Skenario 3 Tutorial Blok 12
part II
Author
: Didit
1. Metode
Diagnosis Dermatologi (termasuk jenis UKK)
2. Dermatitis
3. Dermatoterapi:
Antibiotik Topikal dan Antihistamin (download here!)
Pembahasan :
1.Metode
Diagnosis Dermatologi
Pemeriksan
Fisik :
1)
Inspeksi:
Status
Dermatolgikus : Penderita bisa dalam
posisi duduk dan bisa dalam posisi tidur. Yang dilihat :
·
Lokasi :
tempat dimana ada lesi;
·
Distribusi : Bilateral :
mengenai kedua belah badan, unilateral :
mengenai sebelah badan, Simetrik :
mengenai kedua belah badan yang sama, Soliter
: hanya satu lesi. Herptiformis : vesikel berkelompok, Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu, Diskret : terpisah satu dengan yang
lain, Regional : mengenai daerah
tertentu badan, Generalisata :
tersebar pada sebagian besar tubuh, Universal
: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%);
·
Bentuk/susunan :
Betuk
: khas
( bentuk yang dapat dimisalkan, seperti : bulat, lonjong, seperti ginjal, dll),
dan tidak khas ( tidak dapat
dimisalkan);
Susunan
: Liniar
: seperti garis lurus, Sirsinar/anular
: seperti lingkaran, Polisiklik :
bentuk pinggir yang sambung menyambung membentuk lingkaran, Korimbiformis : susunan seperti induk
ayam yang dikelilingi anak-anaknya;
·
Batas : tegas
dan tidak tegas;
·
Ukuran : Milier : sebesar kepala jarum pentul, Lentikular : sebesar biji jagung, Numular :
sebesar uang logam dengan Ø 3 cm – 5 cm, Plakat
: lebih besar dari numular;
·
Efloresensi :
Primer
:
§ Makula
: bercak pada kulit berbatas tegas
berupa perubahan warna semata, tanpa penonjolan atau cekungan;
§ Papul
: penonjolan di atas permukaan kulit,
sikumskrip, Ø kecil dari 0,5 cm, bersisikan zat padat;
§ Plak : papul datar, Ø lebih dari 1 cm;
§ Urtika
: penonjolan yang disebabkan edema
setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan;
§ Nodus
: tonjolan berupa massa padat yang
sirkumskrip, terletak dikutan atau subkutan, dapat menonjol;
§ Nodulus
: nodus yang kecil dari 1 cm;
§ Vesikel
: gelembung berisi cairan serum,
memiliki atap dan dasar, Ø kurang dari 0,5 cm;
§ Bula : vesikel yang berukuran lebih besar;
§ Pustul
: vesikel yang berisi nanah, bila nanah
mengendap dibagian bawah vesikel disebut hipopion;
§ Kista
: ruangan berdinding dan berisi cairan,
sel, maupun sisa sel.
Sekunder
:
§ Skuama
: sisik berupa lapisan stratum korneum
yang terlepas dari kulit;
§ Krusta
: kerak, keropeng, yang menunjukan
cairan badan yang mengering;
§ Erosi
: lecet kulit yang disebabkan kehilangan
jaringan yang tidak melampaui stratum basal, ditandai dengan keluarnya serum;
§ Ekskoriasi
: lecet kulit yang disebabkan kehilangan
jaringan melewati stratum basal (sampai ke stratum papilare), ditandai dengan
keluarnya darah selain serum;
§ Ulkus
: tukak, borok disebabkan hilangnya
jaringan lebih dalam dari ekskoriasi, memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi;
§ Likenifikasi
: penebalan kulit disertai relief kulit
yang makin jelas.
·
Kelainan
mukosa;
·
Kelainan
rambut;
·
Kelainan
kuku;
·
Pembesaran
kelenjar getah bening regional (sesuai dengan status dermatologikus).
2)
Palpasi
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa posisi tidur.
Pemeriksa menggunakan jari
telunjuk tangan kanan yang ditekankan pada permukaan lesi. Kemudian jari
tersebut diangkat, tampak permukaan lesi berwarna pucat sesaat, kemudian warna
lesi kembali ke warna semula (merah/eritem). Atau dapat juga dilakukan dengan
tekhnik diaskopi dengan cara menggunakan gelas objek. Gelas objek dipegang
dengan jari-jari tangan kanan kemudian ditekankan pada permukaan lesi. Tampak
lesi berwarna pucat waktu penekanan dengan gelas objek.Dan waktu gelas objek
diangkat, warna lesi kembali seperti semula (merah/eritem). anti-remed.blogspot.com
2.Dermatitis
Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit yang karakteristik terhadap
berbagai rangsangan endogen ataupun eksogen. Penyakit ini sangat sering di
jumpai. Dulu namanya ekzema (wong jowo
nyebute ‘eksim’).
Klasifikasi
dermatitis didasarkan atas kriteria patogenik, walaupun kebanyakan bentuk
penyakit tidak diketahui. Dermatitis dibagi menjadi dua tipe, tipe endogen (konstitusional) dan eksogen. Namun ada juga yang membaginya
menjadi tiga kelompok, ditambah penyebab yang tidak diketahui.
Contoh dermatitis endogen adalah dermatitis atopik, dermatitis seboroik,
liken simplek kronis, dermatitis non-spesifik (pompoliks, dermatitis numuler,
dermatitis xerotik, dermatitis otosensitisasi) dan dermatitis karena obat. Sedangkan contoh dermatitis eksogen adalah dermatitis
kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis fotoalergik, dermatitis
infektif dan dermatofitid.
Disini
author hanya menyampaikan dermatitis eksogen yang kemungkinan berhubungan
dengan kasus pasien pada skenario 3 blok 12 yang ini, yaitu dermatitis kontak!
DERMATITIS
KONTAK :
Dermatitis
kontak (DK) merupakan peradangan kulit yang disertai dengan adanya
spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan
bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-bahan tersebut
bisa bersifat toksik ataupun alergik.
1)
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan
atau DKI terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan. Bahan iritan
adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila
dioleskan pada kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Bahan
iritan ini dapat merusak kulit dengan cara menghabiskan lapisan tanduk secara
bertahap melalui denaturasi keratin sehingga mengubah kemampuan kulit untuk
menahan air.
Klasifikasi
bahan iritan :
·
Iritan
kuat;
·
Rangsangan
mekanik : serbuk kaca atau serat (fiberglas), wol;
·
Bahan
kimia : air/sabun;
·
Bahan
biologik : dermatitis popok.
Dermatitis kontak iritan
dapat terjadi pada semua umur, pada laki-laki maupun perempuan. Lepasnya ureum
karena kerja enzim bakteri di feses dapat menyebabkan DK iritan di glutea, paha
atas, perut bagian bawah, yang disebut dermatitis
popok (nappy rash).
Pada orang dewasa, DK
iritan sering terjadi pada telapak tangan dan punggung tangan, karena DK iritan
sering berkaitan dengan pekerjaan. Muka dapat terkena oleh bahan yang menguap
(amonia).
(1)Dermatitis Kontak Iritan Akut
Dermatitis kontak iritan
akut atau kuat terjadi setelah satu atau beberapa kali terkena olesan
bahan-bahan iritan kuat, sehingga terjadi kerusakan epidermis yang berakibat
peradangan. Biasanya dermatitis ini terjadi karena kecelakaan kerja.
Bahan-bahan iritan ini dapat merusak kulit karena terkurasnya lapisan tanduk,
denaturasi keratin dan pembengkakan sel.
Manifestasi kliniknya tipe reaksi tergantung pada bahan apa yang berkontak,
konsentrasi bahan kontak dan lamanya berkontak. Reaksinya bisa berupa kulit
menjadi merah atau coklat. Kadang-kadang terjadi edema dan rasa panas, atau ada
papula, vesikula, pustula, kadang-kadang terbentuk bula yang purulen dengan
kulit disekitarnya normal.
Contoh bahan kontak untuk
dermatitis iritan kuat adalah asam dan basa keras yang sering digunakan dalam
industri.
(2)Dermatitis Kontak Iritan Kronik
(Kumulatif)
Dermatitis ini terjadi
karena kulit berkontak dengan bahan-bahan iritan yang tidak terlalu kuat,
seperti sabun, detergen dan larutan antiseptik.
Manifestasi
kulitnya dapat dibagi dalam dua
stadium. Yaitu :
§ Stadium
I : kulit kering dan
pecah-pecah. Stadium ini dapat sembuh dengan sendirinya;
§ Stadium
II : ada kerusakan epidermis
dan reaksi dermal. Kulit menjadi merah dan bengkak, terasa panas dan mudah
terangsang. Kadang timbul papula, vesikula dan krusta. Bila kronik timbul
likenifikasi. Keadaan ini menyebabkan retensi keringat dan perubahan flora
normal kulit.
Ibu-ibu rumah tangga sering
terpajan pada bahan-bahan iritan, seperti sabun, detergen dan air sehingga
sering terjadi dermatitis iritan stadium I. Lokalisasinya sering terjadi pada
tangan dan lengan.
Contoh :
§ Air, sabun dan detergen sering menimbulkan dermatitis
(eksim) pada tangan yang disebut housewife’s
hand eczema;
§ Air. Kontak dengan air dapat menimbulkan iritasi dengan
beberapa cara :
o Timbul maserasi yang terasa sakit, bila lapisan tanduk
telapak kaki direndam lama;
o Fungsi barrier kulit hilang karena terjadi maserasi;
o Kulit kering (xerotic
eczema) terjadi bila kulit berkontak terus menerus sehingga menghilangkan
lipid kulit;
o Dapat terjadi infeksi jamur pada daerah sela-sela
(intertrigo) bila berkontak terus-menerus dengan air.
§ Sabun/detergen. Bahan-bahan ini akan mengakibatkan
pengeringan kulit dan memperbesar aksi iritasi oleh air.
(3)Dermatitis Tangan
Sering terjadi pada ibu
rumah tangga. Sering terjadi pada punggung tangan dan sela-sela jari tangan.
Manifestasi kliniknya bersifat kronik. Kulit kelihatan kering, pecah-pecah dan
eritem. Kadang dapat bersifat akut dengan gejala eritema, basah, bula, sehingga
menyerupai lesi luka bakar.
Pengobatan
atau Pencegahan Dermatitis Kontak Iritan :
·
Hindari
sabun;
·
Pakai
sarung tangan kalau bekerja;
·
Topikal
: dapat diberikan kortikosteroid, menurut ahli Ilmu Penyakit Dalam memang tidak
boleh karena efek samping kortikosteroid salah satunya imunosupresif, tetapi
menurut dermatologi boleh diberikan;
·
Bila
lesi akut (kulit bengkak dan basah) dapat diberikan kompres dengan liquor
Burowi 1:20 tiap dua jam sekali;
·
Kemudian
dapat diberikan kortikosteroid topikal ataupun sistemik.
2)
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi
atau DKA dapat terjadi karena kulit berkontak /terpajan dengan bahan-bahan yang
bersifat sensitizer (alergen).
Patofisiologi
DKA :
DKA, yang digolongkan dalam
reaksi imunologik/hipersensitivitas tipe IV merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi, yaitu :
(1) Fase Primer (induktif/afferen), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai berat molekul kecil
(hapten) ke kulit, yang kemudian berikatan dengan karier protein di epidermis.
Komponen tersebut akan disajikan oleh sel Langerhans (LCs) pada sel T. Di
Kelenjar Limfe regional, kompleks yang terbentuk akan merangsang sel limfosit T
didaerah parakorteks untuk memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel T
efektor dan sel memori. Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke
kulit, peredaran perifer, dll;
(2) Fase Sekunder (eksitasi/eferen), yaitu pajanan hapten pada individu yang telah tersensitasi,
sehingga antigen disajikan lagi oleh sel Langerhans ke sel T memori di kulit
dan limfe regional. Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin.
Terjadi reaksi inflamasi dengan perantaraan sel T, karena lepasnya bahan-bahan
limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24-48 jam. Setelah
pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut secara imunologik ditangkap oleh
sel Langerhans (sel penyaji antigen), kemudian diproses dan disajikan kepada
limfosit T dengan bantuan molekul MCH kelas II. Sel Langerhans dan sel sel
keratinosit akan menghasilkan interleukin I (Lymphocyte Activating Factor) dan sel Langerhans akan mengalami
perubahan morfologis menjadi sel Langerhans yang aktif sebagai penyaji sel
(APCs). Sel ini akan bergerak ke kulit di dermis, parakortikal, kelenjar limfe.
Sel Langerhans menyajikan antigen dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan
reseptor HLA DR yang dimiliki oleh sel limfosit T. APCs lain seperti sel
monosit dan makrofag hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat
mengaktifkan sel T yang belum di sensitasi. Pada fase eferen ini sel TH1
terletak di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit
T itu harus di aktifkan oleh interleukin I yang dihasilkan oleh sel Langerhans
dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan menghasilkan Interleukin II (Lymphocyte Proliferating Cell) dan
menyebabkan sel T berproliferasi.
Manifestasi
Klinik :
(1) Fase
Akut : merah, edema, papula,
vesikula, berair, krusta, gatal;
(2) Fase
Kronik : kulit tebal/likenifikasi,
kulit pecah-pecah, skuama, kulit kering dan hiperpegmentasi. anti-remed.blogspot.com
3)
Dermatitis Fotokontak
Dermatitis ini dapat
berbentuk dermatitis toksik maupun alergik, tergantung pada jenis bahan yang
berkontak. Setelah berkontak dengan bahan tersebut dan disinari dengan sinar
ultraviolet (UVA), kulit mengalami peradangan dengan manifestasi eksim. Misalnya
kulit berkontak dengan kumarin dan terkena sinar UVA dapat mengalami
fototoksik. Sedangkan reaksi fotoalergik berdasarkan pada reaksi imunologik dan
reaksi ini terjadi pada sejumlah kecil penderita yang sebelumnya telah
tersensitasi dengan fotosensitizer dan kemudian terpajan sinar matahari.
Contoh fotosensitizer : fenotiazin (transquilizer, antihistamin topikal),
sulfonamid, bahan topikal non-steroid antiinflamasi, bitinol, hexachlorofen,
tabir surya (PABA < asam sinamik), eosin, quinin, hair tonik, quinidin,
parfum, tiourea, furocoumarin, ter dan zat warna.
Manifestasi
Klinik :
Dermatitis fotokontak
menyerupai kulit yang terbakar sinar ultraviolet. Timbul eritema, udem, dan
terbentuk bula. Lokalisasinya sesuai dengan tempat kontak benda. Bentuknya
difus bila terpajan pada bahan yang dapat menguap, melalui udara.
Dermatitis barloque disebabkan oleh parfum yang mengandung psoralen, biasanya
minyak bergamot. Bentuk ini jarang dijumpai pada fase akut, biasanya di leher.
Dermatitis fototoksik sering meninggalkan ruam hiperpigmentasi yang dapat
menetap beberapa bulan.
Dermatitis fotoalergik juga
menyerupai kulit yang terbakar sinar matahari. Biasanya ada papula dan
vesikula. Lokalisasinya pada daerah yang terpajan sinar matahari, seperti muka,
telinga, batas pinggir kerah baju, bagian ekstensor lengan, bagian dorsum
tangan. Daerah dibawah dagu terlindungi dari matahari. Pada keadaan kronis
dapat dijumpai skuama dan likenifisasi.
Pengobatan :
·
Hindari
sinar matahari;
·
Hilangkan
faktor pencetus fotosensitizer;
·
Emolien
topikal.
Dianjurkan pemakaian
pelindung sinar matahari, berupa tabir surya yang tidak mengiritasi kulit.
Kortikosteroid topikal pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid
sistemik.
DIAGNOSIS DERMATITIS KONTAK :
Pada
dermatitis kontak tidak ada gambaran klinis yang tetap.
1) Anamnesi harus cermat : lamanya penyakit, penyebarannya,
riwayat pekerjaan, obat-obatan. Keluhan gatal, sakit, efek matahari;
2) Klinis : lihat lokalisasinya pada kulit, mukosa, rambut dan
kuku. Dermatitis yang terlokalisasi dapat diperkirakan kemungkinan kontak;
3) Uji kulit seperti uji tempel tertutup dan terbuka, uji
pemakaian (use test), uji goresan (scratch tes) ---udah gak boleh sekarang,
soalnya melukai kulit---, uji intradermal dan uji foto.
Uji
tempel kulit dilakukan dengan alergen standar dengan konsentrasi tertentu.
Alergen ditempelkan pada kulit punggung dan hasilnya dibaca setelah 48 jam dan
72 jam kemudian. Untuk menghindari reaksi negatif semu, hasil dapat dibaca lagi
setelah 6 atau 7 hari. Pada uji tempel ini dapat terjadi positif semu ataupun
negatif semu.
Uji
tempel kulit yang terbuka dilakukan untuk mengetahui urtikaria kontak atau DKA.
Uji tempel biasanya dilakukan 4 minggu setelah dermatitisnya hilang.
Uji
pemakaian (use test) dilakukan jika
uji tempel hasilnya negatif sedangkan klinisnya jelas.
PENGOBATAN
DERMATITIS KONTAK :
1) Hindari faktor penyebab;
2) Oral kortikosteroid. Dosis 35-50 mg/hari;
3) Obat topikal bergantung pada stadium penyakitnya;
4) Antihistamin sebagai anti-pruritus (gatal). anti-remed.blogspot.com
3.
Dermatoterapi
1)
Sediaan Topikal
Sediaan topikal adalah
sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek
lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari
lotio adalah air. Lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan bahannya. Kecairannya memungkinkan
pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio
akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada
permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk memisahkan diri
dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan
digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali.
Salep adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan
obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan
semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena
itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak
atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi.
Krim adalah bentuk sediaan
setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif
cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang
batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air. Prinsip pembuatan krim adalah
berdasarkan proses penyabunan (saponifikasi) dari suatu asam lemak tinggi
dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 70°- 80°
C. Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke
bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui
mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang
termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat
tetes telinga, obat wasir dan sebagainya.
Ada beberapa tipe krim
seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M) dan emulsi minyak
terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat digunakan surfaktan
anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M digunakan : sabun
monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lainlain. Krim tipe M/A
mudah dicuci. Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar
yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim
yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Stabil;
b. Lunak;
c. Mudah dipakai;
d. Dasar krim yang cocok;
e. Terdistribusi merata.
Fungsi
krim adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit;
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit;
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung
dengan zat-zat berbahaya.
Obat
kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika,
kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit
dapat berupa salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit
topikal dipengaruhi jenis kerusakan kulit, daya kerja yang dikehendaki, kondisi
penderita, dan daerah kulit yang diobati. Obat kulit topikal mengandung obat
yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada
lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik
dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid. Obat kulit digunakan
untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit.
Pemakaian
Antibiotik Topikal :
Antibiotika
topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang kulit. Efek
samping pemakaian antibiotik topikal diantaranya adalah menyebabkan terjadinya
dermatitis kontak alergi / iritan, penetrasinya rendah pada jaringan yang
terinfeksi, lebih cepat terjadi resistensi mikroba, efek toksik (absorbsi
sistemik), dan mengganggu flora normal tubuh.8 Antibiotika topikal adalah obat
yang paling sering diresepkan oleh spesialis kulit untuk menangani akne
vulgaris ringan sampai sedang serta merupakan terapi adjunctive dengan
obat oral. Untuk infeksi superfisial dengan area yang terbatas, seperti
impetigo, penggunaan bahan topikal dapat mengurangi kebutuhan akan obat oral,
problem kepatuhan, efek samping pada saluran pencernaan, dan potensi terjadinya
interaksi obat. Selanjutnya, antibiotika topikal seringkali diresepkan sebagai
bahan profilaksis setelah tindakan bedah minor atau tindakan kosmetik
(dermabrasi, laser resurfacing) untuk mengurangi resiko infeksi setelah operasi dan
mempercepat penyembuhan luka. anti-remed.blogspot.com
2)
Antihistamin
REFERENSI :
· Pemeriksaan Sistem Indra Khusus (Mata, Kulit, THT), Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas;
· Makalah dr. Bambang Suhariyanto, SpKK. FKUJ;
· Ilmu Penyakit Kulit prof. dr. Marwali Harahap, penerbit
Hipokrates.
Author : Didit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar