Skenario 4 part 2
Author : Rianti
Klasifikasi pendarahan
ATLS ( American College of Surgeons' Advanced Trauma Life
Support ) membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan
persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut:
·
Kelas I, dengan
kehilangan volume darah hingga maksimal 15%
·
Kelas II, dengan
kehilangan volume darah antara 15-30%
·
Kelas III, dengan
kehilangan darah antara 30-40%
·
Kelas IV, dengan
kehilangan yang lebih besar daripada 40%
1.
Pendarahan kelas I : kehilangan volume darah hingga 15%
Gejala klinis minimal. Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan berarti dari tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernapasan. Pada penderita yang dalam keadaan sehat, jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti, karena pengisian transkapiler dan mekanisme kompensasi akan memulihkan volume darah dalam 24 jam.
Gejala klinis minimal. Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan berarti dari tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernapasan. Pada penderita yang dalam keadaan sehat, jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti, karena pengisian transkapiler dan mekanisme kompensasi akan memulihkan volume darah dalam 24 jam.
2. Pendarahan kelas II : kehilangan volume darah 15-30%.
Gejala klinis berupa takikardi ( >100 x/menit), takipneu, penurunan tekanan nadi, perubahan sistem saraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan, atau sikap permusuhan. Walau kehilangan darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun produksi urin hanya sedikit terpengaruh (20-30 ml/jam untuk orang dewasa).
3. Pendarahan kelas III : kehilangan volume darah 30-40%
Kehilangan darah dapat mencapai 2000 ml. Penderita menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, antara lain: takikardi dan takipneu yang jelas, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik. Penderitanya hampir selalu memerlukan transfusi darah. Keputusan untuk memberikan transfusi darah didasarkan atas respon penderita terhadap resusitasi cairan semula, perfusi dan oksigenasi organ yang adekuat.
4. Pendarahan
kelas IV: kehilangan volume darah > 40%
Jiwa penderita terancam. Gejala: takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang besar, tekanan nadi sangat sempit (atau tekanan diastolik tidak teraba), kesadaran menurun, produksi urin hampir tidak ada, kulit dingin dan pucat. Penderita membutuhkan transfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Keputusan tersebut didasarkan atas respon terhadap resusitasi cairan yang diberikan. Jika kehilangan volume darah >50%, penderita tidak sadar, denyut nadi dan tekanan darah menghilang.
.
Reaksi transfusi beserta penatalaksanaan
Jiwa penderita terancam. Gejala: takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang besar, tekanan nadi sangat sempit (atau tekanan diastolik tidak teraba), kesadaran menurun, produksi urin hampir tidak ada, kulit dingin dan pucat. Penderita membutuhkan transfusi cepat dan intervensi pembedahan segera. Keputusan tersebut didasarkan atas respon terhadap resusitasi cairan yang diberikan. Jika kehilangan volume darah >50%, penderita tidak sadar, denyut nadi dan tekanan darah menghilang.
.
Reaksi transfusi beserta penatalaksanaan
A. Ada/tidaknya reaksi
imun
· Imun :
-Reaksi hemolitik
: Reaksi hemolitik dapat dibedakan atas hemolisis intravascular dan hemolisis
ekstravaskular. Hemolisis intravascular biasanya terjadi akibat ketidak
sesuaian golongan ABO, karena anti A dan anti B adalah IgM yang dapat mengikat
komplemen sehingga menyebabkan hemolysis intravascular dan bisa terjadi
disseminated intravascular coagulation (DIC) . hemolisis ekstravascular
disebabkan oleh Ketidaksesuaian golongan
Rh
Misalnya kasus Hemolytic disease of the newborn disebabkan
ketidak-sesuain golongan darah antara ibu yang tersensitisasi dengan janin yang
positif antigen. Antibodi yang paling sering menimbulkan HDN adalah antibodi
yang dapat melewati plasenta (IgG1dan IgG3), bereaksi pada suhu tubuh dan
menyebabkan destruksi eritrosit. Ketidak-sesuaian Rh dapat menimbulkan HDN
karena eritrosit janin dengan Rh positif akan merangsang pembentukan anti Rh
oleh ibu yang Rh negative. Oleh karena anti Rh adalah IgG maka dapat melewati
plasenta dan menghancurkan eritrosit janin. Ketidak- sesuaian golongan ABO
jarang menimbulkan HDN, karena anti A dan anti B adalah IgM yang tidak bisa
melewati plasenta dan pada neonatus antigen golongan darah belum sepenuhnya
diekspresikan.
-non-hemolitik :
Reaksi transfusi non hemolitik meliputi demam yang bisa terjadi akibat
sensitisasi terhadap leukosit, trombosit atau komponen plasma, bakteri maupun
pirogen dan Transfusion-related acute lung injury (TRALI). TRALI disebabkan
oleh reaksi antara antibody donor dengan leukosit resipien mengakibatkan
peningkatan permeabilitas mikrovaskular di paru sehingga terjadi edema
paru.
· Non imun:
-Penularan infeksi,
-circulatory overloading,
-massive transfusi,
B. berdasarkan durasi
terjadinya
Risiko
transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi akut dan lambat.
1.Reaksi Akut
Reaksi akut
adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan,
sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai
dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini
disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan
adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri
kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di
kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi
ringan diatasi dengan pemberian antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid,
dan pemberian transfusi dengan tetesan diperlambat.
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh
hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik
(antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau
bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah,
nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek,
nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot,
demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik
≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan
oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan
cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis
intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel darah
merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun
sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.
Penyebab
terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke
tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu
penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen
golongan darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan,
seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.
Reaksi anafilaksis
Risiko
meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan
salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu.
Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat.
Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini
terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps
kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif dengan
antihistamin dan adrenalin.
2. Reaksi Lambat
Reaksi hemolitik lambat
Reaksi
hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda
demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat
dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.
Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah
dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi
tersebut.
Purpura pasca transfusi
Purpura pasca
transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada
transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan adanya antibodi
langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak
terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya
trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila
hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila hitung
trombosit ≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit
20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel
dengan antibodi pasien.
Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini
jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya terjadi pada pasien
imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum tulang; dan pasien
imunokompeten yang diberi transfusi dari individu yang memiliki tipe jaringan
kompatibel (HLA: human leucocyte antigen), biasanya yang memiliki
hubungan darah. Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit
dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari
setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat suportif.
Kelebihan besi
Pasien yang
bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan
mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai
dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk
menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin,
diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum
feritin <2.000 mg/l.
Infeksi
Infeksi yang
berisiko terjadi akibat transfusi adalah Hepatitis B dan C, HIV, CMV, malaria,
sifilis, bruselosis, tripanosomiasis)
Cross match
crossmatch adalah
Pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai / tidak sesuainya darah donor
dengan darah resipien .Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeniksaan, yaitu:
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeniksaan, yaitu:
1. mencampur enitrosit donor (aglutinongen
donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien); percobaan ini disebut crossmatch mayor, Memeriksa ada
tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang
masuk pada saat pelaksanaan transfusi
2. mencampur eritrosit resipien (aglutinongen
resipien) dengan serum donor (aglutinin donor) percobaan
ini disebut crossmatch minor.
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
ini disebut crossmatch minor.
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan;
b) bila crossmatch mayor menghasilkan
aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah
donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan darah donor itu;
c)
bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan
crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi
dengan menggunakan serum donor yang diencerkan...
.
Tahapan
crossmatch :
1.
Reaksi silang salin
Tes
ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara
donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi hemolitik yang fatal bisa
dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.
2.
Reaksi silang albumin
Tes ini
untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes
antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine.
3.
Reaksi silang antiglobulin
Untuk
mendeteksi IgG yang dapatmenimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak dapat
terdeteksi pada kedua tes sebelumnya. Terutama dikerjakan pada resipien yang
pernah menerima transfusi darah atau wanita yang pernah hamil.
Coombs test
Coombs test yang
dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu:-
Direct Coombs test
(secara langsung)
Tes ini dilakukan
pada sampel eritrosit langsung dari tubuh.Tes ini akan mendeteksi antibody yang
ada di permukaan eritrosit.Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit
atau berasal dari transfuse darah.Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi
baru lahir dengan darahRh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif.Tes ini
akan menunjukkan apakah ibunyatelah membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah
bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin,
metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksiantibodi ini. Antibodi ini
terkadang menghancurkan eritrosit dan menyebabkan anemia.Tesini terkadang
menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.-
Indirect Coombs test
(secara tidak langsung)
Tes ini dilakukan
pada sampel dari bagian cair dari darah (serum).Tes ini akan mendeteksi
antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang
memicuterjadinya masalah bila terjadi percampuran darah.Tes ini biasanya
dilakukan untuk menemukan antibodi pada darah donor atau resipien sebelum
dilakukan transfuse
Hasil Tes
-Normal
Tidak ada antibodi
yang ditemukan. Ini dinamakan hasil tes yang negatif.Direct Coombs test. Hasil
tes yang negatif menunjukkan bahwa tidak ada antibodi pada permukaan
eritrosit.Indirect Coombs test. Hasil tes yang negative menunjukkan bahwa tidak
terjadi reaksi dengandarah yang diterima melalui transfusi.Tes yang negatif
pada faktor Rh pada ibu hamilmenunjukkan bahwa tidak terjadi pembentukan
antibodi yang melawan darah Rh positif dari bayinya. Ini berarti tidak
terjadi sensitisasi Rh.
-Abnormal
Direct Coombs test. Hasil
tes yang positif menunjukkan darah memiliki antibodi yangmelawan eritrosit. Ini
dapat disebabkan oleh transfusi yang tidak cocok dengan darah donor atau
berhubungan dengan kondisii seperti anemia hemolitik, systemic lupus
erythematosus(SLE), hemolytic disease of the newborn (HD N), limfoma,
infeksi mycoplasma, kanker, atauinfectious mononucleosis.Indirect Coombs test.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa darah tidak cocok dengandarah donor
dan tidak boleh menerima darah dari donor tersebut. Jika tes antibodi Rh
positif pada wanita hamil atau merencanakan kehamilan, ini
menunjukkan bahwa antibodinyamelawan darah Rh positif (sensitisasi Rh).Dia akan
diperiksa pada awal kehamilan untuk memeriksa jenis darah bayinya. Jika
darah bayinya Rh positif, ibunya harus selalu diawasiselama kehamilan untuk
mencegah masalah pada eritrosit bayinya. Jika sensitisasi tidak terjadi,
ini bisa dicegah dengan immunoglobulin Rh.
Syarat-syarat menjadi calon
donor darah
1.
Umur 17 - 60 tahun
2.
Berat badan 50 kg atau lebih
3.
Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
4.
Tekanan darah 120/140/80 - 100 mmHg
5.
Nadi 50-100/menit teratur
6.
Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit
perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
7.
Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
8.
Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
9.
Kulit lengan donor sehat.
10.
Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
11.
Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
12.
Bukan pencandu alkohol/narkoba.
13.
Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
14.
Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.
Komponen transfusi
beserta indikasi
A.
Darah lengkap (whole
blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit,
darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V,
VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml,
350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat
0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui
Indikasi
:
- Penggantian volume pada pasien
dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
- Pasien dengan perdarahan masif dan
telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah total.
Rumus
kebutuhan whole blood
6 x ∆Hb (Hb
normal -Hb pasien) x BB
|
Ket
:
-Hb
normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb
pasien : Hb pasien saat ini
Darah
lengkap ada 3 macam. Yaitu :
· Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam
sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya
masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih
relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk
pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih
dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
· Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah
diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat
terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
· Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus
hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII
sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang
disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen
sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG.
Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
B.
Sel darah merah (Packed red cell)
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran
plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi
70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu
simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit
yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed
cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia
aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi
bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya
tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4
ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2
sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh
yang diketahui.
Kebutuhan
darah (ml) :
3 x ∆Hb (Hb normal
-Hb pasien) x BB
|
Tujuan
transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh
adalah:
- Mengurangi kemungkinan penularan
penyakit
- Mengurangi kemungkinan reaksi
imunologis
- Volume darah yang diberikan lebih
sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang
- Komponen darah lainnya dapat
diberikan pada pasien lain.
Indikasi:
:
- Kehilangan darah >20% dan
volume darah lebih dari 1000 ml.
- Hemoglobin <8 gr/dl.
- Hemoglobin <10 gr/dl dengan
penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung
iskemik)
- Hemoglobin <12 gr/dl dan
tergantung pada ventilator.
Dapat
disebutkan bahwa :
Hb
sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb
sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb
sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi
mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas
TOLERABLE atau OPTIMAL
C.
Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah
Pekat Beku yang Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap
sel darah merah yang menetap.
D.
Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3
kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang
tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi
sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam).
Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange
transfusion Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma
E.
Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi.
Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)
F.
White Blood Cells
(WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti
PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam
pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan
berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa
menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan
disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik
(khususnya untuk pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C
dan granulositopenia).
G.
Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus
perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang
berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada
penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat
menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai
masa simpan sampai dengan 3 hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1.
Setiap perdarahan
spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari
50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia
aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitostatika terhadap tumor ganas.
2.
Splenektomi pada
hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan
pemberian suspensi trombosit prabedah.
H.
Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari
sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang
seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan
memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:
-Plasma cair :Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole
blood pada pembuatan packed red cell.
-Plasma kering (lyoplylized plasma) :Diperoleh dengan
mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
-Fresh Frozen
Plasma :Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).(3)
Indikasi :
– Mengganti defisiensi faktor IX
(hemofilia B)
– Neutralisasi hemostasis setelah terapi
warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.
– Adanya perdarahan dengan parameter
koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif
– Pasien dengan penyakit hati dan
mengalami defisiensi faktor pembekuan
I.
Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII,
faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah
untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah
penderita hemofili A.Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena
langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen
mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (Suhu
simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong
(30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von
wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
–
Hemophilia A
–
Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
–
Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
|
Transfusi berdasarkan PSKI
Didalam islam transfusi darah diperbolehkan dengan alasan
kesehatan dan keselamatan. Karena
menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang sangat
dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa
manusia, sesuai dengan firman Allah :
Artinya:“Dan barang siapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia
semuanya” (Q.S. Al-Maidah : 32),
Mengenai
Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim
Di sana disebutkan
bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya suci, termasuk su'ur orang kafir.
Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim
tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari tubuh,
saat itu darah itu memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa
untuk shalat, karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah
segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka darah itu sudah tidak najis
lagi. Dan darah orang kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga
tidak najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang muslim
menerima transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.
Donor
darah pada bulan ramadhan
Menurut Asy Syaikh
Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang untuk menyedekahkan darahnya yang sagat
banyak dalam keadaan dia sedang berpuasa wajib, seperti puasa pada bulan
Ramadhan. Kecuali jika di sana ada keperluan yang darurat (mendesak), maka
dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk menyedekahkan darahnya untuk
menolak/mencegah darurat tadi. Dengan demikian dia berbuka dengan makan dan
minum. Lalu dia harus mengganti puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar