Skenario:
Seorang laki-laki 40 tahun dibawa
ke rumah sakit karena sesak nafas mendadak. Keluhan ini muncul kurang lebih 15
menit setelah minum obat penghilang sakit gigi yang dia beli di toko obat.
Pasien juga mengeluh keringat dingin, bibir bengkak dan bintik-bintik merah di
seluruh badannya. Penderita memiliki riwayat sakit asma sejak 10 tahun yang
lalu dan sering kumat-kumatan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan lemah, dengan tekanan darah 70/40 mmHg.
Pasien segera mendapatkan epinefrin subkutaneous (1:1.000,
0,3 mL), dan klorfeniramin intravena 45 mg dan metilprednisolon 60 mg. Tekanan darah meningkat menjadi
normal kembali beberapa saat setelah pemberian epinefrin, dan lesi-lesi
kulitnya mulai sembuh dalam beberapa menit. Pasien tetap diamati selama 5 jam
dan dia sembuh total.
1.
Apa yang terjadi pada pasien tersebut?
2.
Mengapa pasien mendapatkan epinefrin,klorfeniramin
dan metilprednison?
3.
Jenis- jenis alergi?
4.
Patofisiologi alergi?
5.
Mekanisme alergi?
1.
Pasien tersebut mengalami syok anafilatik akibat
manifestasi dari reaksi hipersensitivitas tipe 1 akibat minum obat penghilang
sakit gigi. Karena ada obat penghilang sakit gigi yang dapat menyebabkan efek
samping berupa bronkokontriksi dan reaksi alergi dikulit
Reaksi
Hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun
yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi
hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III,
dan IV. Kemudian Janeway dan Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi
tipe IVa dan IVb.
Reaksi tipe I yang
disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi timbul
segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I, alergen yang
masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit
alergi seperti rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi.
Etiologi
tersering dari reaksi anafilaksis yaitu alergi makanan, obat-obatan, sengatan
lebah (Hymenoptera) dan lateks. Anafilaksis yang
terjadi pada pasien rawat inap terutama karena reaksi alergi terhadap
pengobatan dan lateks, sedangkan anafilaksis yang terjadi di luar rumah sakit
paling banyak disebabkan oleh alergi makanan.
Uji
diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe I
adalah tes kulit (tusukan dan intradermal) danELISA untuk mengukur IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk
melawan alergen (antigen tertentu penyebab
alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar IgE merupakan salah satu penanda
terjadinya alergi akibat hipersensitivitas pada bagian yang tidak terpapar
langsung oleh alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat dikarenakan beberapa
penyakit non-atopik seperti infeksi cacing, mieloma, dll. Pengobatan yang dapat
ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah menggunakan
anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin, penggunaan Imunoglobulin G (IgG), hyposensitization (imunoterapi
atau desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.
2.
Indikasi
epinefrin : menaikkan tekanan darah
Indikasi
feniramin : Anti histamin
Indikasi
metilprednison : drenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.
3.
Jenis- jenis
alergi
a. Alergi makanan
Nah alergi makanan ini banyak sekali menyerang
masyarakat di dunia tidak pandang bulu nah biasanya alergi makanan ini di
sebabkan oleh Zat (alergen) bisa berupa protein yang tidak rusak ketika proses
memasak atau saat berada di keasaman lambung. Akibatnya, alergen dapat masuk ke
peredaran darah hingga mencapai organ tertentu dan menimbulkan reaksi
alergi.nah makanan yang dapat menyebabkan alergi adalah seperti telur, susu,
seafood, kacang-kacangan, makanan berpengawet, dan wijen.nah apabila seseorang
mengalami alergi makanan,maka akan menimbulkan gejala seperti:
· Lidah dan tenggorokan terasa kering dan gatal
· Napas menjadi tersengal-sengal dan sesak
· Perut mual, kembung, nyeri ulu hati
· Diare dan/atau muntah
· Kulit menjadi gatal-gatal atau ruam
· Mata juga terasa gatal, merah, dan perih
· Batuk
· Bibir dan tenggorokan bengkak
· Hidung berair dan tersumbat
b. Alergi debu
Debu-debu yang tersebar di berbagai sudut rumah perlu
anda waspdai karena debu ini akan menimbulkan alergi.dengan cara si debu akan
terhirup oleh kita ketika menghirup napas.dan tungau yang hidup di kasur atau
bantal berisi kapuk, kain, karpet, tirai, mainan berbulu, selimut, dan
sebagainya,juga perlu di waspdai sebab binatang yang sangat kecil ini akan
menimbulkan alergi.nah alergi debu ini akan menimbulkan gejala seperti
bersin-bersin dengan frekuensi yang sering, pilek, hidung berair, rasa gatal
pada hidung, dan hidung tersumbat.
c. Alergi kulit
Penderita alergi kulit sangat rentan terhadap zat-zat
atau bahan kimia tertentu yang biasa terkandung dalam kosmetik, detergen, sabun
mandi, karet, perhiasan imitasi, dan sebagainya yang dapat menyebabkan iritasi
pada kulit. Alergi kulit ini cenderung bersifat penyakit turunan.Gejala pada
alergi kulit ditandai dengan gatal-gatal atau ruam pada kulit, kulit berwarna
kemerahan, bengkak, dan lecet. Jika Anda menderita alergi kulit, perhatikan
alergen penyebab reaksi alergi. Sebaiknya, Anda menghindari kontak langsung
dengan bahan atau senyawa yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Upayakan
untuk tidak menggaruk kulit jika terasa gatal.
d. Alergi udara dingin
Alergi terhadap udara dingin merupakan peradangan di
sekitar saluran hidung (mukosa) yang ditimbulkan oleh alergen berupa udara
dingin. Alergi udara dingin ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang bisa
mengakibatkan bengkak pada jaringan dalam hidung, sehingga hidung pun
tersumbat.Alergi udara dingin sering kali diidentikkan dengan penyakit flu.
Padahal, keduanya adalah penyakit berbeda. Pada penderita alergi udara dingin
biasanya tidak menunjukkan gejala demam. Namun, pederita sering mengalami
bersin-bersin, tenggorokan terasa gatal, dan biasanya disertai mata merah dan
berair.
e. Alergi matahari
Alergi ini merupakan reaksi sistem kekebalan terhadap
sinar matahari yang sering membuat penderitanya mengalami sakit kepala, ruam
gatal dan mual, tetapi juga dapat menyebabkan gejala separah lecet dan
pendarahan di bawah kulit.
f. Alergi Keringat
Keringat bisa mengandung banyak racun yang dikeluarkan
oleh tubuh. Orang-orang yang memiliki kulit sangat sensitif bisa bereaksi
terhadap racun tersebut. Gejalanya: kemerahan, gatal, bahkan luka yang sangat
sakit dan berlangsung selama beberapa jam.Seperti halnya beberapa alergi lain,
dokter belum menemukan penyebabnya. Tapi dengan pengobatan sederhana, gejala
bisa ditekan
4.
Patofisiologi
alergi
Keterangan
·
A :
Alergen alergi memasuki tubuh
·
B :
Suatu molekul APC mengambil molekul alergen dan menyajikan ke epitop melalui
MHC II ke permukaan. Antigen sel
diaktifkan dan berpindah ke KGB terdekat
·
C :Kemudian
mengaktifkan sel T yang mengenali alergen
·
D :
Pada saat yang sama sel B diaktifkan
·
E :
Sel Th 2 juga diaktifkan
·
F :
Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma kemuadian mengeluarkan imunoglobulin
Ig E
·
G :
Ig E berikatan dengan mast cell dan kemudian mengeluarkan granula nya yang
berisi histamin, prostatglandin, leukotrin dll
H :
Proses pengenalan ulang pada alergen yang sama pada pajanan berikutnya , yaitu
langsung keluarnya mediator dari sel mast seperti histamin yang menyebabkan 5
gejala peradangan alergi : Panas, nyeri, kemerahan, bengkak dan gatal
5.
Mekanisme Alergi ─ Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas tipe I terjadi dalam reaksi jaringan
terjadi dalam beberapa menit setelah antigen bergabung dengan antibodi yang
sesuai. Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik (misalnya setelah
pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi atopik
seperti demam hay) (Brooks et.al, 2005). Urutan kejadian reaksi tipe I
adalah sebagai berikut:
- Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
- Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
- Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik (Baratawidjaja, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar