Senin, 05 November 2012

Skenario 3 Tutorial Blok 8

-->
Skenario 3 Tutorial Blok 8
Author : Fino
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun di konsultasikan orangtuanya karena dianggap hiperaktif. Anak bersekolah di TK dan sering dianggap nakl oleh teman-temannya. Orangtuanya mencemaskan apakah anaknya autism atau hiperaktif. Pemeriksaan doktrmemastikan anak tidak menderita gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau autism.
Pembahasan:
Hiperaktif atau yang disebut juga dengan ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder) merupakan  penyakit genetik dan  membuat otak anak berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan  anak-anak yang normal. Dalam  sebuah  penelitian, didapati bahwa otak anak-anak yang menderita ADHD ternyata memiliki  potongan  kecil DNA yang terhapus maupun terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan serta schizofrenia.
      ADHD akan membuat penderitanya impulsif sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir, merasakan kegelisahan yang berlebihan, mudah merasa terganggu serta biasanya mengalami kesulitan dalam pelajaran. Para ahli membagi ADHD dalam 3 tipe, yaitu 'tipe yang tidak bisa memusatkan perhatian', 'tipe yang hiperaktif dan impulsif' serta 'tipe gabungan' dari keduanya.
      Pada tipe yang pertama, penderitanya tidak mengalami gejala hiperaktif maupun impulsif namun sangat mudah terganggu perhatiannya. Biasanya tipe ini terdapat pada anak-anak wanita, dengan gejalanya berupa sering melamun dan seolah merasa sedang berada di awang-awang. Pada tipe kedua, penderitanya menunjukkan gejala hiperaktif dan impulsif namun masih dapat berkonsentrasi dan memusatkan perhatian pada sesuatu. Biasanya tipe ini dapat ditemukan pada anak-anak kecil. Sementara pada tipe ketiga merupakan yang paling banyak ditemui, anak-anak penderitanya akan sulit memusatkan perhatian serta hiperaktif dan impulsif.
      Selain itu, anak-anak dengan ADHD juga dapat dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter serta lingkungan bermainnya dengan mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, anak-anak ADHD tersebut dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif serta masalah sulitnya memusatkan perhatian mereka secara lebih baik, seperti dengan membiarkan  mereka melakukan aktivitas fisik yang dapat memberi kebebasan bergerak pada mereka. Anak-anak dengan ADHD juga biasanya mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata namun orangtua mereka sering tidak menyadarinya. Untuk itu, orangtua juga harus memperhatikan kecerdasannya dengan cara menyalurkan dan mengarahkan keaktifan mereka pada hal-hal yang positif seperti pada kegemaran dan hobi yang disukainya.
      Mendidik anak hiperaktif pun berbeda caranya dengan mendidik anak-anak normal. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan disiplin pada anak tanpa menghukumnya secara berlebihan bila sang anak melakukan kesalahan. Untuk menegakkan disiplin tersebut, orangtua dapat memulainya dengan membuat perjanjian kecil dengan sang anak agar mengerti mana hal yang baik dan benar, namun dengan cara yang tidak menyinggung mereka. Di atas semua itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang pada sang anak yang menderita ADHD, serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya agar tetap berada dalam kontrol.
Pada tahun 1994, ADD diubah oleh American Psychiatric Association(APA) menjadi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Gejala ADHD
Anak dengan ADHD yang inattentive biasanya akan memiliki 6 atau lebih dari gejala berikut :
  1. Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk
  2. Mengalami kesulitan dalam menjaga perhatian pada pekerjaan atau kegiatan bermain baik di sekolah maupun di rumah
  3. Kehilangan hal-hal yang diperlukan (peralatan, dll) untuk kegiatan di sekolah dan di rumah
  4. Tidak mau mendengarkan orang lain
  5. Tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu dengan lebih detail
  6. Terlihat berantakan atau kacau
  7. Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan
  8. Lupa terhadap banyak hal
  9. Mudah terdistraksi atau teralihkan perhatiannya
Anak dengan ADHD yang hiperaktif / impulsif akan memiliki setidaknya 6 dari gejala berikut:
  1. Gelisah
  2. Berlari atau memanjat dengan tidak semestinya
  3. Tidak bisa bermain dengan tenang
  4. Memberikan jawaban yang tidak jelas
  5. Suka menginterupsi orang lain
  6. Tidak bisa tinggal diam di tempat
  7. Berbicara terlalu banyak
  8. Selalu bergerak, tidak pernah diam
  9. Bermasalah jika harus menunggu giliran
Anak-anak yang mengalami ADHD akan menampakkan gejala – gejala tersebut di atas minimal selama 6 bulan. Anak hiperaktif cenderung selalu bergerak.
Mereka tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu yang lama.Kondisi ini bisa membuat frustasi orangtua, guru, bahkan anak itu sendiri.
Terkadang anak hiperaktif perlu diberi obat untuk membantu mereka agar lebih tenang ke tingkat energi yang diterima secara sosial.
Berikut ada cara alami baik fisik maupun psikologis untuk menangani energi berlebih dan menenangkan anak hiperaktif:
  1. Bantu anak hiperaktif mengatur napasnya ketika anak ingin menenangkan diri, terutama jika anak merasa marah atau frustasi. Dorong anak untuk mengambil napas dalam-dalam, hirup napas dari hidung dan buang melalui mulut secara perlahan.
  2. Hilangkan stres pada anak hiperaktif dengan membiarkan anak mandi busa atau mandi air garam hangat. Tambahkan satu atau dua mainan sederhana ke dalam bak mandi, tapi hindari memberi anak terlalu banyak mainan.
  3. Beri stimulasi fisik pada anak hiperaktif dengan memberinya pijatan lembut. Sentuhan hangat dari anda akan membuat anak tahu bahwa Anda mencintainya, selain itu, gerakan pijatan memiliki efek menenangkan.
  4. Taruh perlengkapan aktivitas atau mainan yang dapat membuat anak tenang. Perlengkapan aktivitas atau mainan anak yang tenang antara lain teka-teki, cat, peralatan membuat perhiasan, dan buku-buku favorit. Taruh di dekat mainan anak yang lain, sehingga anak bisa menggunakannya saat dia ingin tenang sebentar.
  5. Atur suasana ruangan dengan menjaga pencahayaan yang redup atau menyetel musik relaksasi ketika anak hiperaktif butuh ketenangan.
  6. Lakukankah aktivitas secara rutin setiap harinya, sehingga anak hiperaktif tahu apa yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka. Persiapkan anak ketika akan melakukan aktivitas yang tidak biasa dan jelaskan apa yang akan terjadi. Selain itu, diskusikan juga bagaimana cara mereka tetap tenang bahkan dengan kegembiraan yang mungkin akan mereka alami dari kegiatan yang berbeda tersebut.
  7. Hindarkan anak dari minuman dingin, gula, pewarna makanan, dan bahan pengawet dalam makanan yang bisa menyebabkan agitasi.
  8. Sediakan waktu untuk menampung energi ekstra, seperti lari berkeliling dan berolahraga. Ini akan membantu anak hiperaktif tahu bahwa ada waktu dan tempat untuk melepaskan kelebihan energi, sehingga membantu anak tetap tenang dalam situasi lainnya.
Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.
Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.


 Kelainan yang Sering Menyertai ADHD:
o   Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
o   Gangguan kelakuan (Conduct disorder
o   Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
o   Gangguan cemas (Anxiety disorder
o   Gangguan depresi (Depressive disorder)
o   Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
o   Penyakit Tourette (Tourette's Disorder)
Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
o   Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.
o   Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.
o   Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.
o   Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.
Dampak ADHD
ADHD dapat mengganggu kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah serta kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan hubungan sosial (dengan lingkungan).  ADHD dapat meningkatkan risiko anak dikeluarkan dari sekolah atau menghadapi problem disiplin. ADHD juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko untuk bermasalah dengan mengemudi secara membahayakan, merokok dan penyalah-gunaan zat.

Dampak ADHD bila tidak diobati
o   Meningkatnya risiko untuk gagal dan putus sekolah
o   Problem dengan tingkah laku dan disiplin
o   Kesulitan sosial dan perselisihan keluarga
o   Luka akibat kecelakaan
o   Penyalahgunaan alkohol dan obat
o   Depresi dan gangguan mental lainnya
o   Problem dalam pekerjaan
o   Kecelakaan saat mengemudi
o   Kehamilan yang tidak diinginkan
o   Kenakalan remaja, kriminalitas, dan penahanan (oleh yang berwajib)

Author : Fino

Tidak ada komentar:

Posting Komentar