Senin, 15 September 2014

Skenario 1 Blok 13 (Part 2)

Author : Yunita, Fitya, Intan, Nia



Hai teman-teman, di Part 2 bahasan skenario 1 blok 13 ini kami akan membahas beberapa diagnosis banding yang ada di kasus, antara lain :
1.Gangguan Cemas Dan Depresi,
2.Afektif Depresi,
3.Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder),
4.Gangguan Cemas Menyeluruh/ Generalized Anxiety Disorder (Gad)
semoga bermafaaat.

& check this out 8)..


1. GANGGUAN CEMAS DAN DEPRESI

Gangguan campuran anxietas dan depresif merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena secara bersamaan didapati gejala-gejala  depresi dan  anxietas (cemas) pada penderita. Perlu diperhatikan bahwa baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk episode depresi dan gangguan anxietas. (Maramis, Willy F (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University)

Artinya Gangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan  depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan kecemasan maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala  depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.

Etiologi :

Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbic,

DIAGNOSIS Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnostik untuk gangguan campuran anxietas dan depresi adalah sebagai berikut:

  Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

  Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.

  Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.

  Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

Gambaran klinis :

Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya.

Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas. Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah: konsentrasi dan perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; tidur terganggu; nafsu makan berkurang.

Untuk gangguan campuran anxietas dan depresi, kedua gejala baik gejala anxietas maupun gejala depresi tetap ada namun kedua-duanya tidak menunjukkan gejala yang cukup berat atau lebih menonjol antara satu dengan lainnya

DIAGNOSIS BANDING

Diantara gangguan anxietas, gangguan anxietas menyeluruh merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran anxietas – depresi. Diantara gangguan mood, gangguan dstimik, dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran anxietas – depresi. Diantara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian mengindar, dependen dan obsesif kompulsif dapat memiliki gejala yang mirip dengan gejala gangguan campuran anxietas – depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga harus dipertimbangkan.

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat-ringannya gangguan tersebut. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala anxietas dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.

TERAPI

Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan campuran anxietas dan depresi adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapetik, farmakoterapetik, dan pendekatan suportif.

Psikoterapi : Pendekatan psikoterapetik utama untuk gangguan ini adalah kognitif-perilaku, suportif, dan berorientasi-tilikan (insight). Klinisi mungkin mampu sendirian atau dengan bantuan pasien atau keluarganya untuk mengubah lingkungan dan dengan demikian menurunkan tekanan yang penuh ketegangan

Farmakoterapi : Keputusan untuk meresepkan suatu obat pada pasien dengan gangguan kecemasan campuran anxietas dan depresi hams jarang dilakukan pada kunjungan pertama. Karena sifat gangguan yang berlangsung lama, suatu rencana pengobatan hares dengan cermat dijelaskan.

Dua golongan obat utama yang dipakai dalam pengobatan gangguan anxietas adalah Benzodiazepine dan Non-Benzodiazepine, dengan Benzodiazepine sebagai pilihan utama. Pemakaian benzodiazepin dengan waktu paruh sedang (8 sampai 15 jam) kemungkinan menghindari beberapa efek merugikan, Untuk diazepam sediaan tab. 2-5mg, ampul 10 mg/2cc dosis anjuran l0-30mg/hari 2-3xsehari, i.v./i.m 2-10mg /3-4 jam.

Sedang untuk depresi dipakai golongan Trisiklik, Tetrasiklik, MAOI-reversible, SSRI, dan Atypical anti depresi. Dimana SSRI menjadi pilihan utama, SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan.namun obat ini memiliki harga yang mahal oleh karenanya trisiklik masih sering digunakan. Contoh obat golongan ini adalah fluoxetine,sertraline,paroxetine,citalopram,fluvoxamine


Efek samping Obal Anti-depresi dapat berupa : Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif rnenurun, d11); Efek Antikolinergik (mulut keying, retensi urin, penglihatan kabur., konstipasi, sinus takikardia, dsb); Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi); Efek Nourotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia). Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu.

Sumber :

-     Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997
-          Kaplan H, Sadock B, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat Widya Medika, Jakarta, 1998

-          Buku saku Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ – III dan DSM -5
-          Maramis, Willy F (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University

-          Scrib gangguan campuran anxietas dan depresif

2. AFEKTIF DEPRESI
PENGERTIAN

Mengalami suasana perasaaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.

          Terdapat tiga variasi episode : ringan, sedang, dan berat.

          Penegakan diagnosis dibutuhkan waktu paling sedikit 2 minggu.

          Kelompok diagnosis ini hanya untuk episode afektif yang pertama saja.

EPIDEMIOLOGI

Gangguan depresif dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun. Gangguan depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosioekonomi. Perempuan juga dapat mengalami depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara barat biasanya pada musim dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya mania). Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-laki. Alasan dalam penelitian di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari. Gangguan depresif sangat umum terjadi, setiap tahun lebih dari 17 juta orang Amerika mengalaminya.

Banyak orang mengalami gangguan depresif terkait dengan penggunaan napza dan alkohol karena napza terdiri dari substansi kimia yang mempengaruhi fungsi otak, terus menggunakan napza akan membuat zat kimiawi otak mengalami ketidakseimbangan, sehingga mengganggu proses pikir, perasaan dan perilaku.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari sisi organobiologik, sosiokultural dan psikoedukatif. Dari sisi biologik dikatakan adanya gangguan pada neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin. Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan dopamin.

Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar, terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut. Episoda pertama gangguan seringkali dipicu oleh stresor psikososial pada mereka yang biologiknya rentan. Gangguan depresif juga mungkin dialami oleh mereka yang tidak


mempunyai faktor biologik sebagai kontributor terhadap terjadinya gangguan depresif, hal ini lebih merupakan gangguan psikologik.

Berbagai faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif. Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan depresif ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama masa pengobatan.

Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan mengalami gangguan depresif. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif.

Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif muncul.

TANDA - TANDA DAN GEJALA KLINIS

Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga oleh dokter.

Tanda gangguan depresif itu adalah :

·      Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi buruk

·      Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari

·      Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas

·      Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan

·      Bangun tidur pagi rasanya malas

Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran. Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan gejala tak akan membaik selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun.

(Sumber :binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517835.pdf)

PENGGOLONGAN DIAGNOSIS

1.    Episode Depresif Ringan

( 1 ) Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :

  Perasaan depresif

  Kehilangan minat dan kesenangan

  Mudah menjadi lelah

( 2 ) Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :

  Konsentrasi dan perhatian berkurang

  Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

  Rasa bersalah dan tak berguna

  Masa depan suram dan pesimis

  Gagasan atau perbuatan membahayakan diri

  Tidur terganggu

  Nafsu makan berkurang

(3)  Telah berlangsung paling sedikit dua minggu

(4)  Tidak boleh ada gejala yang berat

(5)  Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial.

2.  Episode Depresif Sedang

  Paling sedikit dua dari gejala A

  Paling sedikit tiga dari gejala B

  Paling sedikit dua minggu

  Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

3.  Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik

    Tiga dari gejala A

    Paling sedikit empat dari gejala B dan intensitas berat.

    Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset sangat cepat.

    Tidak mungkin melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial.

4.  Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

  Sama seperti ad. 3 disertai dengan waham, halusinasi, atau stupor depresif.

(Sumber : PPT Dr. Hubertus Kasan Hidayat,Sp.KJ.)



3. Gangguan penyesuaian (adjustment disorder)

Definisi

Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan

dari munculnya stressor tersebut.

Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yangoleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk darigangguan psikiatrik yang sudah ada. (Kaplan & Sadock, 1991)

ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, ataukemungkinan adanya penyakit yang serius.

Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani atau terlalu berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Manifestasi respon dapat berupa reaksi emosional atau perilaku terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misalnya pada populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran angota keluarga baru,atau kehilangan figur atau benda (mis. Hewan peliharaan). Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3 bulan dari peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah stressor menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi.

Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja.

Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor,namunstressor merupakan satu dari faktoryang menentukan berkembangnya, jenis, dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang,etiologi belum pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor :

  1. Genetik
    Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa stress kemudian mengalami gangguan penyesuaian.

  1. Biologik
    Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau disabilitas.

  1. Psikososial
    Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orangtua pada masa bayi atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu,kemampuan mentolerir frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa bayi

Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ III, Gangguan Penyesuaian (43.2) didiagnosis dengan pedoman diagnosis seperti :

  1. Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan antara:
a.      Bentuk, isi, dan keparahan gejala

b.      Riwayat dan kepribadian sebelumnya, dan

c.       Kejadian atau situasi yang penuh stres atau krisis kehidupan

  1. Adanya ketiga faktor ini harus ditetapkan dengan jelas dan harus mempunyai bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami gangguan tersebut.

  1. Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satu pun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis.

  1. Onset biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stresful” dan gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan (F.43.21)

Daftar Pustaka :

  1. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta :FK UI;2010

  1. Tami D Beton M. Adjusment Disorders Medscape.2012.

  1. Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan Ringkas PPDGJ III

4. Gangguan Cemas Menyeluruh/ Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Definisi:

“Gangguan cemas menyeruluh adalah suatu kecemasan dan kekhawatiran yang berlebih terhadap beberapa kejadian atau aktivitas sepanjang hari “

“suatu keadaan patologik yang ditandai oleh ketakutan disertai tanda somatic

pertanda system autonom yang hiperaktif”

(sumber: buku saku psikiatri klinik Kaplan saddock)

Penderita GAD datang dengan keluhan fisik terutama keluhan yang berhubungan dengan ketergantungan atau insomnia . GAD biasanya didasarkan oleh ketegangan multipel, yakni ketegangan mental (khawatir, merasa tegang, was- was, sulit konsentrasi), ketegangan fisik (tidak tenang, nyeri kepala, tremor, tak bisa relaks), keterjagaan fisik (pusing, berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, nyeri perut)

Keyword GAD:

  1. Ada sindrom cemas, datang dengan keluhan fisik, terutama keluhan yang berhubungan dengan ketegangan atau insomnia.

  1. Gejala multiple: ketegangan mental, ketegangan fisik dan keterjagaan fisik.

  1. Kecemasan yang dirasakan hampir tiap hati, sebab tidak jelas, minimal 6 bulan, bersifat

“free floating” atau “mengambang”, tidak ekstrim.

Sumber : MISC VAROLIUS 2011
  
Epidemiologi

Kondisi yang yang terjadi. Prevalensi 3-8% dengan rasio wanita:pria adalah 2:1. Penyakit ini biasanya dimulai saat remaja tua atau dewasa muda, tapi lebih sering terjadi pada dewasa tua.

Etiologi
 Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan cemas menyeluruh, diantaranya adalah:

1.      Faktor biologi
  Benzodiazepine memiliki dua macam reseptor yaitu yang mengurangi anxietas (Benzodiazepine : reseptor agonis benzodiazepine) dan menyebabkan anxietas (flumazenil dan beta-carbolines: reseptor antagonis benzodiazepine). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa reseptor benzodiapezepine abnormal banyak terdapat pada lobus oksipitalis.


2.      Faktor Psikososial

Pada gangguan ini terdapat hipotesis bahwa pasien mewujudkan respon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang mengancam. Dikatakan pula terdapat gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan.

Diagnosis

Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM-IV-TR dikarakteristikan oleh kekhawatiran dan kecemasan teratur dan sering serta menetap terhadap kejadian atau lingkungan yang sulit dikontrol atau berlebihan.

Pedoman diagnostic: (sumber: PPDGJ)

1.   Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja.

2.   Gejala- gejala tersebut biasanya mencakup unsure- unsure berikut:

a. Kecemasan (kekhawatiran, nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit berkonsentrasi).

b.     Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).

c.    Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

3.   Pada saat anak- nanak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan- keluhan somatic yang menonjol.

Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan suportif

1.       Psikoterapi -> paling utama adalah terapi kognitif prilaku, suportif dan berorientasi tilikan.

2.       Farmakoterapi -> obat- obatan yang sering digunakan adalah benzodiazepine, selective serotonin reuptake inhibitor(SSRJ), busipirone dan venlafaxine. 


Download dalam file PDF :
afsadfsda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar