Kamis, 06 Desember 2012

Scenario 2 Blok 9 Part 2


Author : Nova

Diare dan muntah merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk membersihkan saluran cerna dari mikroorganisme, racun, dan benda asing.
Muntah merupakan suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata otak. Muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik ( bahan yang menyebabkan muntah), misalnya pekak, hipoksia dan nyeri, muntah juga terjadi karena melalui perangsangan langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat dengan pusat muntah di otak. Obat-obat tertentu mencetuskan muntah dengan megaktifkan pusat ini, yang disebut chemoreceptor trigger zone, yang terletak di dasar ventrikel keempat. Ketika terjadinya kontraksi yang berlebihan di daerah intestinumdan gaster, maka getaran ini akan dihantarkan oleh saraf menuju ke pusat muntah. Peningkatan akitivitas ini terjadi pada daerah trigger zone
(Sumber : Buku saku patofisiologi, penerbit EGC, 1997).
Dalan keadaan normal, absorbsi dari usus halus setiap hari terdiri atas beratus-ratus gram asam amino, 50 sampai 100 gram ion, dan 8 atau 9 liter air. Akan tetapi, kapasitas absorbsi usus halus jauh dari pada ini: sebanyak beberapa kilogram karbohidarat per hari, 500 sampai 1000 gram lemak per hari, dan 20 liter air atau lebih per hari. Selain itu, usus besar dapat mengabsorbsi lebih banyak air dan ion-ion, walaupun hampir tanpa gizi. Adanya diare akibat infeksi pada saluran pencernaan khususnya di daerah gaster dan intestinum (gastroenteritis) oleh suatu patogen tertentu, akan mempengaruhi absorbsi dan sekresinya. Pada intestinum misalnya malabsorbsi menurun akibat dari mukosa yang teriritasi sebaliknya sekreisi meningkat. Kejadian ini menyebabkan ketidakseimbangan kerja organ pencernaan sebagai akibatnya terjadinya diare
(Sumber: Guyton, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC, 1995).
Dehidrasi
Dehidrasi yaitu suatu keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. 
Menurut keadaan klinisnya, dehidrasi dibagi menjadi :
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox cholerica), pasien tidak syok.  Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi ringan ditandai dengan penurunan cairan 5% dari total berat badan tanpa ada keluhan mencolok selain anak terlihat lesu, haus, dan agak rewel.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien dalam keadaan presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.  Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan cairan 5%-10% dari total BB dengan tanda berupa gelisah, cengeng , kehausan, mata cekung, dan kulit keriput
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda sama dengan dehidrasi sedang disertai dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, dan sianosis.  Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan cairan tubuh >10% dari total berat badan dengan tanda berupa berak cair terus-menerus, muntah terus-menerus, kesadaran menurun, sangat lemas, terus mengantuk, tidak bisa minum, tidak mau makan, mata cekung, bibir kering dan biru.  Selain itu, terdapat pula tanda berupa cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik, tidak kencing selama 6 jam atau lebih (frekuensi berkurang), dan terkadang disertai panas tinggi dan kejang.
Ada tiga macam dehidrasi, yaitu :
Dehidrasi isotonik terjadi jika kehilangan sejumlah air dan elektrolit yang seimbang.
Dehidrasi hipertonik terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya.
Dehidrasi hipotonik terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya dari pada air. Beberapa penyebab dehidrasi diantaranya adalah : Meningkatnya produksi keringat karena cuaca yang panas, kelembapan, olahraga, atau demam. Kurang minum air. Meningkatnya keluaran urin karena kondisi kekurangan hormon, diabetes, sedang dalam pengobatan atau berpenyakit ginjal. Mengalami diare atau muntah. Sedang dalam masa penyembuhan luka bakar.

Diare Akut

Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.

Patogenesis

Diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang masalah diare akut  yang terjadi karena infeksi pada anak di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.

Penatalaksanaan

Mengapa zinc diberikan pada penderita diare ?
Karena pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian zinc mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
Berdasarkan studi WHO selama 20 tahun, manfaat zinc sebagai pengobatan diare adalah :
  1. Mengurangi prevalensi diare sebesar 34%
  2. Menurangi insidens pneumonia sebesar 26%
  3. Mengurangi durasi diare akut sebesar 20%
  4. Mengurangi durasi diare persisten sebesar 24%
  5. Mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih dari 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan  mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, memerlukan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan baik, maka akan dapat meningkatkan sistem kekebalan dan dapat melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya kenapa anak yang diberikan zinc (sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut beresiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.
Zinc harus diberikan selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan.
Atas dasar penelitian yang menunjukkan bahwa zinc dapat

Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare adalah :
1.      Dehidrasi
2.      Hipokalemi
3.      Hipokalsemi
4.      Cardiac disrythmias
5.      Hiponatremi
6.      Syok hipovolemik
7.      Asidosis.

Referensi :
Buku saku patofisiologi, penerbit EGC, 1997
Guyton, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC, 1995

Author : Nova

Tidak ada komentar:

Posting Komentar