Halo mimin dan memed
sekalian.,selamat dtng di scenario 2 pertemuan pertama../^0^\,,padahal bikin
galau di modul Cuma di suruh liat d vcd..-_____- tapi tenang aja mimin dan
memed sekalian Alhamdulillah kmarn ada bocoran kl skenarionya tentang gangguan tidur yang berhubungan dengan
kejiwaan..
Langsung aja..cekidot…
GANGGUAN TIDUR
I. PENDAHULUAN
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling
sering ditemukan
pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur
dapat dialami oleh
semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan
tinggi dan rendah
maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada
usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, menurun
daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa
peneliti gangguan
tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering
mengalami
kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup
Diperkirakan jumlah penderita
akibat gangguan tidur setiap tahun semakin
lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah
kesehatan. Di dalam
praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat
hipnotik, tanpa
menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya,
sehingga
sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat
yang tidak
adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur
merupakan masalah
kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan
datang.
II. TIDUR FISIOLOGIS
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan
jasmani dan
kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau
berkurang dan akan
kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk
menyelesaikan persoalan
yang dihadapi.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai
dengan
beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring
dengan rotasi bola
dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama
sirkadian terletak
pada bagian ventral anterior hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan
sinkronisasi terletak
pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang
disebut sebagai
pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral
medulo oblogata disebut
sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM )
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM
dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru
lahir total tidur 16-
20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10
jam/hari pada
umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang
dewasa.
Tipe NREM dibagi
dalam 4 stadium yaitu:
1. Tidur stadium
Satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur.
Fase ini
didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan
tampak gerakan
bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5
menit dan
mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari
gelombang
campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan
amplitudo yang
rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan
kompleks K
2. Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus
otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama.
Gambaran EEG terdiri
dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang
sleep spindle,
gelombang verteks dan komplek K
3. Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran
EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak
gelombang
slee[ spindle.
4. Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran
EEG
didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang
sleep
spindle.
Fase tidur NREM, ini
biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM
jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang
saat menjelang pagi
atau bangun.
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat,
tonus otot yang
sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan
dapat menceritakan
mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi
eraksi penis, tonus otot
menunjukkan relaksasi yang dalam.
Pola tidur REM
berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode
neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total
tidur. Periode neonatal ini
pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1
sampai 4. Pada usia 4
bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM
berkurang sampai 40% hal
ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan
masuk keperiode awall
tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada
dewasa muda dengan
distribusi fase tidur sebagai berikut:
- NREM (75%) yaitu
stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;
stadium 4 : 13%
- REM; 25 %.
III. PERANAN NEUROTRANSMITER
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS
(Ascending
Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini
meningkat orang tersebut dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan
dalam keadaan tidur.
Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas
neurotransmiter seperti
sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik,
histaminergik.
• Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma
asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka
jumlah serotonin
yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan
mengantuk/tidur.
Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka
terjadikeadaan
tidak bisa tidur/jaga.
Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem
serotogenik ini terletak
pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana
terdapat hubungan
aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur
REM.
• Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin
terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada
lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur.
Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron
noradrenergik
akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan
keadaan jaga.
• Sistem Kholinergik
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian
prostigimin intra vena
dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur
kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan
jaga. Gangguan
aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan
latensi tidur REM.
Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat
pengeluaran
kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada
fase awal dan
penurunan REM.
• Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
• Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh
beberapa hormon
seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini
masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui
hipotalamus patway.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmiter
norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur
mekanisme tidur dan
bangun.
IV. INSIDENSI
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama
masa
kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa
mengalami
kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah
serius.
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat,
hal ini juga
sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya.
Kaplan dan Sadock
melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita
gangguan tidur.
Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan
psikiatri,
ketergantungan obat dan alkohol.
Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi
penyebab-penyebab
gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),
gangguan pusat
pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),
psychophysiological (15%),
sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%),
sindroma terlambat
tidur (5-10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan
perubahan jadwal kerja (2-
5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit
ulkus peptikus
(<1%), narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%)
V. KLASIFIKASI
Internasional
Classification of Sleep Disorders
1. Dissomnia
• Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki
gelisah, obstruksi
saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur
berlebihan
(hipersomnia), idiopatik.
• Gangguan tidur ekstrisik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur,
toksik,
ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant
• Gangguan tidur irama sirkadian
Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase
terlambat tidur,
sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak
teratur, tidak tidur
selama 24 jam.
2. Parasomnia
• Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal
konfusional
• Gangguan antara
bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak
berirama
• Berhubungan dengan
fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus
arrest
• Parasomnia
lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,
distonia
parosismal
3. Gangguan tidur
berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
• Gangguan mental
Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat),
alkohol
• Berhubungan dengan
kondisi kesehatan 2002 digitized by USU digital
library 5
Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple
sklerosis), epilepsi,
status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik
kepala, stroke, Gilles
de-la tourette sindroma.
• Berhubungan dengan
kondisi kesehatan
Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma
fibrositis, refluks
gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)
4. Gangguan tidur
yang tidak terklassifikasi
1. DISSOMNIA
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran
menjadi jatuh
tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur
(difficulty in staying as
sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya.
A. Gangguan tidur
spesifik
• Narkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat
dihindari pada
siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau
selalu kurang
dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan
terulang kembali 2-
3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan
fase REM
30-70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.
Berbagai bentuk narkolepsi:
- Narkolepsi
kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara
baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head
drop
- Hypnagogic
halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat
jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke
kerangka pikiran normal.
- Sleep paralis
adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk
tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan
ototnya.
Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya
terletak pada
lokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white
dengan
populasi lebih dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang
20-25%, dan
bangsa Israel 1:500.000. Tidak ada perbedaan antara jenis
kelamin laki
dan wanita. Kelainan ini diduga terletak antara batang otak
bagian atas
dan kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi seperti
terputusnya
fase REM
• Gangguan gerakan anggota gerak badan secara
periodik (periodik
limb movement
disorders)/mioklonus nortuknal
Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara
streotipik,
berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota
gerak kaki baik
satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki
dan fleksi
sebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung
antara 0,5-5
detik, berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin
berlangsung terusmenerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih
sering dari
pada mioklonus.
Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehingga
menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada
pusat
kontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orang
normal antara
usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50 tahun.
Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah
gerakan
yang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan,
25-50
gerakan/jam: sedang, danlebih dari 50 kali/jam : berat.
Didapatkan pada
penyakit seperti mielopati kronik, neuropati, gangguan
ginjal kronik,
PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat,
anemia.
• Sindroma kaki gelisah (Restless legs
syndrome)/Ekboms
syndrome
Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi
sebelum onset
tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus
nokturnal.
Pergerakan kaki secara periodik disertai dengan rasa nyeri
akibat kejang
otot M. tibialis kiri dan kanan sehingga penderita selalu
mendorongdorong kakinya.
Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut,
parkinson,
wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi
batang otakhipotalamus
• Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)
Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea,
upper airway
obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya.
Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat
tidur, yang
berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea
tidur patologis
jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima
kali dalam
satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama
periodik ini
gerakan dada dan dinding perut sangat dominan.
Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai
dengan
intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan
saturasi
oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran
udara dan usaha
pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan
dada dan
dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada
batang
otak atau hiperkapnia.
Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat
tidur
ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea,
peningkatan
usahas otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa
udara masuk
melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki
fase REM.
Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap
atau
mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6
kali
bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50
detik.
Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat
hipoksia atau
hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang
diaktifkan oleh
formasi retikularis dan pusat respirasi medula, dengan
akibat pasien
terjaga danrespirasi kembali normal secara reflek.
Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering
terbangun berulang
kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk
jatuh tidur.
Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak
enak
perasaan pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan
dengan
gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome,
adenotonsilar
hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal
defek,
hipotiroid, atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK,
hipertensi, stroke,
GBS, arnord chiari malformation.
• Paska trauma kepala
Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering
mengeluh
gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan
timbulnya
keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun kemudian.
Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase REM dan
peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan
bahwa fase
koma (trauma kepala) sangat berperan dalam penentuan
kelainan tidur.
Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu
mengantuk
berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset REM.
Penanganan dengan proses program rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium
carbonat
dapat menurunkan angka frekwensi gangguan tidur akibat
trauma kepala
B. Gangguan tidur
irama sirkadian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu
gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada
waktu yang
dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini
sangat
berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian
antara lain
temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan
psikologi. Dalam
keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi
irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk
bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami
gangguan,
apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut
beberapa penelitian
terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur
reguler dengan
waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian).
Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan
irama
sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian
dapat dikategorikan
dua bagian:
1. Sementara (acut
work shift, Jet lag)
2. Menetap (shift
worker)
Keduanya dapat
mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi
perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada
fase REM
Berbagai macam
gangguan tidur gangguan irama sirkadian
adalah sebagai
berikut:
1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep
phase type) yaitu ditandai
oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan.
Gangguan ini
sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja
sosial. Orangorang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan
mengantuk pada
siang hari (insomnia sekunder).
2. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan
terjaga pada waktu yang tidak tepat
menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian
melewati lebih
dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep
latensnya
panjang dengan tidur yang terputus-putus.
3. Tipe pergeseran kerja (shift work type).
Pergeseran kerja terjadi
pada orang tg secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja
sehingga
akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul
bersama-sama
dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya
berupa
pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset
tidur fase
REM.
4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep
phase syndrome).
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien
usia
lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun
antara
pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.
Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama
tidur
sirkadian yang tdk sesuai.
5. Tipe bangun-tidur
beraturan
6. Tipe tidak
tidur-bangun dalam 24 jam.
C. Lesi susunan saraf
pusat (neurologis)
Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat mengganggu
awal
atau memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur
organik.
Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau
trauma daerah ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM
berkurang
atau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan
gangguan tidur
yang berat, yang diakibatkan kerusakan pada raphe batang
otak. Penyakit
seperti Gilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea,
dystonia,
gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat
pasien tidur. Gerakan
ini lebih sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan
jarang terjadi pada fase
dalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur pada malam hari,
mungkin
akibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama perubahan
suhu tubuh. Pada
penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur, bila
terjadi gangguan
vaskuler didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi
pada saat tidur
terutama pada fase NREM (stadium ½) jarang terjadi pada fase
REM.
D. Gangguan
kesehatan, toksik
Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati
distropi, low back
pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan
ginjal
akut/kronik, asma, penyakit, ulkus peptikus, gangguan
saluran nafas
obstruksi sering menyebabkan gangguan tidur seperti yang
ditunjukkan
mioklonus nortuknal.
E. Obat-obatan
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
penggunaan obat
stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein, nikotine),
antihipertensi,
antidepresan, antiparkinson, antihistamin, antikholinergik.
Obat ini dapat
menimbulkan terputus-outus fase tidur REM.
2. PARASOMNIA
Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari
kejadian-kejadian
episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur
atau pada waktu antara
bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan
gangguan perubahan
tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat
potensial menimbulkan
angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering ditemukan
pada usia anak
berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau
penurunan insidensi pada
usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama
presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada
stadium transmisi antara
bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal
dan perubahan sistem
otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran
(konfuosius), dan diikuti
aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi
pada stadium 3 dan 4.
• Gangguan tidur berjalan (slepp
walkin)/somnabulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk
adanya
automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuk
apintu, menutup
pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki,
berbicara. Tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Gambaran tipikal
gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur
yang rendah,
berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada
stadium 3 dan
4. Selama serangan, relatif
tidak memberikan respon terhadap usaha orang lain
untuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah
payah. Pada gambaran EEG menunjukkan
iram acampuran terutama theta dengan
gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang
alpha.
• Gangguan teror tidur (slee teror)
Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan
dan berdiri ditempat
tidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak.
Serangan ini terjadi
sepertiga malam yang berlangsung selama tidur NREM pada
stadium 3 dan 4.
Kadang-kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan
terdisorientasi, atau
sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip
dengan teror berjalan
baik secara klinis maupun dalam pemeriksaan polisomnografy.
Teror tidur
mungkin mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada
lobus temporalis.
Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem
otonomnya seperti takhicardi,
keringat dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas.
• Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM
Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan
sinus arrest.
Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama
tidur (EMG) dan
selanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode
ini sering terjadi pada
larut malam (1/2 dari
larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas.
Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan
psikiatri atau
dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol.
Kemungkinan
lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada
kasus seperti
perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM
burst dan
mioklonik potensial pada rekaman EMG.
IV. DIAGNOSA ETIOLOGI
Sebelum mencari
diagnosa penyebab suatu gangguan tidur, sebaiknya
ditentukan terlebih dahulu jenis danlamanya gangguan tidur
(duration of sleep
disorder), dengan mengetahui jenis dan lamanya gangguan
tidur, selain untuk
membantu mengidentifikasi penyebabnya, juga dapat memberikan
pengobatan yang
adekuat.
A. Pada tahun 1984, The International Institute of Health membuat
suatu
konsensus pengelompokan gangguan tidur berdasarkan
lamanya gangguan
yang terdiri dari:
1. Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari
2. Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih
dari 7 hari dan
kurang dari 3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya
berhubungan
dengan stress yang akut seperti perubahan kehidupan sosial,
peningkatan
emosional, faktor lingkungan, faktor sistemik, kelainan
gangguan
kesehatan, desinkronisaso irama sirkadian
3. Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3
minggu. Biasanya
berhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan
psikiatri, gangguan
kesehatan, gangguan psikologi.
B. Pada tahun 1990, American Sleep Disorders
Association membuat reklasifikasi untuk mencari kemungkinan penyebab gangguan
tidur menjadi 4
kelompok yaitu:
1. Dissomnia, misalnya: ganguan intrisik,
gangguan ekstrisik, gangguan
irama sirkadian
2. Parasomnia, misalnya: Gangguan aurosal,
gangguan bangun-tidur,
berhubungan fase REM
3. Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya:
gangguan mental, gangguan
neurologi, gangguan kesehatan
4. Gangguan yang
tidak terklasifikasi
VI. PENATALAKSANA
UMUM
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter,
tujuannya:
• Untuk mencari
penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat
• Sangat efektif
untuk pasien gangguan tidur kronik
• Untuk mencegah
komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh
penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental
• Untuk mengubah
kebiasaan tidur yang jelek
2. Konseling dan
Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan
psikiatri
seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur
kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi
masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat
hipnotik.
3. Sleep hygiene
terdiri dari:
a. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
b. Hindari tidur pada siang hari/sambilan
c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
e. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
f. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur
dengan perut
kosong
g. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30
menit)
h. Hindari rasa cemas atau frustasi
i. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan
farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan
pengobatan
secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif
hipnotik. Pada
dsarnya semua obat yang mempunyai kemampuan hipnotik
merupakan
penekanan aktifitas dari reticular activating system (ARAS)
diotak. Hal
tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan
saraf
pusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti
depres.
Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat
yang
dipaksakan dari proses fisiologis, juga mempunyai efek
kelemahan yang
dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long acting)
sehingga mengganggu
aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakain obat jangka
panjang dapat
menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum
mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu
ditentukan jenis
gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi
panjang
(NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang
hari,
kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal
kerja/kegiatan
atau akibat gangguan penyakit primernya.
Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan
gangguan
tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara,
sambil dicari
penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang
rasional, obat
hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan
tidur sedini
mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus
berhati-hati pada
pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan
menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut
tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin
tanpa menilai
kondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain obat
hipnotik untuk
jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya
kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang
memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat
hipnotik adalah
sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya
diberikan
jenis obat yang bereaksi cepat (short action) dgnmembatasi
penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola
tidur
yang normal.
Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient
insomnia, dan
tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk
long term
insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari
latar belakang
penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan
jangka
panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara
berlahan-lahan untuk
menghindarkan withdraw terapi.
-yuni-
DAFTAR PUSTAKA
Adam RD. principle of neurology. 4
th
ed. New York : McGraw
Hill, 1989:
302-319
Asbury McKhan. Diseases of the nervous system clinical
neurobiology.
Hospital Medicine Journal. October 1990: 96-104
Goodman and Gilmans. The Pharmacological basis of
therapeutics.
Vol. 1, 1996: 361-398
Hughes JR. EEG in clinical practice. 2
nd
ed, 1994: 55-104
John A.G. The Diagnosis and management of insomnia. The
NEJM, 322(4)
January 25, 1990:239-247
Mohr, JPS MD. Guide to clinical neurology. 1
st
ed. New York:
Churchill,
1995:833-889
Niedermeyre E.MD. Da silva f L. Electroencephalograpy. Basic
principle
clinicalapplications ralated field. 3
rd
ed.. Maryland, 1993:
765-802
Philip MB. Insomnia use of a desion tree to assess and
treat. Post Medicine
Journal. 93(1) January 1993, 66-85
R. Joseph. Neuropsychyatri, neuropsychology and clinical
neuroscience. 2
nd
ed. Philadelpia ; William & Wilkins, 1996: 354-372
Robert A. W. Human sleep and its disorders. Univbersity of
Pennysilavania
Robert ER. Insomnia : concerns of family physician. Journal
of family
practice. 36(5), 1993: 551-557
Rowland LP. Different diagnosis and tumor, in Merrit’s text
book of
neurology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar