INFEKSI
KULIT
Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi
Patogenesis kelainan kulit yang
ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori:3
1.
Mikroorganisme patogen dari aliran
darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
2.
Penyebaran toksin spesifik yang
berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan pada kulit.
3.
Penyakit sistemik menimbulkan kelainan
kulit karena proses imunologik.
Infeksi
Kulit Akibat Virus
Virus adalah
parasit berukuran mikroskopik yang
menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena
virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
Infeksi
Kulit akibat Jamur
Kenali Jenis Infeksi Jamur Kulit
·
Panu (pitiriasis versikolor):
menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.
·
Kurap (dermatofitosis) yang terdiri
atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit,
Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's
foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada
kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik
kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar
kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam,
atau membiru.
·
Ketombe (Pitiriasis Sika).
·
Infeksi Kandida (kandidosis) pada
lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan),
genetalia (keputihan), dan ruam popok.
·
Faktor-faktor Pencetus Infeksi
-
Lembab dan panas dari lingkungan, dari
pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.
-
Keringat berlebihan karena berolahraga
atau karena kegemukan.
-
Friksi atau trauma minor, misalnya
gesekan pada paha orang gemuk.
-
Keseimbangan flora tubuh normal terganggu,
antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
-
Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS,
dan diabetes.
-
Kehamilan dan menstruasi. Kedua
kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan
terhadap jamur.
·
Cara Memastikan Penyakit Jamur
-
Pemeriksaan tampilan secara klinis.
-
Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu
Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan
pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya.
Infeksi
kulit oleh bakteri
Selulitis
DEFINISI
Selulitis adalah suatu penyebaran
infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera
menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah beningdan aliran darah. Jika
hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.PENYEBABSelulitis bisa
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang palingsering adalah
Streptococcus.Staphylococcus juga bisa menyebabkan selulitis, tetapi biasanya
terbatas didaerah yang lebih sempit.Selulitis paling sering menyerang wajah dan
tungkai bagian bawah.
Akibat dari infeksi Bakteri antara
lain seperti :
·
Kemerahan
·
nyeri tekan
·
panas, bengkak, dan tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas(peau d'orange).
·
Demam, menggigil, dan sakit kepala
(pada kasus-kasus tertentu)
·
Peningkatan denyut jantung
·
Tekanan darah menurun
·
pemeriksan fisik akan ditemukan daerah
pembengkakan yangterlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar
getah bening.
Pengobatan Untuk selulitis yang
disebabkan oleh streptokokus biasanya diberikan penisilin per-oral (melalui
mulut). Pada kasus yang berat, penisilin bisa diberikan secaraintravena
(melalui pembuluh darah), dan bisa ditambahkan klindamisin.Jika penderita
alergi terhadap penisilin bisa diganti dengan eritromisin untuk kasus yang
ringan atau klindamisisn untuk kasus yang berat.Selulitis yang disebabkan oleh
stafilokokus bisa diobati dengan dikloksasilin.Untuk kasus yang berat bisa
diberikan oksasilin atau nafsilin.Gejala-gejala selulitis biasanya menghilang
beberapa hari setelah pemberianantibiiotik.Kepada penderita selulitis berulang
bisa diberikan suntikan penisilin setiap bulanatau penisilin per-oral (melalui
mulut) selama 1 minggu setiap bulan.
Diagnosis
Banding
VARISELLA
Definisi
varisela sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat
akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak,
malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian
berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng
(Thomson, 1986, p. 1483).
Sedangkan menurut Adhi Djuanda,
varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut
primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian
sentral tubuh (Djuanda, 1993).
Etiologi
Penyebab dari varisela adalah virus
varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer
virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi
(keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.
Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang
terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit
ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati dihitung dari timbulnya
gejala kulit.
Patogenesis
Masa inkubasi varisela berkisar antara
11 -20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau lebih panjang. lnfeksi varisela
dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran pemafasan, yang ditularkan
melalui vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung. lnokulasi diikuti
dengan masa inkubasi, di mana pada saat tersebut penyebaran virus terjadi
secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan clan diduga
berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. Empat sampai enam hari setelah
infeksi, diduga viremia ringan terjad, diikuti dengan virus menginfeksi dan
berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih
kurang 10 -12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua di mana pada saat
tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi
kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula,
pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada
epidermis.
Manifestasi
Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung
14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala prodromal, yakni demam yang tidak
terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi
kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan
berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah badan
dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat
menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika
terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
(lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
Komplikasi
Varisela dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan syaraf pusat, atau sistem
pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering dijumpai pada kulit
adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus ataupun
streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf
pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis,Reye’ssyndrome asepticmeningitis dan
Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan termasuk infeksi
virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media.
Kematian yang disebabkan oleh varisela pada anak 1-14 tahun ditaksir 1,4 per
100.000 kasus varisela, sedang pada orang dewasa berbeda signifikan yaitu 30,9
per 100.000 kasus.
Pengobatan
Pengobatan
Simptomatik
·
Menghilangkan rasa gatal
·
Menurunkan panas (hati-hati pemakaian
golongan salicylate dikuatirkan timbul Reye’s Syndrome).
·
Menjaga kebersihan
·
Terutama pada daerah kuku yang sering
digunakan untuk menggaruk
·
Kebersihan pakaian
·
Pengobatan dengan antiviruS
Pada saat ini acyclovir telah terbukti
bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir – 9 – [(2-hydroxy thonyl)
methyl] guanine merupakan chat pilihan. Obat ini dapat digunakan secara oral
maupun intravena: Pada kasus dengan komplikasi berat atau dengan gangguan
sistem kekebalan, Acyclovir ini dianjurkan untuk diberikan intravena. Sedang
pada pemberian oral dapat digunakan pada anak yang tanpa komplikasi. Begitupun
harus diingat bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri. Oleh karena itu
penghitungan biaya dalam penggunaan Acyclovir ini haruslah bijaksana.
Pencegahan
1.
Isolasi.
2.
Pemberian VZIG (Varicella-zoster
Immune Globulin).
3.
Pemberian vaksinasi.
Pada saat ini telah tersedia vaksin
untuk varisela, yaitu Live, Attenuated Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini
deberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada anak usia 12 bulan -12 tahun
vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 mI. Secara rutin
vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12 -18 bulan. Pemberian dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR (Measles Mumps
-Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis 0,5 ml, s.c.
dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu
HERPES
ZOSTER
Definisi
herpes zoster adalah salah satu
penyakit kulit (radang kulit) disebabkan oleh virus Varisella zoster dan
memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok
sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya
unilateral.
Patogenesis
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif
penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2
minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion
kronialis.
Lokasi kelainan kulit sekitar daerah
persyarafan ganglion kadang-kadang virus menyerang gangguan arterior bagian
motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan motorik.
Manifestasi
Klinik
·
Gejala prodormal
·
Gejala sistemik seperti demam, pusing,
malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom yang
terserang.
·
Stadium
·
Timbul popula atau plakat berbentuk
urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang
eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang jernih.
Stadium
Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat menjadi
pustula dan krusta kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut herpes zoster
haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul infeksi
sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa sikasrek sering
terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat berlangsung
berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri khas herpes zoster :
·
Nyeri radikuler
·
Unilateral
·
Gerombolan vesikel yang tersebar
sesuai dengan dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala lainnya :
·
Pembesaran KGB regional
·
Kelainan motorik berupa kelainan
sentral daripada perifer
·
Fuper parostesi pada daerah yang
terkena
·
Kelainan pada muka akibat gangguan
trigenirus (dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari
gangguan garikulotum)
Klasifikasi
Herpes Zoster
Herpes
Zoster Optalnikus terjadi infeksi cabang pertama N.
Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang
menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
Sindrom Ramsay Hurt diakibatkan
gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan gejala paralysis otot muka (paralisis Bell)
kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan
raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
Herpes
Zoster Abortif
berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa
beberapa vesikel dan eritem.
Herpes
Zoster Generaligata kelainan kulit unilateral dan
segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa vesikel soliter dan
ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang
kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum.
Komplikasi
Pada usia diatas 40 tahun kemungkinan
terjadi neuralgia pasca herpetic.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck
dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.
Diagnosa
Banding
·
Herpes simplek
·
Varicella
·
Dermatis Contacta alergika
·
Penyakit dengan efloresersi bulla ;
pemfisus vulgaris
·
Dermatis herpenformis dan dutega
·
Bulos pumfigord
Penatalaksanaan
·
Therapi sistemik umumnya bersifat
simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder
diberikan antibiotik.
·
Bila syaraf oftalnikus cabang dari
syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi
perporasi kornea.
·
Pemberian kortikosteroid sistemik diri
dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis
garcialia.
·
Therapi topical bergantung pada
stadium : Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif
diberikan kompres terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
·
Kompres pada daerah yang terserang :
Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan
mentol 1%. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
·
Istirahat
HERPES
Apa
itu penyakit herpes ?
Penyakit Herpes adalah radang kulit
yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok.
Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Professor George
Kinghorn, Genitourinary Medicine Consultant di Royal Hallamshire Hospital Sheffield
mengatakan bahwa semua orang dewasa berpotensi untuk terinfeksi virus herpes,
ada yang disertai dangan beberapa gejala dan dan ada juga tanpa menunjukkan
gejala.
Berbicara tentang penyakit herpes tak
terlepas dari virus yang merupakan mahluk setengah hidup dan berkembang biak
dari bahan-bahan sel mahluk hidup lainnya. Untuk menghindari serbuan dari
sistem kekebalan tubuh, dia akan masuk ke serabut syaraf dan membuat dirinya
dalam keadaan tidak aktif. akibatnya sistem kekebalan tubuh akan sulit untuk mendeteksinya.
Meski ada obatnya akan tetapi akan sulit untuk menyembuhkannya karena herpes
berpotensi mengalami reaktivasi (kembali membelah)
Terdapat beberapa kondisi yang bisa
memicu terjadinya reaktivasi herpes diantaranya adalah : stress, kelelahan yang
berlebihan dan menstruasi. Penyakit Herpes pun sangat bervariasi. Bila dalam
keadaan akut bisa menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan terbakar atau
sebaliknya pasien tidak tahu sama sekali bila dirinya telah terjangkit virus
herpes karena dalam beberap kondisi bersifat silent
Penyakit Herpes simpleks dapat muncul
dalam berbagai cara sehingga cara terbaik untuk memastikan jika sesorang
menderita penyakit herpes maka dapat melakukan sebuah test yang disebut test
TORCH (Toxoplasma, rubella, cytomegalovirus dan Herpes Simpleks Virus Tipe
II) atau dengan mendatangi klinik untuk
kesehatan sexual dengan melakukan tes laboratorium dari sampel darah karena
jika seseorang telah terinfeksi dengan mikroorganisme tertentu maka didalam
darah akan terdapat antibodi dimana memiliki kemampuan untuk mendeteksi antigen
asing yang berasal dari mikroorganisme sehingga denga menjalani tes lab
tersebut seseorang dapat mengetahui
jenis herpes apa yg dialami.
Gejala
Penyakit Herpes
Seperti yang telah dikemukakan diatas
bahwa gejala herpes terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali namun perlu
dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi herpes virus memang kadang bersifat
silent (tidak terasa) namun dalam melakukan interpretasi hasil laboratorium
juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan kadar virusnya secara
secara langsung akan tetapi kadar antibodinya.
Meskipun demikian kita dapat mengenali
gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala awal
ditandai dengan suhu badan yang meningkat (demam) , kerongkongan kering dan
terasa sakit, pening, kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang
demam dan flu. Hal itu terjadi karena sistim imun pada yang orang terinfeksi
HSV tidak siap untuk memerangi infeksi yang timbul.
Setelah itu akan masuk ke tahap
selanjutnya dengan timbulnya rasa gatal yang panas disertai lepuhan-lepuhan
kecil yang berderet-deret pada permukaan kulit. Penyebaran herpes akan semakin
cepat terutama jika sering digaruk dan menimbulkan iritasi pada kulit atau
menimbulkan luka.
Apa
saja Jenis Virus Penyebab Penyakit Herpes ?
Sebagian besar orang yang terkena
penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar
dapat menyebarkannya. Penularan penyakit
herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang
melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan
bisa saja terjadi meski tak ada luka
pada penderita penyakit herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes
didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes
zoster.
Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu
virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II
(HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes
Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan
HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang
menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput
lendir yang menjadi merah.
Herpes zoster disebabkan oleh virus
Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Gejalanya khas,
yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada
satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini
terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.
Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold
sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes
kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat
menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan
daerah mulut melalui hubungan seks.
Penyakit Herpes genitalis berpotensi
menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan
mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan
dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat
hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV
dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit
herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal
ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.
Proses
Penularan Herpes
Penyebaran penyakit herpes sulit
dicegah. Hal ini sebagian karena sebenarnya banyak penderita penyakit herpes
yang tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu
dirinya terinfeksi-pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi
walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka.
Angka penularan dapat dikurangi dengan
penggunaan kondom. Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi
dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas — lebih luas
daripada yang ditutup oleh celana dalam—dan juga di daerah mulut.
Untuk mengurangi risiko penularan
virus penyakit herpes pada pada orang
lain maka dapat diminimalisir dengan mengkonsumsi valasiklovir setiap hari .
Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin
menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada
laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi
penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus. EPILOG / GARIS BESAR
Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes
kelamin atau “luka demam” di sekitar mulut.
Herpes sangat mudah menular dari orang
ke orang saat melakukan hubungan seks
atau hubungan langsung yang lainnya pada daerah terinfeksi herpes. Penularan
Herpes sangant memungkinkan meski pada luka terbuka yang tidak terlihat. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang
dapat menyembuhkan secara tuntas pada penderita penyakit herpes. Jika seseorang
terinfeksi maka pengidap herpes akan tetap terinfeksi secara terus-menerus.
Orang dengan herpes dapat sekali-kali mengalami jangkitan kulit melepuh yang
sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, infeksi sementara menjadi laten atau
tidak aktif.
Bagaimana
mengobati penyakit herpes
Masalah pengobatan penyakit herpes,
kita harus melihat tujuannya, apakah
untuk mengatasi infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada
gelembung pada daerah genital, termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan
segera. Pasien bisa diberikan Acyclovir selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg
atau 5X200 mg. Sedangkan kasus herpes reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis
yang sama selama 5 hari.
Sementara untuk valasiklovir dapat
diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau 2X500 mg pada fase reaktivasi. Selain
itu penggunaan obat-obatan imunomodulator seperti IM-BOOST umumnya ditujukan
untuk memodulasi system imun untuk membantu percepatan penyembuhan inveksi
virus. (dr. Kanadi Sumapraja, SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan hindari menggaruk
pada daerah yang terinfeksi dan membersihkan lukanya dengan air garam dan
menjaganya tetap kering.
MILIARIA
1.
Definisi
Miliaria adalah suatu keadaan
tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat di dalam
kulit. Berdasarkan lokasi tersembutnya, miliaria terbagi dalam beberapa tipe :
·
Miliaria kristalina, sumbatan berada
di dalam stratum korneum.
·
Miliaria rubra, sumbatan terletak di
dalam epidermis.
·
Miliaria profunda, sumbatan ada di
dalam dermo-epidermal junction.
Pada semua tipe, pecahnya saluran
keringat di bawah sumbatan akan menghasilkan retensi, yang mengakibatkan gatal,
papula, papula vesikula dan eritematus.
2.
Penyebab
Biang keringat terjadi karena
penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh daki, debu, dan kosmetik. Tidak
ada penyebab genetik. Biang keringat biasanya menyerang orang yang tinggal di
daerah tropis, yang kelembapannya terlalu tinggi. Di Indonesia, tingkat
kelembapannya mencapai 90 persen. Berbeda dengan negara lain, seperti Arab
Saudi. Walaupun negara ini beriklim tropis, kelembapannya sangat rendah
sehingga tidak keluar keringat, tidak terjadi biang keringat dan tidak ada
bintik merah.
Menurut pakar, bintik merah biasanya
terjadi pada daerah kulit yang banyak berkeringat, seperti dahi, leher,
punggung, dan dada. Orang awam biasanya menyebut bintik-bintik merah yang gatal
itu dengan biang keringat atau keringat buntet. Bahasa kedokterannya miliaria.
Biang keringat disebabkan oleh panas dan kelembapan yang tinggi pada lapisan
atas kulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keringat keluar berlebihan dan
tersumbatnya saluran keringat, yaitu udara panas dan lembap disertai ventilasi
ruangan yang kurang baik, pakaian terlalu tebal, dan ketat, aktivitas yang
berlebihan dan setelah demam.
1.
Miliaria kristalina, sumbatan berada di
dalam stratum korneum.
2.
Miliaria rubra, sumbatan terletak di
dalam epidermis.
3.
Miliaria profunda, sumbatan ada di
dalam dermo-epidermal junction
3.
Patofisiologi
Rangsangan utama bagi pengembangan
Miliaria adalah kondisi kelembaban panas yang tinggi dan menyebabkan
berkeringat berlebihan. Terjadi occlusion kulit karena pakaian, perban, obat
transdermal patch, atau lembaran plastik (dalam pengaturan percobaan)
selanjutnya dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat pada permukaan kulit
dan lapisan overhydration dari corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang
relatif belum matang eccrine kelenjar, overhydration dari stratum corneum
dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.
Jika kondisi lembab panas bertahan,
individu terus memproduksi keringat berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan
keringat ke permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan
kebocoran keringat ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis,
dengan relatif anhidrosis.
Ketika titik kebocoran di lapisan
corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam Miliaria crystallina, sedikit
adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, di Miliaria
rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan spongiotic
vesikula dan sel inflamasi kronis periductal menyusup pada papiler dermis dan
epidermis bawah. Dalam Miliaria profunda, terbentuknya dari keringat ke dermis
papiler menghasilkan substansial, masuk kedalam periductal limfositik
spongiosis dari saluran intra-epidermis.
Residen bakteri kulit, seperti
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan
peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien dengan Miliaria telah 3 kali lebih
banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai subyek kontrol sehat. Agen
antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental. Acid-Schiff
berkala-positif bahan tahan diastase telah ditemukan di plug intraductal yang
konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam
pengaturan percobaan, hanya S epidermidis galur yang menghasilkan EPS dapat
menimbulkan Miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria,
hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium diamati. Sebuah plug
hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi eccrine saluran, tetapi
sekarang ini diyakini menjadi terlambat perubahan dan bukan penyebab
menimbulkan penyumbatan keringat.
4.
Frekuensi
Amerika
Serikat
Miliaria crystallina adalah kondisi
umum yang terjadi pada neonatus, dengan puncaknya pada mereka yang berusia 1 minggu,
dan pada individu yang demam atau mereka yang baru saja pindah ke tempat dengan
kondisi suhu yang panas, dan beriklim lembab.
Miliaria rubra juga umum terjadi pada
bayi dan orang dewasa yang pindah ke sebuah lingkungan tropis, bentuk ini
terjadi pada sebanyak 30% dari orang-orang yang terkena kondisi seperti pada
lingkungan tropis.
Miliaria profunda merupakan suatu kondisi yang
jarang yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari mereka yang telah mengalami
serangan berulang dari Miliaria rubra.
Internasional
Data terbaik tentang kejadian Miliaria
pada bayi baru lahir berasal dari survei Jepang terhadap lebih dari 5000 bayi.
Survei ini mengungkapkan bahwa Miliaria crystallina muncul pada 4,5% dari
neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari
neonatus, dengan rata-rata usia 11-14 hari. Survei tahun 2006 dari studi dari
Iran menemukan sebuah insiden Miliaria sebanyak 1,3% dari angka kelahiran baru.
Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang
paling umum terjadi di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang
baru saja pindah ke lingkungan seperti dari daerah beriklim lebih tinggi dalam
hal panas dan kelembapan. Miliaria telah menjadi masalah penting bagi personil
militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Mortalitas
/ Morbiditas
o
Miliaria crystallina umumnya bersifat
asimtomatik yang sembuh tanpa komplikasi selama beberapa hari. Ini mungkin
terjadi lagi jika panas dan kondisi lembab bertahan
o
Miliaria rubra juga cenderung untuk
sembuh secara spontan ketika pasien dipindahkan ke lingkungan yang lebih
dingin. Tidak seperti pasien dengan Miliaria crystallina, namun mereka yang
menderita Miliaria rubra cenderung menunjukkan gejala, mereka dapat merasakan
gatal dan menyengat. Anhidrosis berkembang di daerah yang terkena. Pada kondisi
umum, anhidrosis dapat menjadi
hyperpyrexia dan panas. Infeksi sekunder adalah komplikasi lain dari
miliaria rubra, ini juga muncul sebagai impetigo atau beberapa abses diskret
yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes.
o
Miliaria profunda sendiri merupakan
komplikasi dari episode berulang dari Miliaria rubra. Lesi dari miliaria
profunda tidak menunjukkan gejala, tetapi pengeluaran cairan atau keringat berlebih (Hyperhidrosis) dari
wajah dan ketiak dapat berkembang. Ketidakmampuan untuk berkeringat, akibat
dari duktal ekrin yang pecah, dikenal sebagaianhidrotic tropis asthenia,
kondisi ini menyebabkan pasien merasa kelelahan selama dalam iklim hangat .
5.
Faktor Resiko
Ras
Miliaria terjadi pada
individu-individu dari semua ras, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa
orang-orang Asia, yang menghasilkan lebih sedikit keringat dari kulit putih,
kurang beresiko memiliki Miliaria rubra.
Jenis Kelamin
Tidak ada kecenderungan terhadap jenis
kelamin tertentu. Resiko terhadap laki – laki dibanding perempuan adalah sama.
Usia
·
Miliaria crystallina dan miliaria
rubra dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi yang paling umum
terjadi adalah pada bayi. Dalam sebuah survei Jepang lebih dari 5.000 bayi,
crystallina Miliaria muncul pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1
minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus, dengan rata-rata usia
11-14 hari.
·
Tiga kasus dari miliaria crystallina
telah dilaporkan.
·
Miliaria profunda lebih sering terjadi
pada orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak.
6.
Gejala Klinik
Miliaria
kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel
berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya
karena hawa panas. Vesikel bergerembol tanpa tanda radang pada bagian badan
yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik
yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.
Miliaria
rubra
Penyakit ini lebih berat dari pada
miliaria kristaliana, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau
gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstravesikular yang
sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa
pada daerah tropik.
Patogenesisnya belum diketahui pasti,
terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan
perubahan kualitatif, penyebabnya adanya penyumbatan keratin pada muara
kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis.
Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit
menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat
(LOEWENIHOE 1961). Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan.
Pada gambaran histopatologik gelembung
terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis.
Miliaria
profunda
Bentuk ini agak jarang kecuali di
daerah tropis. Kelainan ini biasa timbul setelah miliaria rubra, ditandai
dengan papul putih, keras berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan dan
ekstremitas.
Karena letak retensi keringat lebih
dalam maka secara klinis labih banyak berupa papul dari pada vesikel. Tidak
gatal dan tidak terdapat eritema.
Pada gambaran histologik tampak
saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa
infiltrasi sel radang.
7.
Tanda Fisik
1. Miliaria crystallina
·
Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang
berdiameter 1-2 mm.
·
Lesi yang terjadi sering bertemu
(confluent), tanpa eritema sekitarnya.
·
Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada
kepala, leher, dan bagian atas tubuh.
·
Pada orang dewasa, lesi terjadi pada
tubuh.
·
Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan
desquamation dangkal.
2. Miliaria rubra
·
Lesi seragam, kecil, vesikula eritem
dan veskular papula pada latar belakang atau dasar eritema.
·
Lesi terjadi dalam distribusi
nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.
·
Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan
di pangkal paha dan ketiak.
·
Pada orang dewasa, lesi terjadi pada
kulit tertutup di mana gesekan terjadi, daerah ini antara lain leher, kulit
kepala, bagian atas tubuh, dan siku atau persendian.
·
Pada tahap akhir, anhidrosis dapat
diamati di kulit yang terkena.
3. Miliaria profunda
·
Lesi tegas, berwarna daging, papula
nonfollicular yang berdiameter 1-3 mm.
·
Lesi terjadi terutama pada tubuh,
tetapi mereka juga dapat muncul pada ekstremitas.
·
Lesi sementara waktu ada setelah
melakukan aktifitas atau rangsangan lain yang mengakibatkan berkeringat.
·
Kulit yang terkena menunjukkan
penurunan produksi atau tidak ada keringat.
·
Pada kasus yang parah yang menyebabkan
kelelahan panas, hyperpyrexia dan takikardia dapat diamati.
8.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
o
Miliaria secara klinis berbeda, karena
itu, beberapa tes laboratorium diperlukan.
o
Dalam Miliaria crystallina,
pemeriksaan sitologi vesikuler gagal untuk mengungkapkan isi sel atau
multinuklear peradangan sel raksasa (seperti yang diharapkan pada vesikula
herpes).
o
Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan
sitologi dari pustula mengungkapkan isi sel-sel inflamasi.
o
Tidak seperti eritema toxicum
neonatorum, eosinofil tidak menonjol.
o
Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan
cocci gram positif (misalnya, staphylococci).
Temuan
histologis
o
Dalam Miliaria crystallina, subcorneal
vesikula atau intracorneal berkomunikasi dengan kelenjar keringat eccrine,
tanpa sel-sel peradangan sekitarnya. Terhalangnya saluran eccrine dapat diamati
di stratum corneum.
o
Dalam Miliaria rubra, spongiotic
vesikula dan spongiosis diamati dalam lapisan Malphigi, bekerjasama dengan
keringat eccrine duktus. Peradangan Periductal juga muncul.
o
Pada awal luka di Miliaria profunda,
yang didominasi infiltrasi limfositik periductal muncul dalam papiler dermis
dan epidermis bawah. Sebuah PAS-positif eosinofilik diastase-resistant cast
dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada lesi selanjutnya, sel-sel peradangan
mungkin ada yang muncul lebih rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat
memasuki saluran ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic
hyperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati.
9.
Pengobatan
o
Tidak ada alasan kuat untuk mengobati
Miliaria crystallina karena kondisi ini asimtomatik dan merupakan self-limited
disease (sembuh sendiri tanpa pengobatan).
o
Miliaria rubra dapat menyebabkan rasa
yang sangat tidak nyaman, dan Miliaria profunda dapat menyebabkan kelelahan
akibat panas. Pengobatan kondisi ini dibenarkan.
o
Pencegahan dan pengobatan Miliaria
terutama mengendalikan kondisi panas dan kelembaban sehingga produksi keringat
tidak terangsang. Langkah mungkin melibatkan mengobati penyakit demam,
menghilangkan pakaian yang menyerap panas, membatasi kegiatan, menyediakan AC,
atau sebagai pilihan terakhir pasien pindah ke iklim yang lebih dingin.
o
Perawatan topical yang telah
dianjurkan melibatkan lotion yang mengandung losio, asam borat, atau mentol,
kompres sejuk basah-kering, sering mandi dengan sabun (walaupun beberapa tidak
menyarankan penggunaan sabun yang berlebihan), topikal kortikosteroid dan
antibiotik topikal.
o
Anhidrat lanolin topikal telah
menghasilkan perbaikan dramatis pada pasien dengan Miliaria profunda.
o
Miliaria yang profilaksis dengan
antibiotik oral dilaporkan. Pasien juga telah diobati dengan oral retinoid,
vitamin A, dan vitamin C, dengan variabel keberhasilan. Percobaan telah
dilakukan untuk menunjukkan efektivitas dari setiap terapi sistemik ini.
o
Agen antimikroba efektif dalam menekan
Miliaria akibat eksperimental.
·
Aktivitas
o
Karena aktifitas meningkat menyebabkan
berkeringat, yang akan sangat memperburuk Miliaria, pasien harus disarankan
untuk membatasi kegiatan mereka, terutama pada cuaca panas, sampai Miliaria
sembuh atau hilang.
o
Pasien dengan Miliaria profunda adalah
risiko yang sangat tinggi mengalami kelelahan akibat panas saat beraktifitas
pada cuaca panas, karena kemampuan mereka untuk menghantarkan panas dengan cara
penguapan keringat terganggu.
·
Medikasi
·
Tujuan dari perawatan Miliaria rubra
dan Miliaria profunda adalah memberikan bantuan dan mencegah gejala
hyperpyrexia dan kelelahan akibat panas. Para penulis tahu tidak ada bukti kuat
yang menunjukkan efektivitas dengan obat-obatan sistemik, karena itu,
obat-obatan topikal lebih disukai.
·
Topikal terapi
·
Lanolin anhydrous diyakini untuk
mencegah penyumbatan duktus, membiarkan keringat mengalir ke permukaan kulit.
Calamine memberikan gejala pendinginan setelah Miliaria berkembang.
·
Lanolin anhydrous
·
Untuk mencegah penyumbatan duktus,
membiarkan keringat mengalir ke permukaan kulit.
·
-DosisDewasa
·
Terapkan topikal untuk daerah yang
terkena sebelum latihan di cuaca panas
·
-Pediatric
·
Berlaku seperti pada orang dewasa
·
Calamine (Caladryl)
·
Memberikan sensasi dingin setelah
Miliaria berkembang.
·
-Dosis Dewasa
·
Terapkan untuk kulit yang terkena
·
-Pediatric
·
Berlaku seperti pada orang dewasa
·
10. Pencegahan
-
Pasien harus menghindari paparan
kondisi panas tinggi dan kelembaban.
-
Ketika pasien berada dalam iklim
tropis, mereka harus memakai pakaian yang ringan, menghindari aktivitas,
gunakan tabir surya, dan tinggal di gedung ber-AC sebanyak mungkin.
-
Pada pasien dengan riwayat Miliaria,
aplikasi topikal anhydrous lanolin sebelum latihan dapat membantu mencegah
pembentukan lesi baru.
·
Biang keringat bukan penyakit berat.
Bahkan, banyak orang menggolongkannya sebagai gangguan kulit yang sepele. Hanya
saja, sengatan rasa gatal memang menimbulkan gangguan yang menjengkelkan.
Berikut
ini beberapa cara menghilangkan biang keringat :
1.
Dinginkan kulit anak dengan
mengoleskan lotion calamin. Namun, sebelumnya pastikan dulu bahwa kulit anak
benar-benar dalam keadaan kering, tidak lembap atau berkeringat.
2.
Tidak memakaikan mantel terbuat dari
bahan wol bila si biang keringat tetap menyerang pada musim hujan. Untuk
menghangatkan tubuhnya, lebih baik pilihkan baju-baju dari bahan katun yang
dikenakan berlapis-lapis.
3.
Mandikan anak dengan air dingin, agar
kulit tubuhnya sejuk dan segar. Kenalilah jenis kulit anak. Jika tergolong
sensitif, hindari menyabuni bagian yang terkena gangguan, karena sabun bisa
menimbulkan iritasi. Namun, kalau kulitnya cukup kuat, pakailah sabun khusus
antibiang keringat.
4.
Kompres bagian biang keringat dengan
larutan soda bikarbonat (1 sendok teh soda bikarbonat dicampur dengan secangkir
air bersih) secara teratur. Bila peradangan cukup banyak, gunakan salep atau
bedak yang mengandung zinc oksida dan vaselin putih. Atau, sebagai
penggantinya, kita dapat menggunakan bedak yang mengandung magnesium stearat.
Kedua jenis bedak ini berfungsi mengurangi iritasi dan membantu penyerapan
keringat.
11.
Diferensial Diagnosis
·
Kandidiasis Kutaneus
·
Pityrosporum folikulitis
·
Chickenpox
·
Pseudomonas Folliculitis
·
Erythema Toxicum Neonatorum
·
Folliculitis
·
Herpes Simplex
·
Infantile acne
·
Viral exanthema
12.
Komplikasi
Yang paling umum Miliaria adalah
komplikasi dari infeksi sekunder dan intoleransi panas.
·
Infeksi sekunder dapat muncul sebagai
impetigo atau karena beberapa abses terpisah dikenal sebagai periporitis
staphylogenes.
·
Intoleransi panas yang paling mungkin
untuk berkembang pada pasien dengan Miliaria profunda; itu dikenal dengan
anhidrosis kulit yang terkena, kelemahan, kelelahan, pusing, dan bahkan roboh.
Dalam bentuk yang paling parah, intoleransi panas ini dikenal sebagai
anhidrotic tropis asthenia.
13.
Prognosis
Kebanyakan pasien sembuh dalam
hitungan minggu, setelah mereka pindah ke lingkungan yang lebih dingin.
Author : Velly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar