Artikel tentang obesitas pada remaja
Author
: Cece
Dewasa ini banyak
sekali kita temukan orang-orang dengan berat badan yang berlebihan sehingga
kelihatan tidak proporsional dengan tinggi badan mereka. Saat ini di
masyarakat, banyak orang yang kurang peduli dengan masalah berat badan, padahal
berat badan berlebih bisa mengakibatkan banyak hal yang justru merugikan diri
mereka sendiri, termasuk dalam hal kesehatan. Masalah berat badan ini juga
sangat mungkin diderita oleh remaja! Salah satu masalah berat badan adalah
obesitas.
Obesitas bisa terjadi
karena berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan. Tetapi sebelumnya
harus diketahui bahwa tidak semua ketidakseimbangan tersebut langsung kita
vonis sebagai obesitas. Oleh karena itu, yuk kita kenal lebih jauh apa yang
dimaksud dengan obesitas, terutama pada remaja. Obesitas menurut kamus
kedokteran memiliki arti penumpukan atau akumulasi berlebihan lemak pada tubuh,
sehingga terjadi peningkatan berat badan yang tidak sesuai dengan usia, tinggi
badan dan struktur tulang. Salah satu standar obesitas yang umum digunakan
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 kg/m².
Faktor-faktor yang diketahui dapat
mempengaruhi terjadinya obesitas adalah sebagai berikut: Pola makan. Banyaknya
asupan kalori, gula dan lemak yang dimakan oleh remaja seperti makanan siap
saji dan gula-gula menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kenaikan
berat badan. Kurangnya olah raga. Kenaikan berat badan juga dipicu dengan
kurangnya olah raga karena tidak ada aktivitas yang membakar lemak. Riwayat
keluarga. Jika remaja tersebut lahir dari keluarga yang memiliki masalah
kelebihan berat badan, kebanyakan remaja tersebut juga memiliki masalah yang
sama.
Hal ini diperberat
dengan ketersediaan makanan kalori tinggi dan aktivitas fisik yang kurang yang
biasanya adalah contoh dari keseharian keluarga. Faktor psikologis. Remaja
dengan stres tinggi atau masalah yang berkaitan dengan emosi cenderung
mendorong mereka untuk makan lebih banyak. Faktor keluarga. Kebiasaan dalam
keluarga yang cenderung mengkonsumsi makanan kalori tinggi dan banyak gula
cenderung memiliki anak dengan masalah berat badan. Jika obesitas ini dibiarkan
maka akan timbul akibat-akibat negatif yang akan diderita oleh remaja tersebut.
Akibat-akibat tersebut di antaranya bahwa obesitas berkaitan dengan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti kolesterol
tinggi dan tekanan darah tinggi. Remaja obesitas memiliki kondisi prediabetes,
kondisi kadar gula darah berada pada level risiko tinggi untuk menjadi
diabetes. Obesitas juga menyebabkan masalah pada tulang dan sendi. Remaja yang
obesitas cenderung akan tetap obesitas saat dewasa, sehingga risiko yang
ditimbulkan tetap terbawa sampai dewasa. Selain itu, masalah psikologis seperti
diolok-olok oleh teman di lingkungan yang sama juga sering diderita oleh remaja
dengan obesitas. Pencegahan untuk masalah kesehatan ini tentu saja dapat kita
lakukan. Dengan mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan obesitas, kita
dapat memodifikasi faktor risiko tersebut. Kita dapat menerapakan pola hidup
sehat termasuk diantaranya membiasakan untuk makan makanan yang sehat.
Makanan sehat bukan
hanya berarti bersih dan aman dikonsumsi tetapi perhatikan pula kalori dan gula
yang terkandung dalam makanan tersebut. Perlu diingat, makanan segar tetap
lebih baik dibanding makanan beku ataupun makanan cepat saji, karena cenderung
memiliki kadar lemak yang lebih rendah. Selain menerapkan pola makan yang
sehat, jangan lupa untuk membiasakan diri melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan
sehat pada remaja ini tidak lepas dari peran banyak pihak termasuk diantaranya
peran serta keluarga, komunitas di sekolah, industri minuman dan makanan, media
hiburan, bahkan peran serta pemerintah dan penyedia layanan kesehatan yang penting
untuk mencegah hal ini.
Obesitas kini sudah
menjadi ancaman baru bagi dunia,terutama pada kalangan remaja. prevalensi
obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang
membahayakan. Menurut laporan WHO 2003, 300 juta orang dewasa menderita
obesitas. Di Indonesia sendiri sekitar 1,5-5% menderita obesitas. Hampir 10
dari setiap 100 orang penduduk kota besar, seperti Jakarta, menderita obesitas.
Saat ini diperkirakan lebih dari 6 juta wanita Indonesia menderita obesitas
(Depkes, 2004).
Meningkatnya
prevalensi penderita obesitas tidak dipungkiri karena telah berubahnya pola
makan,dan semakin majunya teknologi yang menyebabkan perubahan gaya hidup
masyarakat.Perubahan pola makan remaja Indonesia yang kini lebih memilih
makanan siap saji (fast food) daripada makanan traditional.Semakin banyaknya
iklan di televisi tentang makanan cepat saji juga menyebabkan keinginan para
remaja untuk mencoba makanan ini.Junk food mengandung tinggi kalori,
kaya lemak trans, tinggi natrium dan rendah serat yang merupakan penyebab dari
hipertensi,diabetes tipe 2,serta penyakit jantung koroner.Tidak hanya merugikan
kesehatan,obesitas juga menurunkan kepercayaan pada diri remaja. Remaja putri
dengan obesitas yang memiliki harga diri rendah akan mengalami kecemasan dan
perasaan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya.
Semakin majunya
teknologi semakin rendah pula aktifitas yang dilakukan oleh para remaja .
Remaja lebih memilih bermain playstation,komputer atau menonton televisi dari
pada berolahraga .Sehingga energi dari asupan setiap hari berlebih nantinya
akan ditimbun menjadi lemak,terutama pada bagian perut.Semakin banyaknya lemak
yang tertimbun didalam tubuh meningkatkan pula resistensi insulin sehingga
meningkatkan resiko diabetes tipe 2 yang kini banyak menyerang para remaja
Indonesia.
Bukan perkara
mudah memang untuk merubah kebiasaan buruk tersebut,terutama pada remaja yang
masih mudah terpengaruh sama lingkungan sekitar.Yang terpenting adalah niat
untuk merubah semua kebiasaan buruk tersebut dan dukungan keluarga . Makan
makanan traditional rasanya lebih enak dan bernutrisi dari pada makanan siap
saji.Melakukan aktifitas positif seperti berolahraga lebih bermanfaat untuk
kesehatan dan pikiran daripada hanya duduk diam menonton televisi dan bermain
playstation di rumah bukan ?
Obesitas yang dalam
bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai
akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan
rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius.
Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan
jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja
yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika
seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada
hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan
aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan
antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi
yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas.
Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.
Derajat obesitas
biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh
(IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan
kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat
badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai
obesitas.
Tabel
Klasifikasi BMI
Klasifikasi
|
BMI (kg/m2)
|
|||
Underweight
|
<18.50
|
|||
Berat
|
<16.00
|
|||
Menengah
|
16.00 - 16.99
|
|||
Ringan
|
17.00 - 18.49
|
|||
Batas Normal
|
18.50 - 24.99
|
|||
Overweight
|
≥25.00
|
|||
Pre-obesitas
|
25.00 - 29.99
|
|||
Obesitas
|
≥30.00
|
|||
Obesitas I
|
30.00 - 34-99
|
|||
Obesitas II
|
35.00 - 39.99
|
|||
Obesitas III
|
≥40.00
|
Sumber: Diadaptasi
dari WHO
Obesitas, Masalah Sensitif bagi Remaja
Obesitas merupakan pembahasan yang
sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin
memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka
panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan
emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus
asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil
terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada
gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk
seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai
berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap
mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya
hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia.
Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk
perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi
sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk
membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim
olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan
diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan
pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum
memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan
merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk
menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja
makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan
sehat seperti buah-buahan.
Mengukur porsi makanan juga penting.
Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal
yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang mengandung gula
dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada
obesitas.
Kebiasaan sehat harus ditularkan ke
seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik tentunya baik untuk
semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Tujuan dari terapi obesitas tak lain
untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan
yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh
mereka yang menjalani terapi obesitas.
Padahal, penurunan berat badan sekitar
5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan
pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per
minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat
badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang
sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan
aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat
antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan
berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
- Perubahan Pola Makan (Diet)
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas. - Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas
fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori.
Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas
latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah
dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula
dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari.
Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa
lantai dibanding menggunakan elevator.
- Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku
digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada
mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat
diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi
berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam
terapi obesitas.
- Obat Antiobesitas
Dokter dapat
mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
- Metode penurunan berat badan
lainnya tidak berhasil.
- Nilai BMI lebih dari 27 dan ada
komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan
darah, dan sleep apnea.
- Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat
yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
penurunan berat badan, yakni:
- Sibutramin
Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.
Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia. - Orlistat
Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.
Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.
Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin. - Tindakan Pembedahan
Jika semua tindakan
di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan dapat menjadi
pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah
anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan
dicerna.
Pembedahan
untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
- Nilai BMI 40 atau lebih.
- Nilai BMI antara 35-39,9 dan
terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau
peningkatan tekanan darah.
Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/anak/obesitas-pada-remaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar