distensi. Nyeri pada obstruksi
akut supravesikal, misalnya karena ureterolitiasis, disebut kolik ginjal. Nyeri
ini menetap dan kontinu, dengan sedikit fluktuasi intensitas, dan sering
menyebar ke abdomen bawah, testis atau labia. Sebaliknya, makin ringan
obstruksi, misalnya penyempitan kronik ureteropelvic junction menyebabkan
sedikit atau tanpa nyeri namun menyebabkan kerusakan total ginjal. Flank pain
yang hanya terjadi pada miksi patognomonis pada reflux vesicoureteral.
Azotemia terjadi bila seluruh fungsi
ekskresi gagal, biasanya pada obstruksi bladder outlet, obstruksi bilateral
pelvis atau ureter, penyakit unilateral pada pasien yang hanya salah satu
ginjalnya yang berfungsi. Obstruksi bilateral total dicurigai apabila terjadi
anuria. Pasien gagal ginjal dengan riwayat nephrolithiasis, hematuria, diabetes
mellitus, pembesaran prostat, pelvic surgery, trauma, atau tumor harus
dievaluasi sebagai obstruksi saluran kemih.
Pada kondisi akut, obstruksi
bilateral mirip dengan prerenal azotemia. Namun semakin lama obstruksi, gejala polyuria dan nocturia menyertai obstruksi
parsial dan terjadi karena kegagalan kemampuan konsentrasi ginjal. Kelainan ini
tidak membaik dengan pemberian vasopressin sehingga merupakan acquired
nephrogenic diabetes insipidus. Gangguan tanspor NaCl di loop of Henle
menyebabkan osmotic diuresis sehingga menurunkan hipertonisitas medulla dan
menyebabkan defek konsentrasi. Fluktuasi lebar urin output pada pasien azotemia
meningkatkan kemungkinan obstruksi parsial atau intermiten. Bila intake cairan
tidak cukup, dapat terjadi dehidrasi berat dan hipernatremia.
Obstruksi parsial bilateral
dapat menyebabkan acquired distal renal tubular acidosis,hyperkalemia, dan renal salt wasting. Defek fungsi
tubulus ini biasanya diikuti dengan kerusakan tubulointerstitial ginjal.
Mulanya interstitium mengalami edema dan infiltrasi sel mononuclear. Kemudian,
terjadi fibrosis interstisial, atrofi papila dan medula yang mendahului proses
yang terjadi di korteks. Obstruksi harus
selalu dicurigai pada pasien ISK atau urolitiasis. Stasis
urin merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Urea-splitting bacteria berhubungan
dengan magnesium ammonium phosphate (struvite) calculi. Hypertension banyak terjadi pada
obstruksi unilateral akut dan subakut karena pelepasan renin oleh ginjal.
Hidronefrosis kronik, dengan adanya ekspansi volume ekstraselular dapat
menyebabkan hipertensi yang signifikan. Erythrocytosis merupakan komplikasi
uropati obstruktif yang terjadi karena peningkatan produksi eritropoietin.
Obstruksi saluran kemih kronik dapat menyebabkan
kerusakan permanen saluran kemih. Tekanan balik progresif pada ureter dan
ginjal menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis.Ureter mengalami dilatasi dan
berkelok-kelok, dengan ketidakmampuan mendorong urin ke bawah. Hidronefrosis dapat
menyebabkan kerusakan nefron permanen dan gagal ginjal. Stasis urin sepanjang
saluran kemih meningkatkan resiko terbentuknya batu dan infeksi. Obstruksi
saluran kemih dapat memiliki efek jangka panjang terhadap fisiologi ginjal,
termasuk kemampuan mengonsentrasikan urin.
Komplikasi obstruksi saluran kemih atas
1. infeksi
ginjal, pembentukan abses, urosepsis
2. ekstravasasi
urin dan pembentukan urinoma
3. pembentukan fistula
4. gagal
ginjal
5. disfungsi
bladder karena defungsional
6. nyeri
Sumber:
academia.edu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar