Senin, 28 Mei 2012

Skenario 3 blok 18 (Pre-eklamsia)

Definisi

1. Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba,  1998 ).

2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000)

4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).


 


 

Etiologi

Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :

• Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.

• Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

• Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.

• Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.


 

Patofisiologi Preeklamsia

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.


 

Klasifikasi Preeklampsia

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

Preeklampsia Ringan :

•   Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

•   Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.

•   Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.

Preeklampsia Berat

•   Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

•   Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

•   Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

•   Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.

•   Terdapat edema paru dan sianosis.


 

Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

  1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

•           Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

•           Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

•           Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

•           Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

•           LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

•           Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

•           Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )

•           Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )

o          Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

  1. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.


 

Penatalaksanaan

Untuk PE ringan

PE berat

Ada juga jenis antihipertensi lain yang dapat diberikan adalah:


 

a) Hidralazin: dimulai dengan 5 mg intravena atau 10 mg intramuskuler, jika tekanan darah tidak terkontrol diulangi tiap 20 menit, jika tidak berhasil dengan 20 mg dosis 1 kali pakai secara intravena atau 30 mg intramuskuler dipertimbangkan penggunaan obat lain. Mekanisme kerjanya dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga terjadi penurunan tahanan perifer. Jika diberikan secara intravena efeknya terlihat dalam 5-15 menit. Efek sampingnya adalah sakit kepala, denyut jantung cepat dan perasaan gelisah, hidralazin termasuk dalam kategori C keamanan penggunaannya pada wanita hamil belum ditetapkan).


 

b) Labetalol: termasuk dalam beta bloker, mekanismenya menurunkan tahanan perifer dan tidak menurunkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Obat ini dapat diberikan secara peroral maupun intravena yang dimulai dengan 20 mg secara intravena, jika efek kurang optimal diberikan 40 mg 10 menit kemudian, penggunaan maksimal 220 mg, jika level penurunan tekanan darah belum dicapai obat dihentikan dan dipertimbangkan penggunaan obat lain, "dihindari pemberian Labetalol untuk wanita dengan asma atau gagal jantung kongestif" (Anonim, 2000), jika diberikan secara intravena efeknya terlihat dalam 2-5 menit dan mencapai puncaknya setelah 15 menit, obat ini bekerja selama 4 jam (Roeshadi, 2006). Labetalol termasuk dalam kategori C (keamanannya pada wanita hamil belum ditetapkan).


 

c) Beta-bloker (Atenolol, Metoprolol, Nadolol, Pindolol, Propranolol), obat obat tersebut berhubungan dengan peningkatan insiden dari kemunduran intrauterine fetalgrowth dan tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang pada kehamilan, dosis Propranolol biasa digunakan >160 mg/hari (Saseen dan Carter, 2005).


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar