Kamis, 10 April 2014

Artikel tentang obesitas pada remaja
Author : Cece
Dewasa ini banyak sekali kita temukan orang-orang dengan berat badan yang berlebihan sehingga kelihatan tidak proporsional dengan tinggi badan mereka. Saat ini di masyarakat, banyak orang yang kurang peduli dengan masalah berat badan, padahal berat badan berlebih bisa mengakibatkan banyak hal yang justru merugikan diri mereka sendiri, termasuk dalam hal kesehatan. Masalah berat badan ini juga sangat mungkin diderita oleh remaja! Salah satu masalah berat badan adalah obesitas.
Obesitas bisa terjadi karena berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan. Tetapi sebelumnya harus diketahui bahwa tidak semua ketidakseimbangan tersebut langsung kita vonis sebagai obesitas. Oleh karena itu, yuk kita kenal lebih jauh apa yang dimaksud dengan obesitas, terutama pada remaja. Obesitas menurut kamus kedokteran memiliki arti penumpukan atau akumulasi berlebihan lemak pada tubuh, sehingga terjadi peningkatan berat badan yang tidak sesuai dengan usia, tinggi badan dan struktur tulang. Salah satu standar obesitas yang umum digunakan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 kg/m².
 Faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sebagai berikut: Pola makan. Banyaknya asupan kalori, gula dan lemak yang dimakan oleh remaja seperti makanan siap saji dan gula-gula menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kenaikan berat badan. Kurangnya olah raga. Kenaikan berat badan juga dipicu dengan kurangnya olah raga karena tidak ada aktivitas yang membakar lemak. Riwayat keluarga. Jika remaja tersebut lahir dari keluarga yang memiliki masalah kelebihan berat badan, kebanyakan remaja tersebut juga memiliki masalah yang sama.
Hal ini diperberat dengan ketersediaan makanan kalori tinggi dan aktivitas fisik yang kurang yang biasanya adalah contoh dari keseharian keluarga. Faktor psikologis. Remaja dengan stres tinggi atau masalah yang berkaitan dengan emosi cenderung mendorong mereka untuk makan lebih banyak. Faktor keluarga. Kebiasaan dalam keluarga yang cenderung mengkonsumsi makanan kalori tinggi dan banyak gula cenderung memiliki anak dengan masalah berat badan. Jika obesitas ini dibiarkan maka akan timbul akibat-akibat negatif yang akan diderita oleh remaja tersebut. Akibat-akibat tersebut di antaranya bahwa obesitas berkaitan dengan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi. Remaja obesitas memiliki kondisi prediabetes, kondisi kadar gula darah berada pada level risiko tinggi untuk menjadi diabetes. Obesitas juga menyebabkan masalah pada tulang dan sendi. Remaja yang obesitas cenderung akan tetap obesitas saat dewasa, sehingga risiko yang ditimbulkan tetap terbawa sampai dewasa. Selain itu, masalah psikologis seperti diolok-olok oleh teman di lingkungan yang sama juga sering diderita oleh remaja dengan obesitas. Pencegahan untuk masalah kesehatan ini tentu saja dapat kita lakukan. Dengan mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan obesitas, kita dapat memodifikasi faktor risiko tersebut. Kita dapat menerapakan pola hidup sehat termasuk diantaranya membiasakan untuk makan makanan yang sehat.
Makanan sehat bukan hanya berarti bersih dan aman dikonsumsi tetapi perhatikan pula kalori dan gula yang terkandung dalam makanan tersebut. Perlu diingat, makanan segar tetap lebih baik dibanding makanan beku ataupun makanan cepat saji, karena cenderung memiliki kadar lemak yang lebih rendah. Selain menerapkan pola makan yang sehat, jangan lupa untuk membiasakan diri melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan sehat pada remaja ini tidak lepas dari peran banyak pihak termasuk diantaranya peran serta keluarga, komunitas di sekolah, industri minuman dan makanan, media hiburan, bahkan peran serta pemerintah dan penyedia layanan kesehatan yang penting untuk mencegah hal ini.
Obesitas kini sudah menjadi ancaman baru bagi dunia,terutama pada kalangan remaja. prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Menurut laporan WHO 2003, 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Indonesia sendiri sekitar 1,5-5% menderita obesitas. Hampir 10 dari setiap 100 orang penduduk kota besar, seperti Jakarta, menderita obesitas. Saat ini diperkirakan lebih dari 6 juta wanita Indonesia menderita obesitas (Depkes, 2004).
Meningkatnya prevalensi penderita obesitas tidak dipungkiri karena telah berubahnya pola makan,dan semakin majunya teknologi yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.Perubahan pola makan remaja Indonesia yang kini lebih memilih makanan siap saji (fast food) daripada makanan traditional.Semakin banyaknya iklan di televisi tentang makanan cepat saji juga menyebabkan keinginan para remaja untuk mencoba makanan ini.Junk food mengandung tinggi kalori, kaya lemak trans, tinggi natrium dan rendah serat yang merupakan penyebab dari hipertensi,diabetes tipe 2,serta penyakit jantung koroner.Tidak hanya merugikan kesehatan,obesitas juga menurunkan kepercayaan pada diri remaja. Remaja putri dengan obesitas yang memiliki harga diri rendah akan mengalami kecemasan dan perasaan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya.
Semakin majunya teknologi semakin rendah pula aktifitas yang dilakukan oleh para remaja . Remaja lebih memilih bermain playstation,komputer atau menonton televisi dari pada berolahraga .Sehingga energi dari asupan setiap hari berlebih nantinya akan ditimbun menjadi lemak,terutama pada bagian perut.Semakin banyaknya lemak yang tertimbun didalam tubuh meningkatkan pula resistensi insulin sehingga meningkatkan resiko diabetes tipe 2 yang kini banyak menyerang para remaja Indonesia.
 Bukan perkara mudah memang untuk merubah kebiasaan buruk tersebut,terutama pada remaja yang masih mudah terpengaruh sama lingkungan sekitar.Yang terpenting adalah niat untuk merubah semua kebiasaan buruk tersebut dan dukungan keluarga . Makan makanan traditional rasanya lebih enak dan bernutrisi dari pada makanan siap saji.Melakukan aktifitas positif seperti berolahraga lebih bermanfaat untuk kesehatan dan pikiran daripada hanya duduk diam menonton televisi dan bermain playstation di rumah bukan ?
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.
Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.
Tabel Klasifikasi BMI
Klasifikasi
BMI (kg/m2)

Underweight
<18.50

Berat
<16.00

Menengah
16.00 - 16.99

Ringan
17.00 - 18.49

Batas Normal
18.50 - 24.99
Overweight
≥25.00

Pre-obesitas
25.00 - 29.99

Obesitas
≥30.00

Obesitas I
30.00 - 34-99

Obesitas II
35.00 - 39.99
Obesitas III
≥40.00

Sumber: Diadaptasi dari WHO
Obesitas, Masalah Sensitif bagi Remaja
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan.
Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas.
Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.
Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
  • Perubahan Pola Makan (Diet)
    Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
    Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.
  • Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.
  • Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
  • Obat Antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
    • Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
    • Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
    • Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:
    • Sibutramin
      Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
      Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.
      Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
    • Orlistat
      Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.
      Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.
      Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin.
  • Tindakan Pembedahan
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna.
Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
    • Nilai BMI 40 atau lebih.
    • Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar