Alohaaaaa memed memed cantik dan ganteng.. ketemu lagi sama anti remed di blok 9 ini.. say hallo dulu yuk sama blok 9, "HALLO blok 9, be nice to me please :*"
sebelumnya maaf ya karena postingan ini baru bisa keluar pagi pagi daaan belum tau kan ya skenario nya apa? tapi desas desusnya sih tentang dispepsia.. naah yuk kita belajar tentang dispepsia dan segala yang terkait tentang dispepsia :)) walaupun ternyata eh ternyata pas tutorial skenarionya beda, seenggaknya kita bisa belajar tentang dispepsia.yuk mari cekidoot..
· Penyakit Saluran Pencernaan
Gambaran Umum Penyakit Saluran Pencernaan
Saluran cerna adalah sistem yang sangat kompleks
dan merupakan saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsobsi zat
zat gizi dan mengekskresi sisa sisa pencernaan. Gangguan pada lambung umumnya
berupa sindroma dispepsia, yaitu kumpulan gejala, diantaranya mual, muntah,
nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
Penyakit pemnyakit saluran cerna yang terjadi antara lain demam tifoid,
dispepsia, melena, gastro enteritis akut (GEA) dan gastritis.
DISPEPSIA
· Apa itu? Dispepsia itu ada rasa ngga nyaman dipencernaan bagian atas. Insidensinya
cukup tinggi karena dispesia tidak mengenal jenis kelamin dan usia.
· Kumpulan gejala dispepsia adalah rasa tidak nyaman, mual, muntah, nyeri ulu
hati, bloating (lambung merasa penuh/sebah), kembung, sendawa, cepat kenyang,
perut keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-kentut. Gejala itu bisa akut,
berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala itu
berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.
· Penyebab: macam macam, dari psikis sampai kelainan serius seperti kanker
lambung. Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan
terlalu banyak udara, misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah
secara salah (dengan mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang
menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya cair).
Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan
lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi),
alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi (softdrink), atau makanan
yang menghasilkan gas ( tape, nangka, durian). Begitu juga dengan jenis
obat-obatan tertentu, seperti suplemen besi/kalium, anti-nyeri tertentu,
antibiotika tertentu, dan anti-radang. Obat-obatan itu sering dihubungkan
dengan keadaan dispepsia.
· Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis
yang berlebihan. Pada pasien diabetes pun dapat mengalami dispepsia karena
gerakan lambungnya mengalami gangguan akibat kerusakan saraf.
· Etiologi dan patofisiologi dispepsia
Etiologi penyakit dispepsia diantaranya
perubahan pola makan, pengaruhobat-obatan yang dimakan berlebihan dalam waktu lama, alkohol dan nikotinrokok,
stress, tumor atau kanker saluran pencernaan. Patofisiologi dispepsia yaitu perubahan
pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong. Kekosongan lambung dapatmengakibatkan erosi lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung,sehingga mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
· Berdasarkan keluhan atau gejala yang dominan,
dyspepasi dibagi menjaditiga tipe, yaitu :
1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia) : nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri hilang setelah pemberian makanatau pemberian antacid, nyeri setelah lapar dan nyeri episodic.
2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia): mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan,mual, muntah,upper abdominal bloating dan rasa tidak nyaman bertambah saat makan.
3. Dyspepsia nonspesifik (tidak memiliki gejala seperti dua tipe diatas)
1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia) : nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri hilang setelah pemberian makanatau pemberian antacid, nyeri setelah lapar dan nyeri episodic.
2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia): mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan,mual, muntah,upper abdominal bloating dan rasa tidak nyaman bertambah saat makan.
3. Dyspepsia nonspesifik (tidak memiliki gejala seperti dua tipe diatas)
· Berdasar jenisnya, ada dua tipe dispepsia
1. Dispepsia fungsional:
adalah dispepsia yang terjadi tanpa adanya kelainan organ lambung, baik
dari pemeriksaan klinis, biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya,
seperti USG, Endoskopi, Rontgen hingga CT Scan. Dispepsia tipe ini berhubungan
dengan ketidaknormalan pergerakan (motilitas) dari saluran pencernaan bagian
atas (kerongkongan, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga
dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung. Sebab
lain bisa juga karena infeksi bakteri lambung Helicobacter pylori.
2. Dispepsia organik:
adalah dispepsia yang disebabkan adanya kelainan struktur organ
percernaan(perlukaan, kanker)
Dokter harus dengan teliti membedakan antara dispepsia fungsional dan
dispepsia organik. Beberapa hal yang bisa dijadikan petunjuk oleh para dokter,
yaitu sebagai berikut.
· Nyeri ulu hati yang terjadi pada malam hari dan berkurang dengan pemberian
antasid, cenderung dihubungkan dengan luka pada lambung (peptic ulcer).
· Pada dispepsia fungsional, tidak terjadi komplikasi dari perdarahan seperti
kurang darah, penurunan berat badan atau muntah-muntah.
· Nyeri atau ketidaknyamanan akibat IBS dapat terjadi pada ulu hati. Untuk
membedakannya dengan dispepsia adalah dengan memperhatikan pola buang air
besar.
Dengan pemeriksaan
fisik saja, sangat sukar membedakan dispepsia fungsional dan organik
Intervensi dini terhadap dispepsia adalah dengan mengkonsumsi obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang berlebih asam lambung. Bisa juga diberikan obat yang memperbaiki pergerakan lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat, biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus (endoskopi). Hindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, menghindari faktor risiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress serta mengatur pola makan.
Intervensi dini terhadap dispepsia adalah dengan mengkonsumsi obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang berlebih asam lambung. Bisa juga diberikan obat yang memperbaiki pergerakan lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat, biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus (endoskopi). Hindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, menghindari faktor risiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress serta mengatur pola makan.
· Pemeriksaan Endoskopi bisa dilakukan jika sebagai berikut:
· Masih mengalami nyeri pada lambung meskipun telah minum obat selama delapan minggu.
· Nyeri berkurang atau hilang sesaat untuk kemudian muncul kembali.
· Diagnosis Banding
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD): umumnya, penderita
penyakit ini sering melaporkan nyeri perut bagian ulu hati. Kemungkinan lain, irritable
bowel syndrome (IBS) yang ditandai dengan nyeri perut yang berulang,
yang berhubungan dengan buang air besar yang tidak teratur dan perut kembung.
Kurang lebih sepertiga pasien dispepsia fungsional memperlihatkan gejala
yang sama dengan IBS. Sehingga dokter harus selalu menanyakan pola BAB kepada
pasien untuk mengetahui apakah pasien menderita dispepsia fungsional atau IBS.
Pankreatitis kronik juga dapat dipikirkan. Gejalanya berupa nyeri perut atas
yang hebat dan konstan. Biasanya menyebar ke belakang.
Gastritis
Gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gejala klinis yangditemukan berupa dyspepsia atau indigesti. Gastritis terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Gastritis akut adalah kelainan
klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
neutrofil.
2. Gastritis kronik memiliki penyebab tidak jelas,
sering bersifat multifactor dengan perjalanan klinik yang bervariasi.
Kelainan ini berkaitan erat dengan infeks H.pylori
Penyebab gastritis antara lain karena obat-obatan,
alkohol dan gangguanmikrosirkulasi mukosa lambung. Secara makroskopik terdapat lesi erosi
mukosadengan lokasi yang berbeda. Jika
ditemukan pada korpus dan fundus biasanya karena disebabkan oleh stress. Namun, jika disebabkan oleh obat-obatan,ditemukan terutama di daerah antum, namun dapat juga menyeluruh. Secaramikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan raksi selinflamasi
neutrofil yang minimal (Mansjoer, 2001).
Pada
gastritis terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensif yang berperan dalam pembentukan lesi mukosa. Faktor agresif antara
lainasam lambung, peptin, obat antiinflamasi
nonsteroid (AINS), empedu, infeksivirus, infeksi bakteri H.phlory,bahan korosif yang bersifat asam dan kuat.Sedangkan faktor defensif adalah mukus, bikarbonas
mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi.
Gejala Klinis Gastritis
Sindrom dyspepsia berupa
nyeri epigastrium, mual, kembung, dan muntahmerupakan keluhan yang sering
muncul. Ditemukan pula pendarahan pada saluran cerna berupa hematemesis dan melena, yang
disusul tanda-tanda anemia pasca pendarahan. Jika dilakukan anamnesis, terdapat riwayat penggunaan
oba-obatan atau bahan kimia tertentu.
Naaah, sekarang kita belajar tentang antasida yuk.
apa itu antasida?
iyaa bener, itu nama obat :D biar lebih jelas langsung aja deh ke penggolongannya
Naaah, sekarang kita belajar tentang antasida yuk.
apa itu antasida?
iyaa bener, itu nama obat :D biar lebih jelas langsung aja deh ke penggolongannya
Penggolongan
Obat Antasida berdasarkan Mekanisme Kerjanya
1. Proton
Pump Inhibitor (PPI) atau Penghambat Pompa Proton, seperti namanya obat
antasida golongan PPI bekerja dengan menghambat Produksi asam dengan mengambat
kerja pompa proton contohnya loratadine
2.
Antihistamin Reseptor 2, Seperti namanya Antihistamin Reseptor bekerja dengan
menduduki reseptor contohnya ranitidin
3.
Menetralisir Asam,
Antasida membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung. Keefektifan antasida dibedakan dari tahap reaksi dan kemampuan bertahannya, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antasida non-metal juga dikembangkan karena antasida yang mengandung logam dapat menghambat absorpsi banyak obat yang diresepkan, terutama antibiotik. Antasida murni atau berkombinasi dengan simetikon dapat digunakan dalam masalah-masalah lambung dan oedema usus 12 jari. Jika antasida dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan efek laksatif. Beberapa antasida, seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida, dapat diresepkan dengan diet rendah fosfat untuk mengobati sakit hiperfosfatemia (terlalu banyak fosfat dalam darah). Aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat digunakan untuk mencegah pembentukan beberapa batu ginjal.
Kerja antasida adalah berbasis netralisasi. Sebagai contoh, ketika asam bereaksi dengan ion hidroksida, garam dan air terbentuk melalui persamaan berikut :
Antasida membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung. Keefektifan antasida dibedakan dari tahap reaksi dan kemampuan bertahannya, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antasida non-metal juga dikembangkan karena antasida yang mengandung logam dapat menghambat absorpsi banyak obat yang diresepkan, terutama antibiotik. Antasida murni atau berkombinasi dengan simetikon dapat digunakan dalam masalah-masalah lambung dan oedema usus 12 jari. Jika antasida dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan efek laksatif. Beberapa antasida, seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida, dapat diresepkan dengan diet rendah fosfat untuk mengobati sakit hiperfosfatemia (terlalu banyak fosfat dalam darah). Aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat digunakan untuk mencegah pembentukan beberapa batu ginjal.
Kerja antasida adalah berbasis netralisasi. Sebagai contoh, ketika asam bereaksi dengan ion hidroksida, garam dan air terbentuk melalui persamaan berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) +
H2O
Apabila
digunakan natrium bikarbonat (NaHCO3), maka reaksi akan cepat terbentuk dengan
asam lambung untuk meningkatkan pH lambung. NaCl, CO2 dan H2O terbentuk sebagai
hasil reaksi. Satu gram NaHCO3 dapat menetralisir 11.9 mEq dari asam lambung.
Namun, dosis yang sangat besar dapat menyebabkan urin yang bersifat basa dan
mengakibatkan masalah pada ginjal.
Senyawa kalsium karbonat dan senyawa kalsium lainnya digunakan secara murni atau berkombinasi dengan magnesium. Satu gram antasida jenis ini dapat menetralisir 20mEq dari asam lambung.
Senyawa magnesium terdiri dari magnesium oksida (MgO), magnesium hidroksida (Mg(OH)2) dan magnesium karbonat (MgCO3-Mg(OH)2-3H2O). Mereka bersenyawa dengan asam lambung dan menghasilkan magnesium klorida dan air. Satu gram magnesium hidroksida dapat menetralisir 32,6 mEq dari asam lambung. Senyawa magnesium memiliki kelebihan berupa absorpsi yang kecil, aksi yang tahan lama dan tidak menghasilkan karbondioksida, kecuali magnesium karbonat. Namun magnesium klorida menghasilkan efek laksatif sehingga formulasi yang digunakan umumnya mengandung kalsium karbonat atau aluminium hidroksida juga untuk mencegah efek ini.8,9
Senyawa aluminium terdiri dari aluminium hidroksida (Al(OH)3), aluminium karbonat (Al2O3-CO2) dan aluminium glisinat, yang mengandung aluminium oksida dan asam glisin. Aluminium hidroksida menghasilkan aluminium klorida dan air. Setiap mililiternya menetralisir 0,4 – 1,8 mEq dari asam lambung dalam jangka waktu 30 menit. Namun jika pH lebih dari 5, maka reaksi netralisasinya tidak berlangsung sempurna. Aluminium hidroksida memiliki waktu simpan yang lama, namun menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu perlu ditambahkan antasida magnesium.
Penggolongan dan Mekanisme Kerja Obat Antasida
a. Antasida yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasida yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasida ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
c. Alumunium Hidroksida
Merupakan antasida yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
d. Magnesium Hidroksida
Merupakan antasida yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumlah kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal.
Senyawa kalsium karbonat dan senyawa kalsium lainnya digunakan secara murni atau berkombinasi dengan magnesium. Satu gram antasida jenis ini dapat menetralisir 20mEq dari asam lambung.
Senyawa magnesium terdiri dari magnesium oksida (MgO), magnesium hidroksida (Mg(OH)2) dan magnesium karbonat (MgCO3-Mg(OH)2-3H2O). Mereka bersenyawa dengan asam lambung dan menghasilkan magnesium klorida dan air. Satu gram magnesium hidroksida dapat menetralisir 32,6 mEq dari asam lambung. Senyawa magnesium memiliki kelebihan berupa absorpsi yang kecil, aksi yang tahan lama dan tidak menghasilkan karbondioksida, kecuali magnesium karbonat. Namun magnesium klorida menghasilkan efek laksatif sehingga formulasi yang digunakan umumnya mengandung kalsium karbonat atau aluminium hidroksida juga untuk mencegah efek ini.8,9
Senyawa aluminium terdiri dari aluminium hidroksida (Al(OH)3), aluminium karbonat (Al2O3-CO2) dan aluminium glisinat, yang mengandung aluminium oksida dan asam glisin. Aluminium hidroksida menghasilkan aluminium klorida dan air. Setiap mililiternya menetralisir 0,4 – 1,8 mEq dari asam lambung dalam jangka waktu 30 menit. Namun jika pH lebih dari 5, maka reaksi netralisasinya tidak berlangsung sempurna. Aluminium hidroksida memiliki waktu simpan yang lama, namun menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu perlu ditambahkan antasida magnesium.
Penggolongan dan Mekanisme Kerja Obat Antasida
a. Antasida yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasida yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasida ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
c. Alumunium Hidroksida
Merupakan antasida yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
d. Magnesium Hidroksida
Merupakan antasida yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumlah kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal.
Golongan/Kelas
Terapi
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Obat Untuk
Saluran Cerna
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama
Dagang
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Indikasi
1.
Pengobatan hiperasiditas, hiperfosfatemia.
2.
Pengobatan jangka pendek konstipasi dan gejala-gejala hiperasiditas, terapi
penggantian magnesium. Magnesium hidroksida juga digunakan sebagai bahan
tambahan makanan dan suplemen magnesium pada kondisi defisiensi magnesium.
3,4,5.
Antasida.
6.
Antasida. Kalsium karbonat juga digunakan sebagai supplemen kalsium pada
keadaan defisiensi, sebagai tambahan terapi osteoporosis, serta untuk
mengobati hiperfosfatemia pada pasien gagal ginjal kronis atau
hiperparatiroidisme sekunder yang terkait.
Dosis,
Cara Pemberian dan Lama Pemberian
(a)
Antasida:dewasa:oral:600-1200 mg antara waktu makan dan sebelum tidur malam.
(a)
Hiperfosfatemia:anak:50-150 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam,
titrasi dosis sampai tercapai kadar fosfat dalam rentang normal. Dewasa:dosis
awal:300-600 mg 3 kali/hari bersama makanan.
(b)
Magnesium hidroksida sebagai antasida diberikan dalam dosis sampai dengan 1 g
per oral. Sebagai laksatif osmotik magnesium hidroksida diberikan dengan
dosis sekitar 2-5 g per oral.
(c) Dosis
sampai dengan sekitar 2 g per oral.
(d)
Diberikan dengan dosis hingga 500 mg per oral.
(e)
Diberikan dengan dosis sampai dengan 2 g per oral.1 Magaldrate diberikan di
antara waktu makan dan malam sebelum tidur
(f) Dosis
sebagai antasida biasanya sampai dengan 1,5 g per oral. Kalsium karbonat
mengikat posfat dalam saluran cerna untuk membentuk komplek yang tidak larut
dan absobsi mengurangi posfat
Farmakologi
(a) Mula
kerja obat:laksatif:4-8 jam. Sekitar 30% ion magnesium diserap oleh usus
halus. Ekskresi:urin (sampai dengan 30% sebagai ion-ion magnesium yang
terabsorpsi); feses (obat yang tidak diabsorpsi). (1,3)
(b) Bila
diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCL di lambung dari pada
magnesium hidroksida.1Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan
HCL di lambung dari pada magnesium hidroksida. (1)
(c) Pada
pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk magnesium klorida
yang larut dan karbondioksida. Karbon dioksida dapat menyebabkan kembung dan
eruktasi/bersendawa. (1)
(d)
Kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida oleh asam lambung. Kalsium
karbonat juga mengikat fosfat dalam saluran cerna untuk membentuk komplek
yang tidak larut dan mengurangi absorpsi fosfat. Beberapa dari kalsium
diabsorpsi dari usus dan bagian yang tidak terabsorpsi diekskresikan melalui
feses. (1)
Stabilitas
Penyimpanan
-
Kontraindikasi
(a)
Hipersensitivitas terhadap garam aluminum atau bahan-bahan lain dalam
formulasi.
(b)
Hipersensitivitas terhadap bahan-bahan dalam formulasi, pasien dengan
kolostomi atau ileostomi, obstruksi usus, fecal impaction, gagal ginjal,
apendisitis.
(c) Pada
pasien yang harus mengontrol asupan sodium (seperti:gagal jantung,
hipertensi, gagal ginjal, sirosis, atau kehamilan). (1)
Efek
Samping
(a)
Gastrointestinal:konstipasi, kram lambung, fecal impaction, mual, muntah,
perubahan warna feses (bintik-bintik putih). Endokrin dan
metabolisme:hipofosfatemia, hipomagnesemia. (3)
(b)
Kardiovaskuler:hipotensi. Endokrin dan metabolisme:hipermagnesemia. Gastrointestinal:diare,
kram perut. Neuromuskuler dan skeletal:kelemahan otot. Pernapasan:depresi
pernapasan (3)
(c)
Kadang-kadang menyebabkan konstipasi, kembung akibat pelepasan karbondioksida
pada beberapa pasien. Dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan hipersekresi lambung dan kembalinya asam (acid rebound). Kalsium
karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia, khususnya pada pasien dengan
gangguan ginjal atau pada pemberian dengan dosis tinggi. Alkalosis dapat juga
terjadi akibat absorpsi ion karbonat (1) Efek samping lain (1-10% paisne) :
bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial
infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti
flu,hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan.
Interaksi
- Dengan
Obat Lain :
(a)
Aluminium hidroksida dapat mengurangi absorpsi allopurinol, efek antibiotik
(tetrasiklin, kuinolon, beberapa sefalosporin), turunan
bifosfonat,kortikosteroid, siklosporin, garam-garam besi, antifungi
imidazol,isoniazid, penisilamin, suplemen fosfat, fenitoin, fenotiazin.
Absorbsi aluminium hidroksida dapat dikurangi oleh turunan asam sitrat.
(b)
Menurunkan absorpsi tetrasiklin, digoksin, garam-garam besi, isoniazid, atau
kuinolon.
(c)
Kalsium karbonat berinteraksi dengan banyak obat karena mengubah pH asam
lambung dan pengosongan lambung dengan pembentukan kompleks yang tidak
diabsorpsi.Interaksi dapat diminimalisasi melalui pemberian terpisah kalsium
karbonat dari obat lainnya selama 2-3 jam.
- Dengan
Makanan : -
Pengaruh
- Terhadap
Kehamilan :
(a)
Kategori C. Tidak ada data yang tersedia mengenai efek klinis pada fetus;
bukti yang ada saat ini menyatakan aman digunakan selama kehamilan dan
menyusui.
(b)
Kategori B
- Terhadap
Ibu Menyusui : Tidak
diketahui.
- Terhadap
Anak-anak : Dosis
magnesium-aluminium hidroksida 0,5 ml/kg direkomendasikan untuk infant dengan
refluks. Berdasarkan monitoring pH intragastrik serial, hasil terbaik
diperoleh bila antasida diberikan sebelum dan sesudah asupan formula
- Terhadap
Hasil Laboratorium :
(a)
Mengurangi kadar fosfat anorganik.
(b)
Meningkatkan magnesium; menurunkan protein, kalsium; menurunkan kalium
Parameter
Monitoring
Efek
terapetik:heartburn:perbaikan gejala-gejala berikut:disfagia, odinofagia,
batuk, sakit kerongkongan, nyeri dada nonkardiak, regurgitasi, mual, nafsu
makan menurun, indigesti, bersendawa. Efek toksik:konstipasi (terutama akibat
garam-garam aluminium dan kalsium) atau diare (terutama akibat garam-garam
magnesium); kadar aluminium, kalsium, dan magnesium pada pasien dengan
gangguan ginjal berat; sesuai kebutuhan, elektrolit dalam urin, darah dan pH
untuk menunjukkan kemungkinan alkalosis.
Bentuk
Sediaan
Kaplet 200
mg, Tablet 200 mg, 250 mg, 300 mg, 325 mg, 400 mg; Tablet Kunyah 250 mg, 300
mg, 400 mg, 500 mg; Suspensi 200 mg/5 ml, 250 mg/5 ml, 300 mg/5 ml, 325 mg/5
ml, 400 mg/5 ml. (2)
Peringatan
(a)
Hiperfosfatemia dapat terjadi pada pengunaan jangka lama atau dosis besar;
intoksikasi aluminium dan osteomalasia dapat terjadi pada pasien dengan
uremia. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung kongesti,
gagal ginjal, edema, sirosi diet rendah natrium, serta pada pasien yang baru
saja mengalami perdarahan saluran cerna. Pasien uremia yang tidak
menerima dialisis dapat mengalami osteomalasia dan osteoporosis akibat
deplesi fosfat.
(b)
Hati-hati digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (khususnya bila
dosis>50 mEq magnesium/hari). Hipermagnesemia dan toksisitas dapat terjadi
akibat penurunan klirens ginjal dari magnesium yang diabsorpsi. Penurunan
fungsi ginjal (Clcr<30 ml/menit) dapat menyebabkan toksisitas.
Kasus
Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi
Pasien
(a)
Sebaiknya diminum 1-3 jam setelah makan bila digunakan sebagai antasida. Bila
digunakan untuk menurunkan kadar fosfat, sebaiknya diminum dalam 20 menit
dari saat makan. Setelah minum obat harus diikuti minum air.3 Bentuk sediaan
tablet seharusnya dikunyah seluruhnya untuk mencapai efektivitas optimal,
namun bentuk sediaan cair/suspensi dipilih terutama untuk ulcer duodenum.
(b)(c)(d)(e)(f)Bentuk
sediaan tablet seharusnya dikunyah seluruhnya untuk mencapai efektivitas
optimal, namun bentuk sediaan cair/suspensi dipilih terutama untuk ulcer
duodenum
Mekanisme
Aksi
(a)
Menetralkan HCl dalam lambung dengan membentuk garam Al(Cl)3 dan H2O
(b)
Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif cepat dengan HCl dalam lambung
membentuk magnesium klorida dan air. Magnesium hidroksida juga mengosongkan
usus dengan menyebabkan retensi osmotik cairan yang mengembangkan kolon
dengan aktivitas peristaltik yang meningkat.
(c) Bila
diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl di lambung dari pada
magnesium hidroksida
(d) Pada
pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk magnesium klorida
yang larut dan karbondioksida
Monitoring
Penggunaan Obat
Cara
penggunaan obat, efek terapetik dan efek samping obat.
sekian terima kasih sudah berkinjung ke anti-remed.
kurang lebihnya mohon maaf
semoga bermanfaat dan jangan pernah berhenti belajar :) semangat yuk
distributor: zulva a.k.a upha a.k.a upil
Daftar
Pustaka
Martindale
The Complete Drug Reference 35th edition
MIMS-Official
Drug Reference for Indonesian Medical Proffesion. 105th ed.
Drug
Information Handbook International
Mikromedex.
Manjoer, A, et al,
2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar