Author : Uray, Fida, Arnis, Nurlita
Trigger 2
Pasien diberikan
diazepam tiap malam awalnya bisa tidur, namun sekarang sudah tidak bisa tidur
lagi.
Learning Objectives
Learning Objectives
1.
Etiologi & Patofisiologi Insomnia?
2.
Kriteria Diagnostik Insomnia & Diagnosis
Pasien?
3. Bagaimanakah
penatalaksanaan Insomnia yang baik?
4.
Kenapa Diazepam yang diberikan saat ini tidak
dapat membantunya tidur lagi?
Answer
1.
Etiologi & Patofisiologi Insomnia?
ETIOLOGI
- Etiologi terjadinya insomnia dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
- Faktor ekstrinsik misalnya cahaya, kebisingan, higiene, suhu, kelembaban dan perubahan lingkungan sekitar.
- Faktor instrinsik dibagi dalam penyebab organik misalnya gangguan atau penyakit organik dan psikologis contohnya depresi, cemas berkabung serta higiene tidur/aktivitas mental sebelum tidur.
-
Faktor iatrogenik
misalnya penggunaan obat-obatan
maupun makanan tertentu
(Hamdy, 1994; Carney et al., 2005; Amir, 2007). Contohnya : Kopi (Coffee)
- Penyebab lain yang diperkirakan berhubungan dengan insomnia pada perempuan adalah menopause. Penelitian di Perancis yang melibatkan 1000 perempuan setengah baya menunjukkan adanya hubungan antara menopause dengan gangguan tidur. Hal ini diperkirakan sebagai efek dari perubahan endokrin. Pada perempuan yang mendapat terapi estrogen dilaporkan mengalami perbaikan dalam tidurnya (Anonim, 2007; Amir, 2007).
- Higiene tidur yang buruk pada lansia sering merupakan penyebab insomnia dan merupakan faktor yang dapat diatasi oleh lansia itu sendiri di rumah (Bliwise, 2000; Carney et al., 2005; Amir, 2007).
- Jadwal tidur yang kacau, perkiraan kebutuhan tidur yang berlebihan dapat menyebabkan tidur siang yang terlalu banyak serta terlalu banyak waktu untuk tidur. (Carney, 2005; Amir, 2007).
- Kebiasaan makan yang buruk, kurang olah raga, penggunaan kafein, alkohol dan obatobatan lain dapat berpengaruh terhadap timbunya insomnia (Yates, 2005; Feldman & Abernathy, 2000; Amir, 2007).
Sumber : MISC 2010, Chapter 2 Hal 18, Sleeping
Disorder (Insomnia), dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ
PATOFISIOLOGI
- Adanya lesi maupun degenerasi thalamus akan menyebabkan insomnia (Yudofsky, 1997).
- Teori lainnya menduga bahwa insomnia berkaitan erat dengan neuroendokrin, terutama pengaruh ACTH-kortisol, hiperprolaktinemia, dan hormon pertumbuhan terhadap slowwave sleep (Carney et al., 2005).
- Melatonin, hormon dari glandula pineal yang disekresikan terutama pada malam hari (saat gelap), diperkirakan berperan dalam proses tidur-bangun (Czeisler & Khalsa, 2005; Haimov et al., 1994). Kadar melatonin tertinggi dalam darah terjadi pada saat tidur di malam hari dan kadar terendah adalah pada siang hari atau saat bangun. Pemberian melatonin dapat menginduksi tidur, dapat mempertahankan tidur atau keduanya (Czeisler & Khalsa, 2005).
Sumber : MISC 2010, Chapter 2, Hal 18, Sleeping Disorder
(Insomnia), dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ
2.
Kriteria Diagnostik Insomnia & Diagnosis
Pasien?
Pedoman diagnostik insomnia non
organik menurut PPDGJ -III
Ø Hal tersebut dibawah ini diperlukan
untuk membuat diagnosis pasti :
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur
atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk,
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam
seminggu selama minimal satu bulan,
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa
tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam
hari dan sepanjang siang hari,
d. Ketidakpuasan terhadapkuantitas dan
atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
Ø Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti
depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri.
Ø Kriteria "lama tidur"
(kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena
luasnya variasi individual . Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas
(seperti pada "transient insomnia") tidak didiagnosis disini, dapat
dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau ganguan penyesuaian (F43.2)
Sumber : PPDGJ-III
Sedangkan kriteria diagnostik untuk insomnia
primer menurut DSM-IV
·
Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk
memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan, selama
sekurangnya satu bulan.
·
Gangguan tidur (atau kelelahan siang hari yang
menyertai) menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara kllinis
atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
·
Gangguan
tidur tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan
narkolepsi, gangguan tidur
berhubungan pernapasan, gangguan tidur irama sirkardian, atau parasomia.
·
Gangguan
tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan gangguan
mental lain (misalnya, gangguan
depresif berat, gangguan kecemasan umum, delirium)
·
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung
dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu
kondisi medis umum.
Sumber : MISC 2010, Chapter 2 Hal 18
Pada tahun 1984,The International Institute of Health membuat suatu konsensus
pengelompokan gangguan tidur berdasarkan lamanya gangguan yang terdiri dari:
- Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari
- Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari dan kurang dari 3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya berhubungan dengan stress yang akut seperti perubahan kehidupan sosial, peningkatan emosional, faktor lingkungan, faktor sistemik, kelainan gangguan kesehatan, desinkronisaso irama sirkadian
- Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu. Biasanya berhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan psikiatri, gangguan kesehatan, gangguan psikologi.
Sumber : Repository USU (Judul : Gangguan Tidur oleh Dr ISKANDAR JAPARDI – Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara)
3. Bagaimanakah
penatalaksanaan Insomnia yang baik?
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
- Untuk mencari penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat
- Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik
- Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental
- Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Konseling dan Psikotherapi
- Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
- Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
- Hindari tidur pada siang hari/sambilan
- Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
- Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
- Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
- Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong
- Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
- Hindari rasa cemas atau frustasi
- Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan farmakologi
Sumber : Repository USU (Judul : Gangguan Tidur oleh Dr ISKANDAR JAPARDI – Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara)
4. Kenapa
Diazepam yang diberikan saat ini tidak dapat membantunya tidur lagi? Coba dicari sendiri :p wehehehe, Semoga Bermanfaat & Semoga Sukses!.
Download dalam bentuk file PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar