Senin, 27 Mei 2013

Skenario 4 Blok 12 Part 1

INFEKSI KULIT
Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi
Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori:3
1.      Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
2.      Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan pada kulit.
3.      Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.

Infeksi Kulit Akibat Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang  menginfeksi  sel  organisme  biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Infeksi Kulit akibat Jamur
Kenali Jenis Infeksi Jamur Kulit
·         Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.
·         Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.
·         Ketombe (Pitiriasis Sika).
·         Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia (keputihan), dan ruam popok.
·         Faktor-faktor Pencetus Infeksi
-          Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.
-          Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.
-          Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
-          Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
-          Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.
-          Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.
·         Cara Memastikan Penyakit Jamur
-          Pemeriksaan tampilan secara klinis.
-          Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya.

Infeksi kulit oleh bakteri
Selulitis
DEFINISI
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah beningdan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.PENYEBABSelulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang palingsering adalah Streptococcus.Staphylococcus juga bisa menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas didaerah yang lebih sempit.Selulitis paling sering menyerang wajah dan tungkai bagian bawah.

Akibat dari infeksi Bakteri antara lain seperti :
·         Kemerahan
·         nyeri tekan
·         panas, bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas(peau d'orange).
·         Demam, menggigil, dan sakit kepala (pada kasus-kasus tertentu)
·         Peningkatan denyut jantung
·         Tekanan darah menurun
·         pemeriksan fisik akan ditemukan daerah pembengkakan yangterlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.

Pengobatan Untuk selulitis yang disebabkan oleh streptokokus biasanya diberikan penisilin per-oral (melalui mulut). Pada kasus yang berat, penisilin bisa diberikan secaraintravena (melalui pembuluh darah), dan bisa ditambahkan klindamisin.Jika penderita alergi terhadap penisilin bisa diganti dengan eritromisin untuk kasus yang ringan atau klindamisisn untuk kasus yang berat.Selulitis yang disebabkan oleh stafilokokus bisa diobati dengan dikloksasilin.Untuk kasus yang berat bisa diberikan oksasilin atau nafsilin.Gejala-gejala selulitis biasanya menghilang beberapa hari setelah pemberianantibiiotik.Kepada penderita selulitis berulang bisa diberikan suntikan penisilin setiap bulanatau penisilin per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu setiap bulan.

Diagnosis Banding

VARISELLA
Definisi

varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).

Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

Etiologi

Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.

Epidemiologi

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati dihitung dari timbulnya gejala kulit.

Patogenesis

Masa inkubasi varisela berkisar antara 11 -20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau lebih panjang. lnfeksi varisela dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran pemafasan, yang ditularkan melalui vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung. lnokulasi diikuti dengan masa inkubasi, di mana pada saat tersebut penyebaran virus terjadi secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan clan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. Empat sampai enam hari setelah infeksi, diduga viremia ringan terjad, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua di mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis.

Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

Komplikasi

Varisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering dijumpai pada kulit adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus ataupun streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis,Reye’ssyndrome asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media. Kematian yang disebabkan oleh varisela pada anak 1-14 tahun ditaksir 1,4 per 100.000 kasus varisela, sedang pada orang dewasa berbeda signifikan yaitu 30,9 per 100.000 kasus.

Pengobatan
Pengobatan Simptomatik

·         Menghilangkan rasa gatal
·         Menurunkan panas (hati-hati pemakaian golongan salicylate dikuatirkan timbul Reye’s Syndrome).
·         Menjaga kebersihan
·         Terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk
·         Kebersihan pakaian
·         Pengobatan dengan antiviruS
Pada saat ini acyclovir telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir – 9 – [(2-hydroxy thonyl) methyl] guanine merupakan chat pilihan. Obat ini dapat digunakan secara oral maupun intravena: Pada kasus dengan komplikasi berat atau dengan gangguan sistem kekebalan, Acyclovir ini dianjurkan untuk diberikan intravena. Sedang pada pemberian oral dapat digunakan pada anak yang tanpa komplikasi. Begitupun harus diingat bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri. Oleh karena itu penghitungan biaya dalam penggunaan Acyclovir ini haruslah bijaksana.

Pencegahan

1.      Isolasi.

2.      Pemberian VZIG (Varicella-zoster Immune Globulin).

3.      Pemberian vaksinasi.

Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela, yaitu Live, Attenuated Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini deberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada anak usia 12 bulan -12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 mI. Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12 -18 bulan. Pemberian dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR (Measles Mumps -Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis 0,5 ml, s.c. dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu


HERPES ZOSTER
Definisi
herpes zoster adalah salah satu penyakit kulit (radang kulit) disebabkan oleh virus Varisella zoster dan memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.

Patogenesis
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kronialis.
Lokasi kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan motorik.

Manifestasi Klinik
·         Gejala prodormal
·         Gejala sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom yang terserang.
·         Stadium
·         Timbul popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang jernih.

Stadium Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.

Ciri khas herpes zoster :
·         Nyeri radikuler
·         Unilateral
·         Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala lainnya :
·         Pembesaran KGB regional
·         Kelainan motorik berupa kelainan sentral daripada perifer
·         Fuper parostesi pada daerah yang terkena
·         Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus (dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari gangguan garikulotum)

Klasifikasi Herpes Zoster
Herpes Zoster Optalnikus terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
Sindrom Ramsay Hurt diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan   gejala paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris  vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
Herpes Zoster Abortif  berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
Herpes Zoster Generaligata kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum.

Komplikasi
Pada usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.

Diagnosa Banding
·         Herpes simplek
·         Varicella
·         Dermatis Contacta alergika
·         Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus vulgaris
·         Dermatis herpenformis dan dutega
·         Bulos pumfigord

Penatalaksanaan
·         Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
·         Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
·         Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
·         Therapi topical bergantung pada stadium : Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
·         Kompres pada daerah yang terserang : Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
·         Istirahat

HERPES
Apa itu penyakit herpes ?

Penyakit Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Professor George Kinghorn, Genitourinary Medicine Consultant di Royal Hallamshire Hospital Sheffield mengatakan bahwa semua orang dewasa berpotensi untuk terinfeksi virus herpes, ada yang disertai dangan beberapa gejala dan dan ada juga tanpa menunjukkan gejala.

Berbicara tentang penyakit herpes tak terlepas dari virus yang merupakan mahluk setengah hidup dan berkembang biak dari bahan-bahan sel mahluk hidup lainnya. Untuk menghindari serbuan dari sistem kekebalan tubuh, dia akan masuk ke serabut syaraf dan membuat dirinya dalam keadaan tidak aktif. akibatnya sistem kekebalan tubuh akan sulit untuk mendeteksinya. Meski ada obatnya akan tetapi akan sulit untuk menyembuhkannya karena herpes berpotensi mengalami reaktivasi (kembali membelah)

Terdapat beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya reaktivasi herpes diantaranya adalah : stress, kelelahan yang berlebihan dan menstruasi. Penyakit Herpes pun sangat bervariasi. Bila dalam keadaan akut bisa menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan terbakar atau sebaliknya pasien tidak tahu sama sekali bila dirinya telah terjangkit virus herpes karena dalam beberap kondisi bersifat silent

Penyakit Herpes simpleks dapat muncul dalam berbagai cara sehingga cara terbaik untuk memastikan jika sesorang menderita penyakit herpes maka dapat melakukan sebuah test yang disebut test TORCH (Toxoplasma, rubella, cytomegalovirus dan Herpes Simpleks Virus Tipe II)  atau dengan mendatangi klinik untuk kesehatan sexual dengan melakukan tes laboratorium dari sampel darah karena jika seseorang telah terinfeksi dengan mikroorganisme tertentu maka didalam darah akan terdapat antibodi dimana memiliki kemampuan untuk mendeteksi antigen asing yang berasal dari mikroorganisme sehingga denga menjalani tes lab tersebut  seseorang dapat mengetahui jenis herpes apa yg dialami.

Gejala Penyakit Herpes
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam melakukan interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan kadar virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya.

Meskipun demikian kita dapat mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala awal ditandai dengan suhu badan yang meningkat (demam) , kerongkongan kering dan terasa sakit, pening, kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang demam dan flu. Hal itu terjadi karena sistim imun pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk memerangi infeksi yang timbul.

Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya dengan timbulnya rasa gatal yang panas disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada permukaan kulit. Penyebaran herpes akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan menimbulkan iritasi pada kulit atau menimbulkan luka.

Apa saja Jenis Virus Penyebab Penyakit Herpes ?

Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit  herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja  terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit herpes yang terbuka.

Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.

Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.

Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

Proses Penularan Herpes
Penyebaran penyakit herpes sulit dicegah. Hal ini sebagian karena sebenarnya banyak penderita penyakit herpes yang tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi-pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka.

Angka penularan dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas — lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam—dan juga di daerah mulut.

Untuk mengurangi risiko penularan virus penyakit herpes pada  pada orang lain maka dapat diminimalisir dengan mengkonsumsi valasiklovir setiap hari . Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus. EPILOG / GARIS BESAR Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes kelamin atau “luka demam” di sekitar mulut.

Herpes sangat mudah menular dari orang ke orang saat melakukan  hubungan seks atau hubungan langsung yang lainnya pada daerah terinfeksi herpes. Penularan Herpes sangant memungkinkan meski pada luka terbuka yang tidak terlihat.  Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan secara tuntas pada penderita penyakit herpes. Jika seseorang terinfeksi maka pengidap herpes akan tetap terinfeksi secara terus-menerus. Orang dengan herpes dapat sekali-kali mengalami jangkitan kulit melepuh yang sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, infeksi sementara menjadi laten atau tidak aktif.

Bagaimana mengobati penyakit herpes

Masalah pengobatan penyakit herpes, kita harus melihat   tujuannya, apakah untuk mengatasi infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada gelembung pada daerah genital, termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan segera. Pasien bisa diberikan Acyclovir selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg atau 5X200 mg. Sedangkan kasus herpes reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis yang sama selama 5 hari.

Sementara untuk valasiklovir dapat diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau 2X500 mg pada fase reaktivasi. Selain itu penggunaan obat-obatan imunomodulator seperti IM-BOOST umumnya ditujukan untuk memodulasi system imun untuk membantu percepatan penyembuhan inveksi virus. (dr. Kanadi Sumapraja, SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan hindari menggaruk pada daerah yang terinfeksi dan membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering.

MILIARIA
1. Definisi
Miliaria adalah suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat di dalam kulit. Berdasarkan lokasi tersembutnya, miliaria terbagi dalam beberapa tipe :
·         Miliaria kristalina, sumbatan berada di dalam stratum korneum.
·         Miliaria rubra, sumbatan terletak di dalam epidermis.
·         Miliaria profunda, sumbatan ada di dalam dermo-epidermal junction.
Pada semua tipe, pecahnya saluran keringat di bawah sumbatan akan menghasilkan retensi, yang mengakibatkan gatal, papula, papula vesikula dan eritematus.

2. Penyebab
Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Biang keringat biasanya menyerang orang yang tinggal di daerah tropis, yang kelembapannya terlalu tinggi. Di Indonesia, tingkat kelembapannya mencapai 90 persen. Berbeda dengan negara lain, seperti Arab Saudi. Walaupun negara ini beriklim tropis, kelembapannya sangat rendah sehingga tidak keluar keringat, tidak terjadi biang keringat dan tidak ada bintik merah.
Menurut pakar, bintik merah biasanya terjadi pada daerah kulit yang banyak berkeringat, seperti dahi, leher, punggung, dan dada. Orang awam biasanya menyebut bintik-bintik merah yang gatal itu dengan biang keringat atau keringat buntet. Bahasa kedokterannya miliaria. Biang keringat disebabkan oleh panas dan kelembapan yang tinggi pada lapisan atas kulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keringat keluar berlebihan dan tersumbatnya saluran keringat, yaitu udara panas dan lembap disertai ventilasi ruangan yang kurang baik, pakaian terlalu tebal, dan ketat, aktivitas yang berlebihan dan setelah demam.
1.      Miliaria kristalina, sumbatan berada di dalam stratum korneum.
2.      Miliaria rubra, sumbatan terletak di dalam epidermis.
3.      Miliaria profunda, sumbatan ada di dalam dermo-epidermal junction

3. Patofisiologi
Rangsangan utama bagi pengembangan Miliaria adalah kondisi kelembaban panas yang tinggi dan menyebabkan berkeringat berlebihan. Terjadi occlusion kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, atau lembaran plastik (dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang eccrine kelenjar, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.
Jika kondisi lembab panas bertahan, individu terus memproduksi keringat berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis, dengan relatif anhidrosis.
Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam Miliaria crystallina, sedikit adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, di Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan spongiotic vesikula dan sel inflamasi kronis periductal menyusup pada papiler dermis dan epidermis bawah. Dalam Miliaria profunda, terbentuknya dari keringat ke dermis papiler menghasilkan substansial, masuk kedalam periductal limfositik spongiosis dari saluran intra-epidermis.
Residen bakteri kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien dengan Miliaria telah 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental. Acid-Schiff berkala-positif bahan tahan diastase telah ditemukan di plug intraductal yang konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan percobaan, hanya S epidermidis galur yang menghasilkan EPS dapat menimbulkan Miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium diamati. Sebuah plug hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi eccrine saluran, tetapi sekarang ini diyakini menjadi terlambat perubahan dan bukan penyebab menimbulkan penyumbatan keringat.

4. Frekuensi
Amerika Serikat
Miliaria crystallina adalah kondisi umum yang terjadi pada neonatus, dengan puncaknya pada mereka yang berusia 1 minggu, dan pada individu yang demam atau mereka yang baru saja pindah ke tempat dengan kondisi suhu yang panas, dan beriklim lembab.
Miliaria rubra juga umum terjadi pada bayi dan orang dewasa yang pindah ke sebuah lingkungan tropis, bentuk ini terjadi pada sebanyak 30% dari orang-orang yang terkena kondisi seperti pada lingkungan tropis.
 Miliaria profunda merupakan suatu kondisi yang jarang yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari mereka yang telah mengalami serangan berulang dari Miliaria rubra.
Internasional
Data terbaik tentang kejadian Miliaria pada bayi baru lahir berasal dari survei Jepang terhadap lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengungkapkan bahwa Miliaria crystallina muncul pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus, dengan rata-rata usia 11-14 hari. Survei tahun 2006 dari studi dari Iran menemukan sebuah insiden Miliaria sebanyak 1,3% dari angka kelahiran baru.
Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang paling umum terjadi di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan seperti dari daerah beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan kelembapan. Miliaria telah menjadi masalah penting bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Asia Pasifik.

Mortalitas / Morbiditas
o   Miliaria crystallina umumnya bersifat asimtomatik yang sembuh tanpa komplikasi selama beberapa hari. Ini mungkin terjadi lagi jika panas dan kondisi lembab bertahan

o   Miliaria rubra juga cenderung untuk sembuh secara spontan ketika pasien dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin. Tidak seperti pasien dengan Miliaria crystallina, namun mereka yang menderita Miliaria rubra cenderung menunjukkan gejala, mereka dapat merasakan gatal dan menyengat. Anhidrosis berkembang di daerah yang terkena. Pada kondisi umum, anhidrosis dapat menjadi  hyperpyrexia dan panas. Infeksi sekunder adalah komplikasi lain dari miliaria rubra, ini juga muncul sebagai impetigo atau beberapa abses diskret yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes.

o   Miliaria profunda sendiri merupakan komplikasi dari episode berulang dari Miliaria rubra. Lesi dari miliaria profunda tidak menunjukkan gejala, tetapi pengeluaran cairan  atau keringat berlebih (Hyperhidrosis) dari wajah dan ketiak dapat berkembang. Ketidakmampuan untuk berkeringat, akibat dari duktal ekrin yang pecah, dikenal sebagaianhidrotic tropis asthenia, kondisi ini menyebabkan pasien merasa kelelahan selama dalam iklim hangat .


5. Faktor Resiko
Ras
Miliaria terjadi pada individu-individu dari semua ras, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa orang-orang Asia, yang menghasilkan lebih sedikit keringat dari kulit putih, kurang beresiko memiliki Miliaria rubra.
 Jenis Kelamin
Tidak ada kecenderungan terhadap jenis kelamin tertentu. Resiko terhadap laki – laki dibanding perempuan adalah sama.
Usia
·         Miliaria crystallina dan miliaria rubra dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi yang paling umum terjadi adalah pada bayi. Dalam sebuah survei Jepang lebih dari 5.000 bayi, crystallina Miliaria muncul pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra muncul pada 4% dari neonatus, dengan rata-rata usia 11-14 hari.
·         Tiga kasus dari miliaria crystallina telah dilaporkan.
·         Miliaria profunda lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak.

6. Gejala Klinik
Miliaria kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerembol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.

Miliaria rubra
Penyakit ini lebih berat dari pada miliaria kristaliana, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstravesikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya penyumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat (LOEWENIHOE 1961). Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan.
Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.

Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang kecuali di daerah tropis. Kelainan ini biasa timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul putih, keras berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan dan ekstremitas.
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinis labih banyak berupa papul dari pada vesikel. Tidak gatal dan tidak terdapat eritema.
Pada gambaran histologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.

7. Tanda Fisik
1.      Miliaria crystallina
·         Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
·         Lesi yang terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya.
·         Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas tubuh.
·         Pada orang dewasa, lesi terjadi pada tubuh.
·         Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan desquamation dangkal.
2.      Miliaria rubra
·         Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar belakang atau dasar eritema.
·         Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.
·         Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak.
·         Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di mana gesekan terjadi, daerah ini antara lain leher, kulit kepala, bagian atas tubuh, dan siku atau persendian.
·         Pada tahap akhir, anhidrosis dapat diamati di kulit yang terkena.
3.      Miliaria profunda
·         Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang berdiameter 1-3 mm.
·         Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat muncul pada ekstremitas.
·         Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas atau rangsangan lain yang mengakibatkan berkeringat.
·         Kulit yang terkena menunjukkan penurunan produksi atau tidak ada keringat.
·         Pada kasus yang parah yang menyebabkan kelelahan panas, hyperpyrexia dan takikardia dapat diamati.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
o   Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes laboratorium diperlukan.
o   Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler gagal untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear peradangan sel raksasa (seperti yang diharapkan pada vesikula herpes).
o   Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologi dari pustula mengungkapkan isi sel-sel inflamasi.
o   Tidak seperti eritema toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol.
o   Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif (misalnya, staphylococci).

Temuan histologis
o   Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau intracorneal berkomunikasi dengan kelenjar keringat eccrine, tanpa sel-sel peradangan sekitarnya. Terhalangnya saluran eccrine dapat diamati di stratum corneum.
o   Dalam Miliaria rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis diamati dalam lapisan Malphigi, bekerjasama dengan keringat eccrine duktus. Peradangan Periductal juga muncul.
o   Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi infiltrasi limfositik periductal muncul dalam papiler dermis dan epidermis bawah. Sebuah PAS-positif eosinofilik diastase-resistant cast dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada lesi selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang muncul lebih rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki saluran ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic hyperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati.

9. Pengobatan
o   Tidak ada alasan kuat untuk mengobati Miliaria crystallina karena kondisi ini asimtomatik dan merupakan self-limited disease (sembuh sendiri tanpa pengobatan).
o   Miliaria rubra dapat menyebabkan rasa yang sangat tidak nyaman, dan Miliaria profunda dapat menyebabkan kelelahan akibat panas. Pengobatan kondisi ini dibenarkan.
o   Pencegahan dan pengobatan Miliaria terutama mengendalikan kondisi panas dan kelembaban sehingga produksi keringat tidak terangsang. Langkah mungkin melibatkan mengobati penyakit demam, menghilangkan pakaian yang menyerap panas, membatasi kegiatan, menyediakan AC, atau sebagai pilihan terakhir pasien pindah ke iklim yang lebih dingin.
o   Perawatan topical yang telah dianjurkan melibatkan lotion yang mengandung losio, asam borat, atau mentol, kompres sejuk basah-kering, sering mandi dengan sabun (walaupun beberapa tidak menyarankan penggunaan sabun yang berlebihan), topikal kortikosteroid dan antibiotik topikal.
o   Anhidrat lanolin topikal telah menghasilkan perbaikan dramatis pada pasien dengan Miliaria profunda.
o   Miliaria yang profilaksis dengan antibiotik oral dilaporkan. Pasien juga telah diobati dengan oral retinoid, vitamin A, dan vitamin C, dengan variabel keberhasilan. Percobaan telah dilakukan untuk menunjukkan efektivitas dari setiap terapi sistemik ini.
o   Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental.
·         Aktivitas
o   Karena aktifitas meningkat menyebabkan berkeringat, yang akan sangat memperburuk Miliaria, pasien harus disarankan untuk membatasi kegiatan mereka, terutama pada cuaca panas, sampai Miliaria sembuh atau hilang.
o   Pasien dengan Miliaria profunda adalah risiko yang sangat tinggi mengalami kelelahan akibat panas saat beraktifitas pada cuaca panas, karena kemampuan mereka untuk menghantarkan panas dengan cara penguapan keringat terganggu.
·         Medikasi
·         Tujuan dari perawatan Miliaria rubra dan Miliaria profunda adalah memberikan bantuan dan mencegah gejala hyperpyrexia dan kelelahan akibat panas. Para penulis tahu tidak ada bukti kuat yang menunjukkan efektivitas dengan obat-obatan sistemik, karena itu, obat-obatan topikal lebih disukai.
·         Topikal terapi
·         Lanolin anhydrous diyakini untuk mencegah penyumbatan duktus, membiarkan keringat mengalir ke permukaan kulit. Calamine memberikan gejala pendinginan setelah Miliaria berkembang.
·         Lanolin anhydrous
·         Untuk mencegah penyumbatan duktus, membiarkan keringat mengalir ke permukaan kulit.
·         -DosisDewasa
·         Terapkan topikal untuk daerah yang terkena sebelum latihan di cuaca panas
·         -Pediatric
·         Berlaku seperti pada orang dewasa
·         Calamine (Caladryl)
·         Memberikan sensasi dingin setelah Miliaria berkembang.
·         -Dosis Dewasa
·         Terapkan untuk kulit yang terkena
·         -Pediatric
·         Berlaku seperti pada orang dewasa
·         10. Pencegahan
-                  Pasien harus menghindari paparan kondisi panas tinggi dan kelembaban.
-                  Ketika pasien berada dalam iklim tropis, mereka harus memakai pakaian yang ringan, menghindari aktivitas, gunakan tabir surya, dan tinggal di gedung ber-AC sebanyak mungkin.
-                  Pada pasien dengan riwayat Miliaria, aplikasi topikal anhydrous lanolin sebelum latihan dapat membantu mencegah pembentukan lesi baru.
·         Biang keringat bukan penyakit berat. Bahkan, banyak orang menggolongkannya sebagai gangguan kulit yang sepele. Hanya saja, sengatan rasa gatal memang menimbulkan gangguan yang menjengkelkan.

Berikut ini beberapa cara menghilangkan biang keringat :
1.      Dinginkan kulit anak dengan mengoleskan lotion calamin. Namun, sebelumnya pastikan dulu bahwa kulit anak benar-benar dalam keadaan kering, tidak lembap atau berkeringat.
2.      Tidak memakaikan mantel terbuat dari bahan wol bila si biang keringat tetap menyerang pada musim hujan. Untuk menghangatkan tubuhnya, lebih baik pilihkan baju-baju dari bahan katun yang dikenakan berlapis-lapis.
3.      Mandikan anak dengan air dingin, agar kulit tubuhnya sejuk dan segar. Kenalilah jenis kulit anak. Jika tergolong sensitif, hindari menyabuni bagian yang terkena gangguan, karena sabun bisa menimbulkan iritasi. Namun, kalau kulitnya cukup kuat, pakailah sabun khusus antibiang keringat.
4.      Kompres bagian biang keringat dengan larutan soda bikarbonat (1 sendok teh soda bikarbonat dicampur dengan secangkir air bersih) secara teratur. Bila peradangan cukup banyak, gunakan salep atau bedak yang mengandung zinc oksida dan vaselin putih. Atau, sebagai penggantinya, kita dapat menggunakan bedak yang mengandung magnesium stearat. Kedua jenis bedak ini berfungsi mengurangi iritasi dan membantu penyerapan keringat.

11. Diferensial Diagnosis
·         Kandidiasis Kutaneus
·         Pityrosporum folikulitis
·         Chickenpox
·         Pseudomonas Folliculitis
·         Erythema Toxicum Neonatorum
·         Folliculitis
·         Herpes Simplex
·         Infantile acne
·         Viral exanthema

12. Komplikasi
Yang paling umum Miliaria adalah komplikasi dari infeksi sekunder dan intoleransi panas.
·                        Infeksi sekunder dapat muncul sebagai impetigo atau karena beberapa abses terpisah dikenal sebagai periporitis staphylogenes.
·                        Intoleransi panas yang paling mungkin untuk berkembang pada pasien dengan Miliaria profunda; itu dikenal dengan anhidrosis kulit yang terkena, kelemahan, kelelahan, pusing, dan bahkan roboh. Dalam bentuk yang paling parah, intoleransi panas ini dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia.
13. Prognosis
Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan minggu, setelah mereka pindah ke lingkungan yang lebih dingin.

Author : Velly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar