Minggu, 20 April 2014

Skenario 4 Blok 5 Part 2

Author: Amina


JURNAL TENTANG EDEMA DOWNLOAD DISINI


1.       Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Onkotik pada Edema
Tekanan hidrostatik adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah dan gerakan masuknya kedalam kaplsula bowman,dimana kapsula bowman merupakan gerakan masuknya cairan sebagai filtrasi glomerulus. Sedangkan tekanan osmotik adalah tekanan dari filtrasi kapsula bowman yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membrane semipermiabel sebagai usaha untuk menembus membran masuk kedalam area yang lebih banyak mengandung molekul yang tidak dapat melewati membran (protein,lemak,dll).
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Diffusi
Filtrasi
• Osmosis
Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
Konsenterasi
• Potensial listrik
Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Sekitar sepertiga cairan tubuh total terdapat di ruang ekstraseluler. Kompartemen ini, sebaliknya, terdiri dari volume plasma dan ruang interstisial. Normalnya, volume plasma mewakili 25 persen ruang ekstraseluler, dan sisanya adalah cairan interstisial. Tekanan yang mengatur disposisi cairan antara dua komponen dari kompartemen ekstraseluler sering dianggap sebagai tekanan Starling. Tekanan hidrostatik dalam sistem vaskuler dan tekanan onkotik koloid cairan insterstisial cenderung menyebabkan gerakan cairan dari vaskuler ke ruang ekstravaskuler. Sebaliknya, tekanan onkotik koloid disalurkan oleh protein plasma dan tekanan hidrostatik dalam cairan interstisial, dianggap sebagai tegangan jaringan, menyebabkan gerakan cairan ke dalam kompartemen vaskuler. Sebagai akibatnya, terdapat gerakan cairan dan bahan-bahan yang terlarut yang dapat berdifusi dari ruang vaskuler pada ujung arteriola kapiler. Cairan dikembalikan dari ruang interstisial ke dalam sistem vaskuler pada ujung vena kapiler dan melalui jalan limfatik, dan kecuali jika saluran ini terseumber, aliran limfa cenderung meningkat jika terdapat gerakan cairan dari kompartemen vaskuler ke interstisium. Tekanan ini biasanya seimbang sehingga keadaan yang menetap ada pada besaran kompartemen interstisial dan intravaskuler, sedang pertukaran besar di antara keduanya tetap terjadi. Akan tetapi, jika ada perubahan yang cukup mencolok pada salah satu tekanan onkotik atau hidrostatik, gerakan murni cairan dari satu komponen ruang ekstraseluler ke ruang yang lain akan terjadi.


2.       Skema Terjadinya Edema


3.       Pendekatan Kepada Pasien Edema
Pertanyaan penting pertama adalah apakah edema tersebut setempat (lokalisata) ataukah menyeluruh (generalisata). Jika lokalisata, dokter harus memusatkan perhatian kepada fenomena yang menjadi penyebabnya. Edema lokalisata mencakup keadaan hidrotoraks, asites atau keduanya. Kedua keadaan ini dapat terjadi akibat obstruksi vena atau limfatik setempat seperti pada penyakit inflamasi atau karsinoma.
Jika edem terjadi menyeluruh (generalisata), dokter harus menentukan pertama-tama apakah terdapat hipoalbuminemia dengan derajat yang signifikan, misalnya konsentrasi albumin serum kurang dari 2,5g/dL. Jika ada, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan jasmani, urinalisis dan data-data dari pemeriksaan penunjang lainnya akan membantu mengevaluasi persoalan sirosis, malnutrisi berat, protein-losing gastroenteropathy atau sindrom nefrotik sebagai kelainan yang mendasari. Jika tidak terdapat hipoproteinemia, dokter harus menentukan apakah ditemukan bukti yang menunjukkan gagal jantung kongestif dengan intensitas yang meningkatkan terjadinya edema generalisata. Akhirnya, dokter harus menentukan apakah pasien memperlihatkan curah urin yang signifikan atau bahkan anuria.
4.       Obat Lasix untuk Edema
Lasix merupakan obat yang mengadung furosemide. Furosemide adalah obat golongan diuretic, yang dapat mencegah tubuh dari menyerap terlalu banyak garam. Furosemid diberikan untuk membantu mengobati retensi cairan (edema) dan pembengkakan yang disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif, pennyakit hati, penyakit ginjal, atau kondisi medis lainnya. Obat ini bekerja dengan bertindak pada ginjal untuk meningkatkan aliran urin. Jika dikonsumsi untuk waktu yang lama, jantung dan arteri mungkin tidak berfungsi dengan baik. kondisi tersebut dapat merusak pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal, mengakibatkan stroke, gagal jantung atau gagal ginjal.
                Indikasi
a.       Tablet:
-          Edema karena gangguan jantung
-          Edema karena gangguan hati
-          Edema karena gangguan ginjal
-          Edema karena luka bakar
-          Hipertensi ringan hingga sedang
b.      Injeksi:
-          Edema karena penyakit jantung
-          Edema karena penyakit hati (asites)
-          Edema karena penyakit ginjal
-          Insufisiensi jantung akut, terutama pada edema paru
-          Edema karena luka bakar
-          Untuk mendukung diuresis paksa pada kasus keracunan
Dosis
a.       Tablet:
-          Dewasa
Awal: 20-80 mg/hari
Pemeliharaan: 20-40 mg/hari
-          Bayi dan anak
2 mg/kg berat tubuh. Max 40 mg/hari
b.      Injeksi:
-          Dewasa dan anak lebih dari 15 tahun
Awal: 20-40 mg intravena atau intramuscular dalam kasus luar biasa dapat diulang dalam 2 jam jika diperlukan dan meningkat sebesar 20 mg/dosis sampai efek yang diinginkan telah didapatkan
-          Edema paru akut
Awal: 20 mg intravena diikuti oleh 20-40 mg 20 menit kemudian jika diperlukan
-          Diuresis paksa
20-40 mg selain infus elektrolit
-          Bayi dan anak
1 mg/kg berat tubuh. Max 20 mg/hari
                Efek Samping
Kehilangan Ca, K, Na, gangguan GI, nefrokalsinosis pada bayi premature, metabolic alkalosis, diabetes. Jarang: syok anafilaktik, depresi sumsum tulang, reaksi alergi, pankreatitis akut, gangguan pendengaran.


Sumber:
-          Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam
-         http://www.apotikantar.com/lasix_40_mg_tablet (diakses pada Senin, 21 April 2014 pukul 07:53)
-      http://health.detik.com/read/2011/12/29/062613/1801920/769/1/lasix-obat-untuk-atasi-edema (diakses pada Senin, 21 April 2014 pukul 07:53)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar