Senin, 21 Mei 2012

Tutorial Skenario 2 blok 18

Bagaimana terbentuknya cairan amnion?

Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.

Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.

Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.

Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.

Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat penting bagi perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia paru yang dapat menyebabkan kematian.

Kandungan Cairan Amnion

Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah 20 minggu, kornifikasi kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama terdiri dari urin janin.

Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan amnion berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan membentuk sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid, karbohidrat, lipid, dan hormon.

Asal cairan amnion : diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

Bagaimana proses persalinan normal

TAHAP 1

Tahapan pertama atau kala satu menandai dimulainya proses persalinan hingga pembukaan lengkap mulut rahim. Tanda-tanda ibu memasuki tahap persalinan normal, biasanya ibu merasakan mulas, sakit perut yang hilang timbul, kontraksi yang makin lama makin kuat dan sering. Tanda ini juga umumnya diikuti keluarnya darah lendir atau cairan ketuban.

Kala satu dibagi dalam dua fase, yaitu fase laten (bila pembukaannya antara 0-3 cm) dan fase aktif (bila pembukaannya dari 3 cm hingga lengkap/10 cm). Proses pembukaan sampai lengkap ini membutuhkan waktu sangat lama, bisa 8 hingga 10 jam. Ibu akan merasakan tekanan yang sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai dorongan untuk mengejan.

Semakin lama, frekuensi kontraksi akan semakin sering. Bila terjadi 2 hingga 4 kali tiap 10 menit, bayi dan kemajuan persalinan akan dipantau secara teratur lewat panduan sebuah diagram yang disebut patogram.


 

TAHAP 2

Tahap ini adalah tahap kelahiran, dimulai dari pembukaan yang sempurna sampai bayi keluar dengan selamat. Biasanya waktunya lebih singkat dibandingkan dengan kala satu, kira-kira 1-2 jam untuk kelahiran pertama, dan lebih singkat untuk kelahiran anak berikutnya. Pada tahap ini ibu bisa mengejan dan dimulai begitu dipastikan mulut rahim sudah terbuka penuh. Bila kepala bayi masih cukup jauh dari panggul, ibu biasanya disarankan untuk tak segera mengejan agar tak kelelahan.Kala dua memang sering dipandang sebagai tahapan tersulit karena pengambilan kesimpulan tentang kondisi ibu dan janin sampai keputusan tentang bagaimana bayi bisa dilahirkan mesti dilakukan dengan sangat cepat. Kala dua dihitung sejak pembukaan lengkap sampai bayi lahir, umumnya berjarak satu jam.


 

TAHAP TIGA: WASPADAI PERDARAHAN POSTPARTUM

Sering juga disebut kala uri, yakni tahap pengeluaran plasenta. Tahapan ini dimulai setelah bayi lahir dan berakhir saat plasenta keluar.

Kala uri dimulai beberapa menit setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir, rahim akan mengerut dan mengerutnya rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim serta menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim lalu ke vagina. Selama proses ini, akan terjadi kontraksi yang lebih ringan dan ibu diminta sedikit mengejan untuk mengeluarkan plasenta saat tali pusat ditarik perlahan ke luar.

Pada tahapan ini dokter akan memantau proses keluarnya plasenta. Prosesnya bisa berlangsung antara 15 menit hingga setengah jam. Yang jelas, dokter tak akan meminta ibu buru-buru mengejan lagi untuk mengeluarkan plasenta. Secara alamiah rahim juga perlu berelaksasi setelah persalinan dan kemudian baru berkontraksi lagi untuk melepas plasentanya. Jadi, ikuti saja proses kontraksi ini sambil mengejan.Setelah plasenta dikeluarkan, dokter dibantu bidan akan memeriksanya untuk memastikan bahwa plasenta sehat dan tidak ada bagian yang hilang atau tertinggal di dalam rahim.


 

TAHAP EMPAT: PANTAUAN KONDISI IBU

Yang disebut tahapan empat adalah tahapan pemantauan terhadap kondisi ibu selama satu hingga dua jam setelah plasenta keluar. Pada tahapan ini, ibu masih berada di ruang persalinan dan tak perlu buru-buru dipindahkan ke ruang pemulihan.

Mengapa ibu masih dipantau, karena berbagai masalah pascapersalinan masih bisa muncul di tahapan ini seperti robekan jalan lahir berdarah lagi atau kontraksi rahim berlangsung lemah tapi tidak ketahuan. Bila perdarahan berlangsung cukup hebat, kondisi ibu bisa fatal. Makanya dokter atau bidan tetap memantau di tahapan empat ini.

Sebagai bagian dari proses monitoring, dokter akan memeriksa kondisi fisik ibu seperti menanyakan apakah ibu merasa pusing, mau pingsan, atau mual. Tekanan darah, suhu badan, dan denyut nadi juga akan diperhatikan. Dokter akan meraba perut ibu untuk memeriksa bahwa rahim berkontraksi dengan baik karena rahim yang diam membuka peluang perdarahan. Umumnya ibu akan dianjurkan untuk buang air kecil pada beberapa jam pertama karena kandung kemih yang penuh akan menghalangi rahim berkontraksi dengan baik.


 

Jika saat persalinan si ibu memiliki asma, hipertensi, DM bagaimana tindakan dokter

Penanganan hipetensi

Penanganan umum
1.    Segera rawat

2.    Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.

3.    Jika pasien tidak bernafas : bebaskan jalan nafas, beri O2 dengan masker, intubasi jika perlu.

4.    Jika pasien tudak sadar atau koma.Bebaskan jalan nafas, Baringkan pada satu sisi, Ukur suhu, Periksa apakah ada kaku tengkuk

5.    Jika pasien syok :lihat penanganan syok

6.    »Jika ada perdarahan  : lihat penanganan perdarahan.

»Baringkan pada satu sisi,tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret,muntahan atau darah,

»    Bebaskan jalan nafas,

»    Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah,

»    Fiksasi,untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.

7.    Jika kejang, baringkan pada satu sisi tempat tidur, arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah. Bebaskan jalan nafas. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah. Piksasi, untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.


 

Penanganan DM nih med

PERSALINAN
1. Diet saja (Class A1) melahirkan sampi aterm, jika aterm belum lahir monitor janin 2X seminggu
2. HDK dan pernah stilbirth, monitor janin 2X seminggu sejak umur keh 32 minggu
3. TBJ dan USG untuk makrosomia, >4500 g SC
4. DMG dalam Tx insulin/Glyburide disertai diet untuk mengendalikan kadar glukose (Class A2) direncanakan dgn fetal monitoring spt DMpG
5. Perawatan intensif untuk mendeteksi dan mengatasi hipoglikemi, hipokalsemi dan hiperbilirubinemia pada neonatus


PERAWATAN POSTPARTUM
1. Evaluasi untuk mengantisipasi intoleransi KH yang menetap:
- Self monitoring untuk mengavaluasi profil glukose darah
- 6 minggu postpartum , dilakukan TTGO dgn loading 75 g glukose, ukur glukose puasa dan 2 jam
2. Kontrasepsi oral dosis rendah
3. Recurrent risk untuk DMG sekitar


 

Kalo yang asthma :

Penanganan Asma Selama Proses Melahirkan

Penanganan asma yang baik bagi penderita asma selama kehamilan membuat tidak adanya gejala asma selama melahirkan. Pada suatu penelitian oleh ahli asma Kalifornia pada 120 kasus wanita asma yang hamil dan terkontrol baik, terdapat 90% wanita asma yang hamil menunjukan tidak adanya gejala selama melahirkan, 2,2% mengalami serangan ringan dan 0,2% mengalami serangan asma berat.

Mereka yang memperlihatkan gejala biasanya hanya memerlukan inhalasi bronkodilator. Jika respon jelek maka diberikan metil prednisolon intravena. Untuk penderita yang mendapat kortikosteroid secara reguler atau yang sering mendapatkannya selama kehamilan, penambahan kortikosteroid parenteral direkomendasikan untuk stres selama persalinan dan kelahiran yaitu 100 mg hidrokortison intravena sewaktu mulai persalinan dan diteruskan dengan 100 mg intravena setiap 8 jam selama 24 jam atau sampai tidak ditemukan komplikasi.

Dianjurkan untuk melanjutkan terapi profilaksis yang biasanya didapat (kromolin, inhalasi kortikosteroid atau teofilin) selama persalinan. Prostaglandin E2 aman digunakan untuk induksi persalinan dan kontraksi uterus. Penggunaan prostglandin F2α didindikasikan untuk perdarahan postpartum tetapi dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Penggunaannya untuk induksi persalinan dan menstimulasi kontraksi uterus postpartum harus di hindarkan. Sebagai alternatif, oksitosin dapat diberikan karena tidak menyebabkan bronkokonstriksi Apabila ibu masih kuat untuk mengejan maka dilakukan tindakan forceps ataupun dengan vakum maupun induksi persalinan. Hal tersebut dilakukan bertujuan :

•Kepentingan bagi janin : keberadaan janin di dalam rahim yang terlalu lama (postmaturitas) akan membahayakan kondisinya. Hal ini antara lain karena fungsi plasenta akan menurun sehingga meracuni janin.

•Kepentingan bagi ibu : terhindar dari masalah yang dapat membahayakan nyawa ibu, seperti kematian janin dalam rahim.

Induksi dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan, atau dengan memecahkan kantung ketuban. Biasanya, setelah induksi dilaksanakan, maka proses persalinan akan mulai. Pasien akan merasakan kontraksi rahim, sampai bayi lahir dengan lancar.

Namun, ada kalanya setelah diinduksi pun proses persalinan belum berjalan lancar. Dokter biasanya akan menentukan kapan induksi harus diulang, yang berarti proses persalinan melalui vagina diteruskan. Atau, proses persalinan perlu dilakukan dengan operasi.

Yang jelas, selama diinduksi, pasien harus selalu dipantau, baik untuk mengawasi kondisi janin maupun ibunya.

Tak selalu perlu operasi. Pasien berhak memilih apa tindakan yang diinginkannya, sepanjang tidak membahayakan dirinya. Namun, dokter juga wajib memberitahu risiko yang mungkin dialami pasiennya. Pada kehamilan normal, di mana janin dan ibu dalam kondisi baik, maka operasi biasanya tidak dianjurkan dokter. operasi caesar sebenarnya hanya membantu mengeluarkan bayi tidak melalui jalan lahir. Bahkan, proses pemulihan pada operasi caesar relatif lebih lama dari proses persalinan biasa. Itu sebabnya, biasanya operasi baru akan dilakukan bila proses persalinan mengancam jiwa ibu dan/atau janinnya.

Faktor2 yang memperngaruhi kontraksi uterus reguler

His yang baik dan ideal meliputi :

1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.

4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

5. serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.


Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :

1. iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.

2. peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.

3. keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).

4. prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress


 

Pengukuran kontraksi uterus

  1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak
    cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
  2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
  3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).


 

References :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar