Kamis, 11 September 2014

SKENARIO 1 BLOK 13

Author : Yunita, Fityah, Intan
Skenario 1 blok 13

Profil:
Wanita 45 tahun

Skenario:

Seorang wanita, berusia 45 tahun, datang ke Puskesmas, dengan keluhan kepala terasa berat dan leher tegang. Keluhan tersebut dirasakan sejak lebih kurang 2 bulan yang lalu. kadang kepala terasa sangat berat hingga membuat pasien tidak masuk kantor. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, maupun demam. keluhan lain yang dirasakan pasien adalah sulit tidur, jantung sering berdebar-debar, dan keluar keringat dingin. Beberapa kali pasien merasakan lemas dan seperti mau pingsan. keluhan-keluhan tersebut dirasakan hampir setiap hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. keluhan terasa makin berat jika pasien ingat anak perempuannya yang sekarang kerja di luar jawa, sejak 3 bulan yang lalu, pasien khawatir dengan kehidupan anak perempuannya yang jah dari keluarga dan sendirian. Pasien kadang juga merasa khawatir jika keluhan yang dialaminya bertambah berat. Pasien sudah minum obat sakit kepala dari dokter tapi keluhan belum banyak berkurang. Pasien merasa lebih nyaman jika suaminya ada dirumah, menemaninya. Pasien merasa terganggu dengan keluhan tersebut, pasien sadar bahwa kekhawatirannya tersebut berlebihan, namun sulit untuk menghilangkannya.

Keluhan:
  1. Kepala terasa berat dan leher tegang dirasakan sejak lebih kurang 2 bulan yang lalu
    Tidak mual, muntah, demam 
  2. Sulit tidur 
  3. Jantung berdebar debar dan keluar keringat dingin 
  4. Kadang lemas dan seperti mau pingsan 
  5. Keluhan tersebut hampir setiap hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari 
  6. Keluhan semakin berat jika ingat anak perempuannya yang sekarang kerja di luar jawa sejak 3 bulan yll 
  7. Pasien khawatir dengan kehidupan anak perempuannya yang jauh dari keluarga dan sendirian 
  8. Merasa khawatir jika keluhannya bertambah berat 
  9. Sudah minum obat sakit kepala dari dokter tapi keluhan belum banyak berkurang 
  10. Merasa lebih nyaman jika suaminya ada di rumah, menemaninya 
  11. Merasa terganggu dengan keluhan tersebut 
  12. Sadar bahwa kekhawatirannya berlebihan,namun sulit untuk menghilangkan

Unfamiliar Terms :
  • Pingsan (syncope) : hilangnya kesadaran sementara waktu yang disebabkan oleh iskemia serebral umum. (Dorland)
  • Keringat dingin : suatu kondisi yang tidak normal yang ditandai dengan keluarnya keringat yang terkadang berlebihan (dapat akibat rangsangan saraf pada respon flight or fight) dan tubuh merasa kedinginan (akibat vasokontriksi pembuluh darah).

Problems Definition :



  1. Apa yang menyebabkan pasien ini mengalami keluhan seperti pada scenario diatas?
  2. Adakah hubungan leher terasa tegang, jantung berdebar, lemas, sulit tidur dengan keluhan pasien ini?
  3. Bagaimana tindakan dokter yang seharusnya dilakukan? Bagaimana cara mendiagnosis?
  4. Apakah pasien mengalami gangguan mental atau psikologik? Bagaimana menentukan DD dan Diagnosisnya
  5. Apa terapi yang tepat untuk pasien ini? 
    Analyzing Problems
  1. Apa yang menyebabkan pasien ini mengalami keluhan seperti pada scenario diatas?
GEJALA UMUM GANGGUAN KECEMASAN
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.

1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6. Gangguan tidur
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).

Pasien ini kemungkinan mengalami keluhan-keluhan tersebut dikarenakan pasien mengalami gangguan kecemasan. Hal ini diperkuat dengan terdapatnya lima dari sepuluh gejala umum gangguan kecemasan.

            Sumber : digilib.unimus.ac.id/download.php?id=10791 (Jurnal Unimus)

  1. Adakah hubungan leher terasa tegang, jantung berdebar, lemas, sulit tidur dengan keluhan pasien ini?
Ada, karena dari beberapa gejala yang ditunjukkan pasien mengarah ke gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan ini dapat menimbulkan keluhan-keluhan fisik seperti kepala berat, leher terasa tegang, dll.


  1. Bagaimana tindakan dokter yang seharusnya dilakukan? Bagaimana cara mendiagnosis?
Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
Anamnesis, merupakan pemeriksaan yang terpenting dalam mendiagnosis gangguan jiwa. Ada dua jenis anamnesis yaitu :

1. Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan kepada keluarga, saudara atau teman dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang :
    • Gejala gangguan jiwa saat ini
    • Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
    • Riwayat perkembangan
    • Riwayat penyakit dalam keluarga (nuclear dan extended)
    • Silsilah keluarga
    • Riwayat pribadi penderita
    • Stressor psikososial

2. Autoanamnesis, menggali informasi, tanda dan gejala langsung kepada penderita
    • Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang buruk
    • Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
    • Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita non psikotik.

Pemeriksaan, terdiri dari fisik diagnostic, status mentalis, laboratorium, radiologik, evaluasi psikologik, dan lainnya.
Diagnosis, pada pemeriksaan psikiatri diagnosis dibagi kedalam lima aksis sebagai berikut :
1. Aksis I : a. Gangguan klinis b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
2. Aksis II : a. Gangguan kepribadian b. Retardasi mental
3. Aksis III : Kondisi medik umum
4. Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
5. Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)

Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapat diberikan berupa farmakoterapi, psikoterapi, terapi social, terapi okupasional, dan lainnya. Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan jiwa dibagi menjadi :
1. Gangguan mental organic
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
4. Gangguan mood/afektif
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan factor fisik
8. Retardasi mental
9. Gangguan perkembangan psikologis
10.Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja


  1. Apakah pasien mengalami gangguan mental atau psikologik? Bagaimana menentukan DD dan Diagnosisnya
Dalam kasus ini pasien mengalami gangguan psikologik, hal ini dapat dilihat dari gejala yang dialami pasien seperti keringat dingin, jantung berdebar, kepala berat, leher tegang dll.
Diagnosis banding gangguan kecemasan umum adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulant, putus alcohol, dan putus sedative, hypnotic atau ansiolitik. Pemeriksaan status mental dan riwayat penyakit harus menggali kemungkinan diagnnostik gangguan panic, fobia, gangguan obsesif-komfulsif. Pada umumnya, pasien gangguan panic mencari pengobatan lebih awal, lebih terganggu karena penyakitnya, memiliki onset gejala yang tiba-tiba dan kurang terganggu oleh gejala somatic dibandingkan dengan pasien gangguan kecemasan umum. Membedakan gangguan kecemasan umum dari gangguan depresi berat dan gangguan distimik adalah sukar pada kenyataannya, gangguan-gangguan tersebut sering kali dapat bersama-sama. Kemungkinan diagnostic lainnya adalah gangguan penyesuaian dengan kecemasan, hipokondriasis, gangguan hiperaktivitas/defisit-atensi, gangguan somatisasi, dan gangguan kepribadian.
(Sumber :buku synopsis psikiatry jilid 2)

  1. Apa terapi yang tepat untuk pasien ini?

TERAPI  YANG DAPAT DILAKUKAN PADA GANGGUAN KECEMASAN YAKNI:

1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.

3. Pendekatan-Pendekatan Biologis


Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.

4. Pendekatan-Pendekatan Belajar

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:

a. Pemaparan Gradual

Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:

b. Rekonstruksi Pikiran

Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.

c. Flooding

Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.

d. Terapi Kognitif

Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.

e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)

Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
 

Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.
Sumber:http://www.psychologymania.com/2011/07/gangguan-kecemasan-anxiety-disorder.html dengan daftar pustaka sebagai berikut :


  • Supratinya,A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
  • LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya: Fakultas kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo.
  • Panggabean, L. (2003). Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan
  • Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.

    Tambahan Materi - Anti-Remed Tahun 2011 (By : Zulfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar