Senin, 27 Mei 2013

Skenario 4 Part 1 2012

Skenario:
Seorang laki-laki 40 tahun dibawa ke rumah sakit karena sesak nafas mendadak. Keluhan ini muncul kurang lebih 15 menit setelah minum obat penghilang sakit gigi yang dia beli di toko obat. Pasien juga mengeluh keringat dingin, bibir bengkak dan bintik-bintik merah di seluruh badannya. Penderita memiliki riwayat sakit asma sejak 10 tahun yang lalu dan sering kumat-kumatan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan lemah, dengan tekanan darah 70/40 mmHg.
Pasien segera mendapatkan epinefrin subkutaneous (1:1.000, 0,3 mL), dan klorfeniramin intravena 45 mg dan metilprednisolon 60 mg. Tekanan darah meningkat menjadi normal kembali beberapa saat setelah pemberian epinefrin, dan lesi-lesi kulitnya mulai sembuh dalam beberapa menit. Pasien tetap diamati selama 5 jam dan dia sembuh total.


1.       Apa yang terjadi pada pasien tersebut?
2.       Mengapa pasien mendapatkan epinefrin,klorfeniramin dan metilprednison?
3.       Jenis- jenis alergi?
4.       Patofisiologi alergi?
5.       Mekanisme alergi?


1.       Pasien tersebut mengalami syok anafilatik akibat manifestasi dari reaksi hipersensitivitas tipe 1 akibat minum obat penghilang sakit gigi. Karena ada obat penghilang sakit gigi yang dapat menyebabkan efek samping berupa bronkokontriksi dan reaksi alergi dikulit
Reaksi Hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Kemudian Janeway dan Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb.
Reaksi tipe I yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi.
Etiologi tersering dari reaksi anafilaksis yaitu alergi makanan, obat-obatan, sengatan lebah (Hymenoptera) dan lateks. Anafilaksis yang terjadi pada pasien rawat inap terutama karena reaksi alergi terhadap pengobatan dan lateks, sedangkan anafilaksis yang terjadi di luar rumah sakit paling banyak disebabkan oleh alergi makanan.
Uji diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas tipe I adalah tes kulit (tusukan dan intradermal) danELISA untuk mengukur IgE total dan antibodi IgE spesifik untuk melawan alergen (antigen tertentu penyebab alergi) yang dicurigai. Peningkatan kadar IgE merupakan salah satu penanda terjadinya alergi akibat hipersensitivitas pada bagian yang tidak terpapar langsung oleh alergen). Namun, peningkatan IgE juga dapat dikarenakan beberapa penyakit non-atopik seperti infeksi cacing, mieloma, dll. Pengobatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi hipersensitivitas tipe I adalah menggunakan anti-histamin untuk memblokir reseptor histamin, penggunaan Imunoglobulin G (IgG), hyposensitization (imunoterapi atau desensitization) untuk beberapa alergi tertentu.
2.       Indikasi epinefrin : menaikkan tekanan darah
Indikasi feniramin : Anti histamin
Indikasi metilprednison : drenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.
3.       Jenis- jenis alergi
a. Alergi makanan
Nah alergi makanan ini banyak sekali menyerang masyarakat di dunia tidak pandang bulu nah biasanya alergi makanan ini di sebabkan oleh Zat (alergen) bisa berupa protein yang tidak rusak ketika proses memasak atau saat berada di keasaman lambung. Akibatnya, alergen dapat masuk ke peredaran darah hingga mencapai organ tertentu dan menimbulkan reaksi alergi.nah makanan yang dapat menyebabkan alergi adalah seperti telur, susu, seafood, kacang-kacangan, makanan berpengawet, dan wijen.nah apabila seseorang mengalami alergi makanan,maka akan menimbulkan gejala seperti:
· Lidah dan tenggorokan terasa kering dan gatal
· Napas menjadi tersengal-sengal dan sesak
· Perut mual, kembung, nyeri ulu hati
· Diare dan/atau muntah
· Kulit menjadi gatal-gatal atau ruam
· Mata juga terasa gatal, merah, dan perih
· Batuk
· Bibir dan tenggorokan bengkak
· Hidung berair dan tersumbat
b. Alergi debu
Debu-debu yang tersebar di berbagai sudut rumah perlu anda waspdai karena debu ini akan menimbulkan alergi.dengan cara si debu akan terhirup oleh kita ketika menghirup napas.dan tungau yang hidup di kasur atau bantal berisi kapuk, kain, karpet, tirai, mainan berbulu, selimut, dan sebagainya,juga perlu di waspdai sebab binatang yang sangat kecil ini akan menimbulkan alergi.nah alergi debu ini akan menimbulkan gejala seperti bersin-bersin dengan frekuensi yang sering, pilek, hidung berair, rasa gatal pada hidung, dan hidung tersumbat.
c. Alergi kulit
Penderita alergi kulit sangat rentan terhadap zat-zat atau bahan kimia tertentu yang biasa terkandung dalam kosmetik, detergen, sabun mandi, karet, perhiasan imitasi, dan sebagainya yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Alergi kulit ini cenderung bersifat penyakit turunan.Gejala pada alergi kulit ditandai dengan gatal-gatal atau ruam pada kulit, kulit berwarna kemerahan, bengkak, dan lecet. Jika Anda menderita alergi kulit, perhatikan alergen penyebab reaksi alergi. Sebaiknya, Anda menghindari kontak langsung dengan bahan atau senyawa yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Upayakan untuk tidak menggaruk kulit jika terasa gatal.
d. Alergi udara dingin
Alergi terhadap udara dingin merupakan peradangan di sekitar saluran hidung (mukosa) yang ditimbulkan oleh alergen berupa udara dingin. Alergi udara dingin ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang bisa mengakibatkan bengkak pada jaringan dalam hidung, sehingga hidung pun tersumbat.Alergi udara dingin sering kali diidentikkan dengan penyakit flu. Padahal, keduanya adalah penyakit berbeda. Pada penderita alergi udara dingin biasanya tidak menunjukkan gejala demam. Namun, pederita sering mengalami bersin-bersin, tenggorokan terasa gatal, dan biasanya disertai mata merah dan berair.
e. Alergi matahari
Alergi ini merupakan reaksi sistem kekebalan terhadap sinar matahari yang sering membuat penderitanya mengalami sakit kepala, ruam gatal dan mual, tetapi juga dapat menyebabkan gejala separah lecet dan pendarahan di bawah kulit.
f. Alergi Keringat
Keringat bisa mengandung banyak racun yang dikeluarkan oleh tubuh. Orang-orang yang memiliki kulit sangat sensitif bisa bereaksi terhadap racun tersebut. Gejalanya: kemerahan, gatal, bahkan luka yang sangat sakit dan berlangsung selama beberapa jam.Seperti halnya beberapa alergi lain, dokter belum menemukan penyebabnya. Tapi dengan pengobatan sederhana, gejala bisa ditekan

4.       Patofisiologi alergi



Keterangan
·         A             : Alergen alergi memasuki tubuh
·         B             : Suatu molekul APC mengambil molekul alergen dan menyajikan ke epitop melalui MHC II ke permukaan.  Antigen sel diaktifkan dan berpindah ke KGB terdekat
·         C             :Kemudian mengaktifkan sel T yang mengenali alergen
·         D             : Pada saat yang sama sel B diaktifkan
·         E              : Sel Th 2 juga diaktifkan
·         F              : Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma kemuadian mengeluarkan imunoglobulin Ig E
·         G             : Ig E berikatan dengan mast cell dan kemudian mengeluarkan granula nya yang berisi histamin, prostatglandin, leukotrin dll
H             : Proses pengenalan ulang pada alergen yang sama pada pajanan berikutnya , yaitu langsung keluarnya mediator dari sel mast seperti histamin yang menyebabkan 5 gejala peradangan alergi : Panas, nyeri, kemerahan, bengkak dan gatal
               
5.       Mekanisme Alergi Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas tipe I terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit setelah antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai. Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik (misalnya setelah pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi atopik seperti demam hay) (Brooks et.al, 2005). Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut:
  1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
  2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
  3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik (Baratawidjaja, 2006).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar