Selasa, 05 April 2011

MATERI PRAKTIKUM HEMATOLOGI 1

Wah baru pertama ni ya bahas soal praktikum. Santai med, pembahasan nya gak sama plek kayak yang di buku kok. Kami cuma coba membantu membahasa Indonesia kan dan menulis apa yang mungkin bisa jadi pertanyaan buat pre-test nya, jadi kayak semacam prediksi soal gitu deh..hahaha..cekidot
A.       
       PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
1.      1. Visual Colorimetric
a.      Talquis
b.      Spencer
c.       Hadden Houser
d.      Sahli
2.      2. Colorimeter/Photoelectric

Metode Sahli
Alat dan Bahan
  •           Pipet Sahli
  •          Hemoglobinometer Sahli
  •          Spatula kaca
  •           HCL 0.1 N
  •           Aquades
  •           Pipet untuk distilled water
     Sampel 
                             Darah kapiler

                             Darah vena
Note
Metode Sahli keakurasian nya masih dibawah Sianmethmoglobin, tetapi masih jauh lebih baik daripada metode Talquis.

Kemungkinan eror sebanyak 10 persen. Eror mungkin terjadi karena

berdasarkan kondisi alat: volume pipet yang tidak akurat, warna tidak jelas pada wadah standar

berdasarkan teknik: perbedaan ketajaman penglihatan, pencahayaan yang sedikit, ada udara dalam pipet, darah yang tidak dibersihkan pada ujung pipet, timing tidak akurat menyebabkan komposisi acid-hematin.

Hasil hemoglobin rendah dimungkinkan karena setelah di tusuk, darah dikeluarkan dengan di pijit/ditekan.

Sianmethmoglobin

K3Fe(Cn)6 akan merubah hemoglobin menjadi methmoglobin yang nanti nya akan menjadi hemoglobin sianida (HiCN) diakrenakan KCN. KH2PO4 ditambahkan untuk mengontrol keasaman. Tujuan ditambahkannya deterjen non-ionik adalah untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN. Dengan metode ini perubahan dri Hb menjadi HiCN hanya 3 menit. Diukur dalam gelombang cahaya 540 nm .

Larutan drabkin (KCN, K3Fe(Cn)6, KH2PO4, aquades2, deterjen non-ionik) bertahan selama 3 minggu 
 sampai 1 bulan. Simpan dalam botol coklat dan tempat sejuk.

Sumber Kesalahan:
  1.       Stasis vena menyebabkan kadar Hb meninggi, penggunaan darah kapiler menyebabkan Hb terbaca  rendah karena kontaminasi cairan jaringan.
  2.       Terjadi bekuan darah
  3.      Spektofotometer kurang baik
  4.      Darah yang lipemik menjadikan hasil yang lebih tinggi
  5.      Adanya leukositosis berat (>50.000/ul)
Nilai rujukan bisa dilihat di buku.
B.       
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan. Dimampatkan dengan cara dipusingkan pada kecepatan dan waktu tertentu.
a.      a.  Metode makro yang menggunakan tabung Wintrobe
b.      b. Metode mikro yang menggunakan tabung kapiler

Metode mikro lebih banyak digunakan karena waktu pemusingan yang pendek dan hanya menggunakan sampel yang sedikit.

Metode mikro-hematokrit

Pada anemia makrositik terdapat sedikit kenaikan jumlah plasma, dengan adanya sferosit pada sferositosis, thalasemia, anemia hipokromik dan sel sabit peningkatan volume plasmanya lebih tinggi.
-            - Prinsip pemeriksaan

Darah EDTA atau kapiler dipusingkan, sel-sel eritrositnya akan dimampatkan. Tingginya kolom eritrosit diukur dinyatakan dalam % darah tersebut.

Alat
  •       Tabung kapiler hematokrit ukuran 75mm, diameter 1mm. Ada yang berisi heparin dan ada yang tidak berisi anti-koagulan untuk darah anti-koagulan misalnya EDTA.
  •       Semen untuk menutup ujung tabung hematokrit
  •       Alat sentrifus khusus hematokrit berkapasitas putar 11.000-15.000 rpm.
  •       Alat baca/skala mikro-hematokrit
Sumber kesalahan
  • 1.      Pengelolaan spesimen: bila menggunakan antikoagulan oksalat hasil terlalu rendah
  • 2.      Kesalahan teknis: cara menutup ujung tabung hematokrit kurang sempurna, putaran sentrifis tidak cukup atau setelah selesai tidak segera dibaca.

C.      JUMLAH ERITROSIT

Untuk menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis, darah dienerkan dalam larutan pengencer isotonik. Nama bilik hitungnya tu bilik hitung Improved Neubaur. Larutan yang untuk mengencerkan bisa Larutan Hayem (Na sulfat, Na klorid, Merkuri klorid, akuades). Pada keadaan hiperglobulinemia larutan ini tidak dapat digunakan karena akan mengakibatkan presitipasi protein, rouleaux, aglutinasi. Larutan Gower (Na sulfat, asam asetat glasial, akuades), larutan ini mencegah roleaux eritrosit. Roleaux tu eritrosit nya jadi gandengan memanjang gitu. Selain dua diatas juga bisa digunakan Na klorid 0,85%

Sampel berasal dari  darah EDTA atau darah kapiler.

Sumber kesalahan
1.      Kesalahan spesimen: bila hitung eritrosit terlalu tinggi (misal polisitemia). Darah perlu diencerkan lgi.
Bila hitung terlalu rendah maka sebaliknya diatas
2.      Kesalahan alat: larutan pengencer tercemar darah atau lainnya
Alat-alat yang digunakan kotor
3.      Kesalahan teknis: terlalu lama dalam bilik hitung, aglutinasi

Kesalahan manual sebesar 20%.
D.      INDEKS ERITROSIT

Indeks eritrosit tu med semacam MCV, MCH, MCHC. Uda jelas kan ya di tutorial kemaren. Kalo kurang jelas ya coba dibuka di skenario 1 part II. Cara hitungnya uda jelas, tapi yang beda disini tu batas normalnya. MCV normalnya 76-96 fl (fentoliter), MCH normalnya 26-34 pg (pikogram), MCHC  normalnya 31-37% (g/dL)
Sumber kesalahan: kesalahan indeks eritrosit yang dihitung dari hitung eritrosit manual, ketepatannya kurang objektif, sehingga MCV dan MCH ketepatannya berkurang

Oke med cukup sekian pembahasan praktikum kita. Untuk yang belum dicantumkan dapat dilihat di buku modul. Sukses ya praktikum nya memed-memed sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar