Author: Amina
JURNAL TENTANG EDEMA DOWNLOAD DISINI
1. Tekanan Hidrostatik dan Tekanan
Onkotik pada Edema
Tekanan
hidrostatik adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah dan gerakan masuknya
kedalam kaplsula bowman,dimana kapsula bowman merupakan gerakan masuknya cairan
sebagai filtrasi glomerulus. Sedangkan tekanan osmotik adalah tekanan dari
filtrasi kapsula bowman yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada
membrane semipermiabel sebagai usaha untuk menembus membran masuk kedalam area
yang lebih banyak mengandung molekul yang tidak dapat melewati membran
(protein,lemak,dll).
Pembuluh
darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi
dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor
yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler
dan sel yaitu :
•
Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis
adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke
daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan
zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan
atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda
dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin
trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan
natrium.
Natrium
tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian
cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian
itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang
dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan
tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses
perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi.
Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun
keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut
keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Sekitar sepertiga cairan tubuh total terdapat
di ruang ekstraseluler. Kompartemen ini, sebaliknya, terdiri dari volume plasma
dan ruang interstisial. Normalnya, volume plasma mewakili 25 persen ruang
ekstraseluler, dan sisanya adalah cairan interstisial. Tekanan yang mengatur
disposisi cairan antara dua komponen dari kompartemen ekstraseluler sering dianggap
sebagai tekanan Starling. Tekanan hidrostatik dalam sistem vaskuler dan tekanan
onkotik koloid cairan insterstisial cenderung menyebabkan gerakan cairan dari
vaskuler ke ruang ekstravaskuler. Sebaliknya, tekanan onkotik koloid disalurkan
oleh protein plasma dan tekanan hidrostatik dalam cairan interstisial, dianggap
sebagai tegangan jaringan, menyebabkan gerakan cairan ke dalam kompartemen
vaskuler. Sebagai akibatnya, terdapat gerakan cairan dan bahan-bahan yang
terlarut yang dapat berdifusi dari ruang vaskuler pada ujung arteriola kapiler.
Cairan dikembalikan dari ruang interstisial ke dalam sistem vaskuler pada ujung
vena kapiler dan melalui jalan limfatik, dan kecuali jika saluran ini
terseumber, aliran limfa cenderung meningkat jika terdapat gerakan cairan dari
kompartemen vaskuler ke interstisium. Tekanan ini biasanya seimbang sehingga
keadaan yang menetap ada pada besaran kompartemen interstisial dan
intravaskuler, sedang pertukaran besar di antara keduanya tetap terjadi. Akan tetapi,
jika ada perubahan yang cukup mencolok pada salah satu tekanan onkotik atau
hidrostatik, gerakan murni cairan dari satu komponen ruang ekstraseluler ke
ruang yang lain akan terjadi.
2. Skema Terjadinya Edema
3. Pendekatan Kepada Pasien Edema
Pertanyaan penting pertama adalah apakah edema
tersebut setempat (lokalisata) ataukah menyeluruh (generalisata). Jika
lokalisata, dokter harus memusatkan perhatian kepada fenomena yang menjadi
penyebabnya. Edema lokalisata mencakup keadaan hidrotoraks, asites atau
keduanya. Kedua keadaan ini dapat terjadi akibat obstruksi vena atau limfatik
setempat seperti pada penyakit inflamasi atau karsinoma.
Jika edem terjadi menyeluruh (generalisata),
dokter harus menentukan pertama-tama apakah terdapat hipoalbuminemia dengan
derajat yang signifikan, misalnya konsentrasi albumin serum kurang dari
2,5g/dL. Jika ada, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan jasmani, urinalisis dan
data-data dari pemeriksaan penunjang lainnya akan membantu mengevaluasi
persoalan sirosis, malnutrisi berat, protein-losing gastroenteropathy atau
sindrom nefrotik sebagai kelainan yang mendasari. Jika tidak terdapat
hipoproteinemia, dokter harus menentukan apakah ditemukan bukti yang
menunjukkan gagal jantung kongestif dengan intensitas yang meningkatkan
terjadinya edema generalisata. Akhirnya, dokter harus menentukan apakah pasien
memperlihatkan curah urin yang signifikan atau bahkan anuria.
4. Obat Lasix untuk Edema
Lasix merupakan obat yang mengadung furosemide.
Furosemide adalah obat golongan diuretic, yang dapat mencegah tubuh dari
menyerap terlalu banyak garam. Furosemid diberikan untuk membantu mengobati
retensi cairan (edema) dan pembengkakan yang disebabkan oleh kegagalan jantung
kongestif, pennyakit hati, penyakit ginjal, atau kondisi medis lainnya. Obat ini
bekerja dengan bertindak pada ginjal untuk meningkatkan aliran urin. Jika dikonsumsi
untuk waktu yang lama, jantung dan arteri mungkin tidak berfungsi dengan baik.
kondisi tersebut dapat merusak pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal,
mengakibatkan stroke, gagal jantung atau gagal ginjal.
Indikasi
a.
Tablet:
-
Edema
karena gangguan jantung
-
Edema
karena gangguan hati
-
Edema
karena gangguan ginjal
- Edema
karena luka bakar
-
Hipertensi
ringan hingga sedang
b. Injeksi:
-
Edema
karena penyakit jantung
-
Edema
karena penyakit hati (asites)
-
Edema
karena penyakit ginjal
- Insufisiensi
jantung akut, terutama pada edema paru
-
Edema
karena luka bakar
-
Untuk
mendukung diuresis paksa pada kasus keracunan
Dosis
a.
Tablet:
-
Dewasa
Awal: 20-80 mg/hari
Pemeliharaan: 20-40 mg/hari
- Bayi
dan anak
2 mg/kg berat tubuh. Max 40 mg/hari
b.
Injeksi:
-
Dewasa
dan anak lebih dari 15 tahun
Awal: 20-40 mg intravena atau intramuscular
dalam kasus luar biasa dapat diulang dalam 2 jam jika diperlukan dan meningkat
sebesar 20 mg/dosis sampai efek yang diinginkan telah didapatkan
-
Edema
paru akut
Awal: 20 mg intravena diikuti oleh
20-40 mg 20 menit kemudian jika diperlukan
-
Diuresis
paksa
20-40 mg selain infus elektrolit
-
Bayi
dan anak
1 mg/kg berat tubuh. Max 20 mg/hari
Efek Samping
Kehilangan Ca, K, Na, gangguan GI,
nefrokalsinosis pada bayi premature, metabolic alkalosis, diabetes. Jarang:
syok anafilaktik, depresi sumsum tulang, reaksi alergi, pankreatitis akut,
gangguan pendengaran.
Sumber:
-
Harrison:
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam
- http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/cairan-tubuh-air-h20-merupakan-komponen.html
(diakses pada Senin, 21 April 2014 pukul 07:19)
- http://www.apotikantar.com/lasix_40_mg_tablet
(diakses pada Senin, 21 April 2014 pukul 07:53)
- http://health.detik.com/read/2011/12/29/062613/1801920/769/1/lasix-obat-untuk-atasi-edema
(diakses pada Senin, 21 April 2014 pukul 07:53)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar