Skenario 3 Tutorial Blok 12
Author : Didit
Modul Kulit, Tema Peradangan Kulit
CUT : OTC ZALP = On The Counter artinya
Obat yang di jual di warung, Zalp = salep.
Pembahasan, terdiri dari :
v
Anatomi
dan Fisiologi Kulit;
v
Reaksi
Alergi dan Hipersensitivitas;
v
Differential
Diagnose : Dermatitis, Skabies, Tinea (corporis dan
pedis) dan Impetigo.
1.
Anatomi dan Fisiologi Kulit
1) Anatomi
Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus
seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh.
Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7
– 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak
pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari
dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan
epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
o
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit
yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk,
mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda
pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis
terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
§
Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang
bisa mengelupas dan berganti;
§
Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya
terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada
kulit tipis;
§
Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal
gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar
yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans;
§
Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang
dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis
pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans;
§
Stratum Basale (Stratum Germinativum)
: Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel,
sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
o
Dermis
Merupakan
bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”.
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
§ Lapisan
papiler; tipis mengandung
jaringan ikat jarang;
§ Lapisan
retikuler; tebal terdiri
dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut
kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut
elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen
saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan
kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical
strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
o
Subkutis
Merupakan
lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2)
Fisiologi Kulit
Kulit
merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
Fungsi
proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon
rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting
dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan
elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer
mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit,
paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau
kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas
dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran
darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.
Reaksi Alergi dan Hipersensitivitas
Reaksi alergi terjadi jika seseorang
yang telah memproduksi antibodi IgE akibat terpapar suatu antigen (alergen),
terpapar kembali oleh antigen yang sama. Alergen memicu terjadinya aktivasi sel
mast yang mengikat IgE pada jaringan.
Istilah alergi awalnya berasal dari
Clemen Von Pirquet yang artinya adalah perubahan kemampuan tubuh dalam merespon
substansi asing. Definisi ini memang cukup luas karena mencakup seluruh reaksi
imunologi. Alergi saat ini mempunyai definisi yang lebih sempit yaitu penyakit
yang terjadi akibat respon sistem imun terhadap antigen yang tidak berbahaya.
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi
hipersensitif. Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon sistem imun
yang berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang
serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan menjadi empat
kelas. Alergi sering disamakan dengan hipersensitif tipe I.
Reaksi
hipersensitif dimediasi oleh kerja sistem imun dan dapat menimbulkan kerusakan
jaringan. Sejauh ini dikenal ada empat macam tipe hipersensitif. Tipe I-III
dimediasi oleh antibodi dan dibedakan satu sama lain dengan perbedaan antigen
yang dikenali dan juga kelas dari antibodi yang terlibat pada peristiwa
tersebut. Hipersensitif tipe I dimediasi oleh IgE yang menginduksi aktivasi sel
mast. Hipersensitif tipe II dan III dimediasi oleh IgG yang melibatkan reaksi
komplemen dan juga sel-sel fagosit. Tingkat keterlibatan komplemen dan fagosit
tergantung pada subklas IgG dan sifat antigen yang terlibat. Hipersensitif tipe
II tertuju pada antigen yang terdapat pada permukan atau matrik sel, sedangkan
hipersensitif tipe III tertuju pada antigen terlarut, dan kerusakan jaringan
disebabkan oleh adanya komplek imun. Pada hipersensitif tipe II yang dimediasi
antibodi IgG dimana antibodi berikatan dengan reseptor pada permukaan sel akan
mengganggu fungsi reseptor tersebut. Gangguan pada reseptor dapat berupa aktivasi
sel yang tak terkontrol maupun fungsi reseptor hilang karena adanya bloking
oleh antibodi itu. Hipersensitif tipe IV dimediasi oleh sel T dan dapat dibagi
menjadi tiga grup. Pada grup pertama, kerusakan jaringan disebabkan oleh
aktivasi makrofag akibat rangsangan sel Th1. Pada mekanisme ini akan terjadi
reaksi inflamasi.
Pada grup kedua,
kerusakan jaringan disebabkan oleh aktivasi sel TH2 akibat adanya reaksi
inflamasi. Pada mekanisme ini eosinofil mempunyai peranan besar dalam
menyumbangkan kerusakan jaringan itu. Pada grup ketiga, kerusakan jaringan
disebabkan oleh aktivitas sel T sitotoksik, CD8.
3.
Differential Diagnose : Dermatitis,
Skabies, Tinea (corporis, pedis, dll) dan Impetigo.
Penyakit Kulit
alergik (PKA) merupakan kelompok penyakit kulit yang didasari oleh mekanisme
alergi (reaksi antigen-antibodi). Seperti halnya penyakit alergi yang lain,
penyakit ini timbul akibat reaksi sensitisasi yang berlebihan. Badan kita
selalu bereaksi terhadap zat-zat asing melalui mekanisme imunologik yang sangat
kompleks dalam bentuk reaksi peradangan (inflamasi). Beberapa penyakit alergi
pada kulit yang penting meliputi dermatitis (eksema) atopik, dermatitis kontak
alergik, reaksi kulit karena obat dan urtikaria (biduren).
Yang dibahas dibawah ini hanya
beberapa saja dan tidak semuanya termasuk kedalam penyakit kulit alergik...
1) Dermatitis
(kemungkinan diagnosis pada kasus ini, jadi dicari lebih banyak yaaak...)
Peradangan kulit (epidermis, dermis)
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen.
Menimbulkan kelainan polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi).
Etiologinya karena faktor eksogen (bahan kimia,
fisik (SUV)) dan faktor endogen (dermatitis atopik).
Gejala
klinisnya : Keluhan
gatal, Kelainan kulit bergantung pada stadium : Akut : eritema, edema, vesikel/ bula, erosi, eksudasi. Subakut: eritema ber (-), eksudat
kering, krusta. Kronis : lesi kering, skuama, papul,
likenifikasi, erosi, ekskoriasi.
Klasifikasinya
: belum seragam. Ada yang berdasarkan etiologi (misal Dermatitis Kontak, Dermatitis Medikamentosa),
berdasarkan morfologi (Dermatitis Papulosa, Dermatitis Eksfoliativa),
berdasarkan bentuk (Dermatitis Nummularis), dan berdasarkan lokalisasi
(Dermatitis Intertrigenous, Dermatitis Seboroik).
2) Skabies
Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei).
Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit
Scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke
manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui
baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu Sarcoptesnya.
Gejala
Penyakit Scabies ditandai dengan rasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti
sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita
scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau
anyir. Rasa gatal tersebut akibat kaki sarcoptes dibawah kulit yang bergerak
membuat lubang dibawah permukaan kulit.
Penyebab
Penyakit Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang
buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat
sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan
cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya
harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan
pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan
pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.
Gejala
Penyakit Scabies ditunjukkan dengan warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha.
betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit. gejala lain adalah
munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan
terowongan yang digali Sarcoptes.
Dokter
biasanya memastikan penyakit scabies dengan menemukan terowongan bawah
kulit dan terdapat kutu atau telur sarcoptes pada pemeriksaan kerokan kulit.
Pencegahan
Penyakit Scabies yang paling utama adalah menjaga kebersihan badan dengan mandi
secara teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei secara teratur serta menjaga
lingkungan di dalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup, tidak
lembab, dan selalu dalam keadaan bersih.
Tindakan
yang sangat penting untuk pengobatan penyakit scabies ini adalah memutus
mata rantai penularan. Sehingga pengobatan penyakit scabies biasanya
dilakukan secara masal agar mata rantai penularan dapat dibasmi secara cepat
dan tuntas.
3)
Tinea
4) Impetigo
Impetigo
adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup
A (GABHS). Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus
aureus pada isolasi lesi impetigo.
Penyebab impetigo adalah bakteri pyogenes yaitu Streptococcus
beta hemolyticus grup A (GABHS), atau terkadang dapat juga disebabkan oleh Streptococcus
aureus.
Epidemiologinya : Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 %
dari anak-anak yang datang ke klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering
menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo
bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.
Impetigo
diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu: Impetigo krustosa dan Impetigo
bulosa.
Patogenenesis : Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh
Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) atau Streptococcus aureus.
Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak
langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa
adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa kerusakan
fisik yang tidak terlihat pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki
lebih dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo
dari strain Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang
dihasilkan.
Streptococcus
masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung, setelah
infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan
pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 – 4 mm.
Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan
dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal,
karena proses dibawahnya terus berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan
seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya kekuning-kuningan. Karena secara klinik
lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat,
tetapi bila berhasil akan tampak kulit yang erosif.
Impetigo
bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh
berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Mula-mula
berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak
mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya
berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi
leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut
hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap, bila letaknya di
punggung, maka akan tampak seperti menggantung.
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah
akan mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering
ditemukan di daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai
demam.
Pada
awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut, kulit
mengeras/krusta (Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh. Pada
impetigo bullosa, mungkin akan dijumpai gejala; demam, diare, dan kelemahan
umum.
To be continued...
REFERENSI
:
Ø Baranoski A, Ayello EA, 2004. Skin
: An essential organ. In (Baranoski S, Ayello EA, eds). Wound Care
Essentials Practise Principles. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, pp.47-60;
Ø
Perdanakusuma
DS, 1998. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga University Press, hlm.
3-11;
Ø
Diktat
Alergi dan Hipersensitivitas oleh Muhaimin Rifa’i, PhD.Med.Sc, Universitas
Brawijaya, Malang, 2011;
Ø Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin UI
edisi ketiga.
Author : Didit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar