Senin, 28 Mei 2012

Skenario 3 Blok 6 part II


Tutorial Skenario 3 Blok 6 part II
Author : Didit
Skenario (Ftv) dapat diambil di komputer Amphi B atau hubungi Author.
Pembahasan :
  1. Immunodefisiensi
Adalah defek salah satu komponen sistem imun yang dapat menimbulkan penyakit berat bahkan fatal.
Tabel 1.1 pembagian immunodefisiensi
Pembagian immunodefisiensi
Immunodefisiensi non-spesifik
  1. Defisiensi komplemen
1.      Defisiensi komplemen kongenital
a)      Defisiensi inhibitor esterase C1
b)     Defisiensi C2 dan C4
c)      Defisiensi C3
d)     Defisiensi C5
e)      Defisiensi C6, C7 dan C8
2.      Defisiensi komplemen fisiologik
3.      Defisiensi komplemen didapat
a)      Defisiensi C1q,r,s
b)     Defisiensi C4
c)      Defisiensi C2
d)     Defisiensi C3
e)      Defisiensi C5-C8
f)       Defisiensi C8
  1. Defisiensi interferon dan lisozim
1.      Defisiensi interferon kongenital
2.      Defisiensi interferon dan lisozim didapat
  1. Defisiensi sel NK
1.      Defisiensi kongenital
2.      Defisiensi didapat
  1. Defisiensi sel fagosit
1.      Defisiensi kuantitatif
2.      Defisiensi kualitatif
a)      Chronic Granulomatous Disease
b)     Defisiensi Glucose-6-phospate dehydrogenase
c)      Defisiensi Mieloperoksidase
d)     Sindrom Chediak-Higashi
e)      Sindrom Job
f)       Sindrom leukosit malas (lazy leucocyte)
g)      Defisiensi adhesi leukosit
Immunodefisiensi Spesifik
  1. Defisiensi Kongenital atau Primer
1.      Defisiensi imun primer sel B
a)      X-linked Hypogamaglobulinemia
b)     Hypogamaglobulinemia sementara
c)      Common Variable Hypogamaglobulinemia
d)     Defisiensi Immunoglobulin yang selektif (disgamaglobulinemia)
2.      Defisiensi imun primer sel T
a)      Aplasi Timus kongenital (sindrom DiGeorge)
b)     Kandidiasis Mukokutan Kronik
3.      Defisiensi imun kombinasi sel B dan sel T yang berat
a)      Severe Combined Immunodeficiency Disease
b)     Sindrom Nezelof
c)      Sindrom Wiskott-Aldrich
d)     Ataksia Telangiektasi
e)      Defisiensi Adenosin Deaminase
  1. Defisiensi imun fisiologik
1.      Kehamilan
2.      Usia tahun pertama
3.      Usia lanjut
  1. Defisiensi didapat atau sekunder
1.      Malnutrisi
2.      Infeksi
3.      Obat, trauma, tindakan kateterisasi dan bedah
4.      Penyinaran
5.      Penyakit berat
6.      Kehilangan Ig/leukosit
7.      Stres
8.      Agamaglobulinemia dengan timoma
  1. AIDS

  1. AIDS
            Beberapa jenis virus dapat mengganggu respons imun dengan menekan fungsi sistem imun atau dengan menginfeksi sel sistem imun. Contoh fenomena yang baik adalah AIDS.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pada umumnya AIDS disebabkan oleh HIV-1, tetapi dibeberapa kasus di Afrika disebabkan oleh HIV-2 yang merupakan homolog dari HIV-1. Keduanya merupakan virus lenti yang menginfeksi sel limfosit T4 (CD4) yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV, makrofag dan jenis sel lainnya.
HIV terdiri dari HIV-1 dan HIV-2, keduanya berbeda dalam masa inkubasinya dan wilayah yang banyak terinfeksi, HIV-1 memiliki masa inkubasi lebih panjang daripada HIV-2 dan HIV-1 ditemukan hampir diseluruh dunia sedangkan HIV-2 hanya ditemukan di Afrika.
Transmisi virus terjadi melalui cairan tubuh yang terinfeksi seperti hubungan seksual, homoseksual, penggunaan jarum yang terkontaminasi, transfusi darah atau produk darah seperti hemofili dan bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV.

Pertanyaan : “mengapa homoseksual lebih tinggi resiko terkena HIV daripada heteroseksual?”
Jawab : “karena homoseksual memasukkan penis cenderung melalui anus, sedangkan anus tidak diciptakan untuk berhubungan seksual sehingga otomatis anus akan sobek dan HIV akan lebih gampang tertular melalui anus”.
Tabel 2.1 Contoh Virus yang menginfeksi sel sistem imun
Contoh Virus yang menginfeksi sel sistem imun
Sel
Virus
Akibat
Sel B

Sel T



Makrofag
Virus Epstein-Barr

Campak

Virus-1 sel leukemi manusia HIV
Dengue
Lassa
Marburg-Ebola
Transformasi dan aktifasi sel B poliklonal
Replikasi sel T yang diaktifkan
Limfoma sel T/leukemi
AIDS
Virus demam berdarah

  1. Struktur HIV
Struktur HIV-1 terdiri atas 3 gen : Gag gen (Group Antigen), Pol gen (Polymerase/Reverse Transcriptase), dan Env gen (Envelope/selubung lipid membran yang membantu proses penempelan pada hospes) yang mengkode struktur protein. Gen-gen lainnya terlibat dalam regulasi beberapa aspek replikasi virus yang terdapat dekat atau sepanjang terminal repeat sequences.
HIV-2 terdiri dari 2 fragmen kecil RNA yang berhubungan pada ujungnya, kemudian diliputi oleh protein inti (core).
Genom HIV terdiri dari 9749 Nukleotida yang juga sama dengan retrovirus lain. Mempunyai ekstra open reading yang mengkode dengan jelas protein-protein kecil. Pada orang yang terinfeksi HIV terdapat antibody protein-protein kecil tersebut. Genom HIV memiliki 9 open reading frames dengan hasil produk 15 protein. GAG gene dan POL gane berfungsi mentranslasi polyprotein yang besar menjadi protase.
Polyprotein GAG membelah menjadi 4 protein yang ditemukan dalam virus yang matur, yaitu : MA (Matrix), CA (Capsid), NC (Nucleocapsid) dan P6 (Protein 6).
POL Protein akan membelah menjadi 3 protein : PR (Protease), RT (Reverse Transcriptase), IN (Integrase). Semuanya ini berperan pada saat virus membelah diri.
Env gene berfungsi mentranslasikan polyprotein (Gp160) yang nanti akan membelah menjadi protease dan ditemukan dalam host cell (host cell protease = furin) yang ada pada badan golgi.
Gp 160 juga akan membelah menjadi SU (Gp 120) dan TM (Gp41) kemudian akan memelihara Gp 160 pada transmembran ketika Gp 120 berikatan dengan Gp41 melalui ikatan no-kovalen.
  1. Struktur Hidup Retrovirus
Partikel virus lengkap berinteraksi dengan membran sel hospes (Limfosit T), peleburan membran virus dengan membran (dinding) sel hospes yang kemudian diikuti masuknya komponen virion kedalam sitoplasma. Pembentukan pita DNA yang sesuai dengan RNA virusnya dengan bantuan Reverse Transcriptase RNA terdegradasi dan terbentuklah pita DNA yang kedua.
DNA yang berpita rangkap bergerak ke inti sel dan membentuk struktur lingkaran, kemudian DNA tersebut menempatkan diri secara acak dan masuk kedalam kromosom sel hospes, DNA virus ditranskripsikan menjadi RNA yang selanjutnya ditranslasikan menjadi protein pada ribosom sel hospes didalam sitoplasma, Protein dan RNA Viral yang baru dibentuk tersebut bergabung dan menonjolkan diri keluar, virion baru mengandung bahan lipid membran luar sel.
  1. Replikasi Virus
Pertama terjadi perikatan reseptor HIV (gp120 dengan reseptor CD4) kemudian setelah terjadi kecocokan reseptor, namun juga ada bantuan dari co-reseptor CXCR4 (dari sel limfosit T dan CCR5 (makrofag)), kemudian gp41 merusak dari membran sel hospes dan kemudian menyatu dengan membran hospesnya dan mengalami replikasi didalam sel hospesnya lalu keluar menghasilkan virus baru yang kemudian menginfeksi sel lainnya.
Lentivirus bergabung dengan genom sel hospes dan dikenal dengan provirus pada kasus yang sama seperti retrovirus yang lain. HIV yang menginfeksi sel dapat dominasi dalam waktu beberapa tahun dan menimbulkan infeksi sepanjang masa.
Virus HIV suatu saat dapat beraktifasi dan menghasilkan sel virus yang banyak, dan merusak sel. HIV tidak dapat ditransmisi melalui kuman, dan harus bertemu dengan sel yang sesuai.
Tabel 2.2 Perjalanan penyakit pada HIV
Perjalanan penyakit pada HIV
1)      Transmisi virus
2)      Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut) 2-6 minggu
3)      Serokonversi
4)      Infeksi kronik asimptomatik (5-10 tahun)
5)      Infeksi kronik simptomatik
6)      AIDS (CD4 < 200/mm3), infeksi oportunistik
7)      Infeksi HIV lanjut (CD4 < 50/mm3)

Tabel 2.3 Ciri Klinis Infeksi HIV
Ciri Klinis Infeksi HIV
Fase Penyakit
Ciri Klinis
Penyakit HIV akut

Periode klinis laten
AIDS
Demam, sakit kepala, sakit tenggorok dengan faringitis, limfadenopati umum, ruam kulit
Jumlah sel CD4 menurun
Infeksi oportunistik :
Protozoa (T. Kriptosporidium)
Bakteri (M.Avium, nokardia, salmonella)
Jamur (kandida, K. Neoformans, H. Kapsulatum, pneumocystis)
Virus (CMV, herpes simpleks, varisela-zoster)
Tumor :
Limfoma (EBV-limfoma yang berhubungan dengan sel B)
Sarkoma Kaposi
Ensefalopati
Wasting syndrome

  1. Pengobatan
Obat antiretroviral dalam perkembangan
a)      NRTI
Obat golongan ini menghambat replikasi (penggandaan) HIV dengan menghalangi enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV menjadi DNA. Langkah ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dipadukan dengan kode genetik sel yang terinfeksi HIV. NRTI atau analog nukleosida meniru bahan yang dipakai oleh reverse transcriptase untuk membuat DNA sehingga DNA yang dibuat adalah cacat dan tidak dapat dipadukan dalam DNA sel induk.
b)     NNRTI
Obat golongan ini menghambat replikasi (penggandaan) HIV dengan menghalangi enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV menjadi DNA. Langkah ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dipadukan dengan kode genetik sel yang terinfeksi HIV. NNRTI menghindari pembuatan DNA oleh reverse transcriptase.
c)      Protease Inhibitor (PI)
Obat golongan ini menghambat enzim protease. Saat bibit virus baru dirakit, enzim protease memotong serat protein yang panjang sesuai kebutuhan untuk membuat virus matang. Bila kegiatan protease dihambat, virus baru yang matang tidak dapat dibuat.
d)     Attachment dan Fusion Inhibitor
Golongan obat ini adalah baru. Obat golongan ini bermaksud untuk melindungi sel dari infeksi oleh HIV melalui pencegahan pengikatan virus pada sel dan menembus selaput yang melapisi sel. Para peneliti berharap obat ini dapat mencegah infeksi pada sel oleh virus bebas (dalam darah) atau oleh kontak dengan sel yang sudah terinfeksi.
e)      Obat Antiretroviral lain
Terapi Gen
Beberapa produk dikembangkan untuk mengganggu gen yang dipakai oleh HIV
HGTV43 dari Enzo Biochem adalah terapi “antisense” yang dirancang untuk membuat sel CD4 yang kebal terhadap infeksi oleh HIV. Obat ini dalam uji coba klinis fase I.
M87o dari EUFETS AG adalah terapi gen yang membuat sel CD4 kebal terhadap infeksi HIV. Obat ini dalam uji coba klinis fase I.
Author : Didit
REFERENSI :
  • G. B Karnen, Rengganis, Iris. Imunologi Dasar edisi 8: FKUI: 2009
  • 2008, MISC. Hippocratic. Anita FC: 2008
  • 2009, MISC. Stovamesis. Anita FC: 2009
  • 2010, MISC. Gammanesis. Anita FC: 2010
  • Hayati, dr. Nur. Module of Immunity and Infection: 2011
  • Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 10: EGC: 2011
  • http://spiritia.or.id      

1 komentar: