Senin, 17 Desember 2012

Skenario 4 Blok 9 Part 1


Oleh : Eka.F

            Laki-laki berusia 50 tahun, dengan keluahan mata kuning, rasa mual dan cepat lelah. Pasien juga mengeluhkan secara umum tidak begitu baik dan perut bagian kanan atas terasa tidak enak. Keluhan sudah 3 minggu. TB 160 cm, BB 100 kg. Riwayat kadar trigliserid dan kolesterol yang tinggi. Pecandu alkohol.
” SIROSIS HATI “
PENDAHULUAN
             Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenaratif (Siti Nurdjanah, IPD 668) .
            Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien berusia 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskular dan kanker) . diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian . sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.  Gejala klinis penyakit ini sangat variatif. Kira-kira hanya 30% pasien yang datang berobat ke dokter, dan kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lainnya (Sri Maryani, FK USU)
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
            Sirosis secara konvensional dibagi menjadi 2 yaitu:
  1. Makronodular ( nodul besar lebih dari 3mm)
  2. Mikronodular ( nodul kecik kurang dari 3mm)
Klasifikasi menurut etiologi dan morfologinya  yaitu:
  1. Alkoholik
  2. Kriptogenik dan post hepatis ( pasca nekrosis)
  3. Biliaris
  4. Kardiak
  5. Metabolit , keturunan dan terkait dengan obat.
Nah.. hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20%nya tidak diketahui. Kalau alkohol di Indonesia belom ada data yang pasti.
Hubungan antara konsumsi alkohol dan penyakit hati alkoholik telah didokumentasikan dengan baik, meskipun sirosis hati berkembang dalam hanya sebagian kecil dari drinkers. Risiko sirosis meningkat secara proporsional dengan konsumsi lebih dari 30 gram alkohol per hari; tertinggi risiko terkait dengan konsumsi lebih dari 120 gram per hari.  Prevalensi titik sirosis adalah 1% pada orang minum 30 sampai 60 gram alkohol per hari dan sampai 5,7% pada mereka mengkonsumsi 120 g setiap hari. Hal ini diduga bahwa faktor-faktor lain, seperti jenis kelamin, karakteristik genetik 4,5, 6, dan pengaruh lingkungan (termasuk infeksi virus kronis),  memainkan peran dalam asal-usul penyakit hati alkoholik. (http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra0805786).
EPIDEMOLOGI
            Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu autopsi. Keseluruhan insiden sirosis di Amerika Serikat diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebgaian besar akibat hati alkoholik maupun infeksi virus kronik.  Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa perlemakan hati akan menyebabkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensinya 4 % dan berakhir dengan sirosis hati prevalensinya 0,3%. Di RS Sardjito pasien sirosis hati 4,1 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam dalam kurun waktu 1 tahun(2004).
PATOLOGI DAN PATOGENESIS
            Sirosis alkoholik atau secra histologis disebut sirosis Laennec ( penemu istilah sirosis hati tanun 1819, dari kata khirros= yellow) ditandai  oleh pembentukan jaringan parutyang difus, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan sedikit noudl regeneratif. Tiga lesi hati utama akibat induksi alkohol adalah, perlemakan hati alkoholik, hepatitis alkoholik, sirosis alkoholik.
Sebab-sebab sirosis
            Penyakit infeksi : Toksoplasmosis,CMV, hepatitis virus B,C,D.
            Penyakit keturunan dan metabolit : Galaktosemia, Penyakit Gaucher, penyakit simpanan Glikogen, Hemokromatosis, Penyakit Wilson.
            Obat dan Toksin : Alkohol , amiodaron, penyakit perlemakan hati non alkohol, kolangitis sklerosis primer.
            Jadi secara umum kejadiannya seperti ini,  proses injury hepar (faktor obat, infeksi,metabolit)>>>memacu terjadinya fibrosis( pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan)>>>menyebakan regenerasi noduler ( sel-sel hepar)>>>konsequensinya, maka akan terjadi disfungsi sel-sel hepar secara progressif>>> pengkerutan hepar>>>membuat bendungan sistema porta>>> menyebabkan portal hypertension.
            Sirosis terjadi beberapa mekanisme seperti :
Ø  Merupakan lanjutan keadaan dari fibrosis yang ditandai dengan adanya kapilaritas sinusoid hepar sehingga terbentuk pembuluh darah baru.
Ø  Terjadi juga vasokontriktor di local sehingga menyebabkan kontraksi sehingga memicu peningkatan restensi vaskuler.
Ø  Karena pembuatan pembuluh darahnya baru dan buatan, sehingga akan menyebabkan thrombosis. Dan akan memicu intrehepatic shunts. Ini akan menyebabkan disekitar area menjadi iskemik, sehingga hepatosit akan mengalami poliverasi dan terbentuklah nodul-nodul pada hepar.
Ø  Pada vena porta akan terjadi kenaikan tekanan secra progresif sehingga memicu peningktan tekanan portocollateral veins. Menyebabkan varieses di oesophagus.
Ø  Hipertensi portal juga akan memicu vasidilatasi di splancnic, akan meningkatkan blod flow di sphlancnic.
Ø  Proses ini semua akan mengganggu fungsi hepatocellular, yang menyebabkan penurunan fungsi pada reticuloendothelial system. Dan terbentuk endotoxin >> meningkatkan resiko infeksi bakteri.
Ø  Sementara kondisi lain yang terjadi adalah gangguan coagulopathy yang akan memicu hepatic encephalopathy serta sindrom hepatorenal.
Ø  Injury yang berkelanjutan akan meyebabkan gangguan yang lebih pada hepar sehingga nantinya ini semua akan menyebabkan penurunan fungsi hepar dimana ini dimediasi oleh adanya transglutaminase pada jaringan-jaringan di hepatocellularnya.
Ø  Septae tadi menjadi tidak bisa hancur, menjadi lebih resisten untuk diproteolysis oleh metalloproteinase maka akan menyebabkan pembentukan kolagen di interstisial >> pengkisutan hepar.
ALCOHOLIC AND NON ALCOHOLIC STEATOHEPATITIS
1.      Non alkoholik fatty liver disease, nah.. awalnya terjadi resistensi insulin, jadi resistensi insulin tidak hanya menginduksi diabetes melitus tetapi juga bisa memicu NAFLD>>> menyebabkan steatohepatitis >>> peningkatan bakteri pada usus >>> steatohepatitis dipicu oleh oxidative stress dan sitokin inflamatory>>> memacu fibrosis>>> memacu sirosis.>>> hepatocelualar carcinoma.
MANIFESTASI KLINIS
            Gejala-gejala Sirosis
            Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah, dan lemas, selera makan berkurang perasaan perut kembung, mual, berat badan turun, impotensi, gairah sexual menurun, testis mengecil. Hati menonjol karena hipertensi porta,gangguan tidur, pembekuan darah,perdarahan gusi, gangguan siklus haid,ikterus, air kemih berwarna kaya teh.
            Temuan Klinis
Eritem palmaris yaitu warna merah sega pada telapak tangan, dan dikaitkan juga perubahan metabolisme hormon esterogen.
Perubahan kuku-kuku muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan dengan warna normal kuku, kondisi ini ditemukan pada pasien hipoalbuminemia yang lain seperti sindrom nefrotik.
Hepatomegali ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, mengecil. Bilamana hati teraba , hati sirotik teraba keras dan nodular.
Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya nonalkoholik. Perbesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi porta.
Asites penimbunan cairan dalam rongga peritonium akibat hipertensi porta dan hipoalbuminemia.
Ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia.
Tanda-tanda lain yang menyertai diantaranya;
Ø  Demam yang tak tinggi akibat nekrosis hepar.
Ø  Batu pada vesika felea akibat hemolisis
Ø  Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis,dan edema
GAMBARAN LABORAT
Sirosis hati
Ø  AST  meningkat tak begitu tinggi (lebih tinggi dari pada ALT)
Ø  ALT
Ø  AFP meningkat kurang dar 2 sampai 3 kali
Ø  GGT ( konsentrasinya tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik)
Ø  Bilirubin bisa normal pada sirosis hati
Ø  Albumin menurun sesuai dengan keburukan sirosis
Ø  Globulin konsentrasinya meningkat pad sirosis hepatis
Ø  Waktu protrombin mencerminkan derajat> sehingga pada sirosis memanjang
Ø  Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites
Ø  Kelainan hematologi anemia >> anemia normokrom, normositer,hipokrom monositer, anemia trombositopenia, lekopenia
Ø  Pemeriksaan barium diketahui adanya hipertensi porta
Ø  Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas , massa
DIAGNOSIS
             Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosis sirosis hati. Harus denga pemeriksaan klinis yang cermat. Pada kasus ini tentu dilakukan pemeriksaan biopsi hati dan peritoneskopi.
KOMPLIKASI
  1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulakan varises oesophagus, dimana suatu saat akan pecah
  1. Koma hepatikum
  2. Ulkus peptikum
  3. Karsinoma hepatosellural
  4. Infeksi ( peritonitis, pnemonia, tbc paru)
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;                                           
  misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap hari
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti  :
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
Ad. Asites
Dalat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
Ø  Istirahat
Ø  Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
Ø  Diuretik : Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid
Terapi lain :  >>>
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesa dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
Ad. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi secara Blood Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan mikroba ini beraasal dari usus. Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut :
Spontaneous bacterial peritonitis
Sucpect grade B dan C cirrhosis with ascites
Clinical feature my be absent and WBC normal
Ascites protein usually <1 g/dl
Usually monomicrobial and Gram-Negative
Start antibiotic if ascites > 250 mm polymorphs
50% die 69 % recur in 1 year
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
Ad. Hepatorenal Sindrome
Adapun criteria diagnostik dapat  kita lihat sebagai berikut :
Criteria for diagnosis of hepato-renal syndrome
>>>Major
Chronic liver disease with ascietes
Low glomerular fitration rate
 Serum creatin > 1,5 mg/dl
 Creatine clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute
Absence of shock, severe infection,fluid losses and Nephrotoxic drugs
Proteinuria < 500 mg/day
No improvement following plasma volume expansion
>>>>Minor
Urine volume < 1 liter / day
Urine Sodium < 10 mmol/litre
Urine osmolarity > plasma osmolarity
Serum Sodium concentration < 13 mmol / litre 
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : cairan,garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang Nefrotoxic. Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra seluler. Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan shock. TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang akan dilakukan transplantasi. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.
Ad.Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering dinorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu. Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :
-  Pasien diistirahatkan daan dpuasakan
-  Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
-  Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu :      
   untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi    darah
-  Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K, Vasopressin,   Octriotide dan Somatostatin
-  Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection.
Ad. Ensefalopati Hepatik
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma. Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
1. mengenali dan mengobati factor pencetua
2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin yang berasal dari usus dengan jalan :
  - Dier rendah protein
  - Pemberian antibiotik (neomisin)
  - Pemberian lactulose/ lactikol
3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter
  - Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)
 - Tak langsung (Pemberian AARS)

PROGNOSIS
            Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lainnya yang meliputi.
Klasifikasi Sirosis hati menurut criteria Child-pugh :

Derajat kerusakan
Minimal
Sedang
Berat
Bil. Serum
<35
35-50
>50
Alb. Serum
>35
30-35
<30
Asites
Nihil
Mudah dikontrol
Sukar
PSE/enselopati
Nihil
Minimal
Berat/koma
Nutrisi
sempurna
baik
Kurang/kurus






Referensi :
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
Ganamnesis 2010
 Rosenack,J, Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry Diseases
 Hadi.Sujono, Gastroenterology,Penerbit Alumni / 1995 / Bandung
 Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sitim Saluran Empedu, Oxford,England Blackwell 1997
 Hakim Zain.L, Penatalaksanaan Penderita Sirosis Hepatitis
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta 1987
 Anonymous http://alcoholism.about.com/library/blcirrosis.htm
 Lesmana.L.A, Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto Mangunkusumo


___________________________________________________________________________
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>just for fun<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Tutor said : Please banget ya,,, klo tutorial itu jangan asal jawab, harus pakai “EBM”, ingat itu dekk!! 
Mahasiswa : Iya dok (=|  (males banget!!)
Tutor said : Tugas buat pertemuan kedua harus bawa artikel satu anak satu yang sesuai sama casenya, kalau ada yang tidak bwa tidak boleh absen..
Mahasiswa : Iya dok.. “menurut Looo000” (dalam hati) :s
___________________________________________________________________________

1 komentar: