Skenario 3
Tutorial Blok 8 part II
Author Fino
DEFINISI ADHD
ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak
yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai
keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan
selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang
berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka
meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
KLASIFIKASI
Pada kriteria DSM-IV terdapat 9 gejala untuk
gangguan pemusatan perhatian, 6 gejala untuk hiperaktivitas dan 3 gejala untuk
impulsif. Menurut DSM-IV ada 3 subtipe GPPH, yaitu tipe predominan in-atensi,
tipe predominan hiperaktif impulsif dan tipe kombinasi.
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat sedikitnya 4% remaja mengalami
GPPH dan hal tersebut berhubungan dengan tingginya tingkat morbiditas psikiatri
dan kerusakan fungsional. Oleh karena saat ini relatif baru kemunculan dari
diagnosis GPPH pada remaja mengakibatkan masih terjadi Underdiagnosed dan
Undertreated . Panduan diagnosis GPPH dari American Academy of Pediatrics hanya
melingkupi anak yang berusia 6 sampai 12 tahun.
Beberapa studi prevalensi GPPH pada anak sekitar
6%-9% telah diketahui bahwa 40% - 70% dari anak
tersebut akan menunjukkan gejala berkelanjutan sampai dengan dewasa.
Beberapa studi pada dewasa dengan perilaku penyalahgunaan zat menunjukkan bahwa
15% sampai dengan 25% diantaranya mempunyai ciri GPPH. Pada follow up jangka
panjang beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang telah didiagnosis GPPH akan
memiliki risiko gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan obat dan
depresi yang ditemukan pada fase remaja akhir atau awal masa dewasa.
ETIOLOGI
Etiologi ADHD belum diketahui secara pasti. Beberapa
ahli berpendapat faktor lingkungan dan genetik merupakan penyebab terjadinya
ADHD.
Faktor Lingkungan : Faktor psikososial yang
berpengaruh adalah konflik keluarga, sosial ekonomi keluarga tidak memadai,
jumlah keluarga terlalu besar, orang tua kriminal, orang tua dengan gangguan
jiwa (psikopat) dan anak yang diasuh pada tempat penitipan anak.
Sedangkan riwayat kehamilan yang berpengaruh adalah
kehamilan dengan eklamsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok dan pecandu alkohol sewaktu hamil.
Trauma lahir atau hipoksi dapat berdampak injury pada otak lobus frontalis dan
menjadi penyebab ADHD. Diduga ADHD ada hubungannya dengan mengkonsumsi gula
secara berlebihan dan diet pengurangan gula dapat mengurangi gejala ADHD 5%,
sebaliknya mengkonsumsi gula secara berlebihan dapat meningkatkan hiperaktif,
tetapi hal ini tidak signifikan.
Faktor
Genetik:
Mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor Dopamin
(D2 dan D4) pada kromosom 11p memegang peranan
terjadinya ADHD.Terdapat lima reseptor Dopamin yaitu D1, D2, D3, D4 dan D5,
sedangkan yang berperan terhadap ADHD adalah reseptor D2 dan D4.
Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori.
Neurotransmiter dan reseptor Dopamin pada korteks lobus frontalis dan subkorteks (ganglia basalis) berperan terhadap sistem inhibisi dan memori, sehingga apabila ada gangguan akan terjadi gangguan inhibisi dan memori.
Di samping Dopamin, gen pengkode sistem
noradrenergik dan serotoninergik terkait dengan patofisiologi terjadinya ADHD.
Dua Gen reseptor dopamin dan gen DAT telah diidentifikasi kemungkinan berperan
dalam GPPH. Faktor neurologi terlihat berperan dalam onset GPPH.
Belum diketahui dan banyak
kontradiksi :
**Faktor Genetik :
o Orang
tua dengan ADHD à resiko anak ADHD 57%
o ↑ risiko pada anak kembar dan ↑ gejala ADHD pada audara
kandung.
o Kelainan gen (“repeater gene) DRD4 (+) pada ADHD.
**Teori yang paling kuat :
o Ketidakseimbangan / disfungsi
NT katekolamin
o Uptake dopamine & / atau
norepinefrin kurang
à Respons
positif terhadap obat stimulan mendukung teori ini.
Gangguan otak dan metabolism
a.
Trauma lahir atau hipoksia (Hipoksia yaitu kondisi
simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh
perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai
dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan
berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.) yang berdampak injury pada
lobus frontalis di otak.
b.
Pengurangan volume serebrum.
c.
Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan
laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.
Beberapa
teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin
dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada
keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu
orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.
Teori
lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan
control aktifitas diri.
Faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
- Kurangnya
deteksi dini
- Gangguan
pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok,
serta stress psikogenik)
- Gangguan
pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi,
kelainan persalinan)
Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariasi
mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak
usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan
cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang
sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang
digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan.
Keluhan yang terlihat pada anak yang
lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku
berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak
lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk,
koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan
tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada
ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.
3 Gejala Utama ADHD
1. Inatensi
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
§
Jarang menyelesaikan perintah
sampai tuntas.
§
Mainan, dll sering tertinggal.
§
Sering membuat kesalahan.
§
Mudah beralih perhatian
(terutama oleh rangsang suara).
2. Hiperaktif
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
v
Banyak bicara.
v
Tidak dapat tenang/diam,
mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
v
Sering membuat gaduh suasana.
v
Selalu memegang apa yang
dilihat.
v
Sulit untuk duduk diam.
v
Lebih gelisah dan impulsif
dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
o
Sering mengambil mainan teman
dengan paksa.
o
Tidak sabaran.
o
Reaktif.
o
Sering bertindak tanpa dipikir
dahulu.
Gejala-gejala Lain
4. Sikap menentang
Sering melanggar peraturan.
Bermasalah dengan orang-orang
yang memiliki otoritas.
Lebih mudah merasa terganggu,
mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
ü
Banyak mengalami rasa khawatir
dan takut.
ü
Cenderung emosional.
ü
Sangat sensitif terhadap kritikan.
ü
Mengalami kecemasan pada
situasi yang baru atau yang tidak familiar.
ü
Terlihat sangat pemalu dan
menarik diri.
6. Problem sosial
Ø
Hanya memiliki sedikit teman.
Ø
Sering memiliki rasa rendah
diri dan tidak percaya diri.
Kelainan yang Sering Menyertai ADHD (komorbiditas) :
a. Gangguan pola perilaku yang
menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
b. Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
c. Ketidak-mampuan belajar dan
berbahasa (Learning and language disabilities)
d. Gangguan cemas (Anxiety disorder)
e. Gangguan depresi (Depressive
disorder)
f. Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
g. Penyakit Tourette (Tourette's
Disorder)
a) Gangguan pola perilaku yang
menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD) – Gangguan kelakuan
(Conduct disorder).
Anak
dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk
menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah
tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku. Gangguan perilaku
adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap
orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di
masyarakat.
b) Ketidak-mampuan belajar dan
berbahasa (Learning and language disabilities).
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.
c) Gangguan cemas (Anxiety disorder)
dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.
d) Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.
Riwayat yang Diduga ADHD
1. Masa baby – infant
- Anak
serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit
tenang
- Sulit
tidur
- Tidak
ada nafsu makan
2. Masa prasekolah
- Terlalu
aktif
- Keras
kepala
- Tidak
pernah merasa puas
- Suka
menjengkelkan
- Tidak
bisa diam
- Sulit
beradaptasi dengan lingkungan
3. Usia sekolah
- Sulit
berkonsentrasi
- Sulit
memfokuskan perhatian
- Impulsif
4. Adolescent
- Tidak
dapat tenang
- Sulit
untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak
konsisten dalam sikap dan penampilan
Diagnosis GPPH sering kali terlewat apabila
remaja menunjukkan secara predominan tipe in-atensi. GPPH tipe in-atensi pada
remaja mempunyai manifestasi adanya sedikit perilaku mengacau selama proses
belajar dengan guru, namum memiliki tingkat kegagalan pergaulan sosial yang
tinggi, tidak pernah merasa bahagia dan cemas serta depresi dibandingkan dengan
GPPH tipe kombinasi. Adanya masalah tingkah laku mengacau tidak nyata ditemukan
pada remaja yang teridentifikasi sebagai GPPH namun remaja tersebut secara signifikan
akan menunjukkan masalah seperti disorganisasi, ketidakmampuan mengikuti tugas
akademik dan kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya pada tugas akademis
yang lama.
Remaja dengan GPPH sering memperlihatkan emosi yang imatur dibandingkan dengan rekan sebayanya. Mereka seringkali akan melakukan yang lebih baik ketika berinteraksi dengan anak yang lebih muda maupun pada lingkungan dewasa yang mentoleransi tingkah laku imaturnya. Remaja akan mudah frustasi dan memiliki “short fuse” dengan ledakan emosi yang tiba-tiba. Masalah fungsi kognitif semakin meningkat pada remaja dengan GPPH. Selain itu dilaporkan pula adanya gangguan tidur yang tidak berhubungan dengan status pengobatan dengan karakteristik Dyssomnia, parasomnias dan gerakan involunter selama tidur.
Remaja dengan GPPH sering memperlihatkan emosi yang imatur dibandingkan dengan rekan sebayanya. Mereka seringkali akan melakukan yang lebih baik ketika berinteraksi dengan anak yang lebih muda maupun pada lingkungan dewasa yang mentoleransi tingkah laku imaturnya. Remaja akan mudah frustasi dan memiliki “short fuse” dengan ledakan emosi yang tiba-tiba. Masalah fungsi kognitif semakin meningkat pada remaja dengan GPPH. Selain itu dilaporkan pula adanya gangguan tidur yang tidak berhubungan dengan status pengobatan dengan karakteristik Dyssomnia, parasomnias dan gerakan involunter selama tidur.
Anak dan remaja dengan retardasi mental derajat
ringan sampai dengan sedang kemungkinan mempunyai gejala tingkah laku sesuai
dengan diagnosis GPPH dan kemungkinan akan memberikan respon pengobatan
terhadap terapi GPPH. Perilaku menentang sering terjadi pada remaja dengan
GPPH. Remaja dengan perilaku menentang maka secara kronis akan menjadi semakin
argumentative, dan negativistic. Gangguan cemas pada GPPH akan menunjukkan
perilaku obsesif kompulsif dengan karakteristik keberadaan ketakutan terhadap
obsesi yang menetap dan tidak terungkapkan serta pembatasan yang ketat dengan
perilaku kompulsif mengecek, mengulang, menghitung, membersihkan, mengatur dan
menimbun. Gejala Dysthymic ringan sering terjadi pada remaja dengan pengobatan
terhadap GPPH, namun pada kasus yang persisten dan mempengaruhi efektivitas
terhadap intervensi GPPH maka dapat dilakukan konseling spesifik untuk
pengobatan gejala depresinya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara remaja membutuhkan skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2 hingga 5 kali lipat terkena ≥ 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya gangguan lain.
Pemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara remaja membutuhkan skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2 hingga 5 kali lipat terkena ≥ 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya gangguan lain.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV :
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention) : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
Kriteria Diagnostik (GPPH) menurut DSM-IV :
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention) : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
Sering gagal dalam memberikan
perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas
sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
Sering mengalami
kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain.
Sering tidak tampak
mendengarkan apabila berbicara langsung
Sering tidak mengikuti
instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di
tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti
instruksi)
Sering mengalami
kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
Sering menghindari,
membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki usaha mental yang
lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah)
Sering menghilangkan
atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas
sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh
stimuladir dari luar.
Sering lupa dalam
aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas
impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas berikut ini
telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
Hiperaktivitas
Sering gelisah dengan
tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di tempat duduk
Sering meninggalkan tempat
duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak tetap duduk
Sering berlari-lari
atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja
mungkin terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan)
Sering mengalami
kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang
Sering “siap-siap
pergi” atau seakan-akan “didorong oleh sebuah gerakan”
Sering berbicara
berlebihan
Impusivitas
Sering menjawab
pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai
Sering sulit menunggu
gilirannya
Sering menyela atau
mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke percakapan atau permainan)
B.
Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan
telah ada sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizopfrenia atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian)
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizopfrenia atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian)
Penatalaksanaan
Non Farmakologik
Ø Edukasi pada
pasien dan keluarganya
Ø Perubahan perilaku
pasien
Ø Psikoterapi
Farmakologik
Ø Stimulan
Ø Antidepresan
Ø Obat lain
Edukasi Keluarga Pasien
ADHD
Ø ADHD bukan kesalahan anak disengaja à gangguan fungsi
otak (+)
Ø Anak ADHD membutuhkan bantuan untuk tetap
tenang dan memusatkan
perhatian.
Ø Pemahaman dari orangtua dan guru.
Ø Hasil pengobatan lebih baik + Arahan orangtua dan guru.
Ø Anak
ADHD dapat menyesuaikan
diri dengan lebih baik & berhasil.
Ø Pembelajaran
satu-lawan-satu
Ø Pemberian
“reward”.
Ø Hindari pemberian hukuman >>
dan emosional.
Ø Bantu
anak berkonsentrasi lebih baik.
Ø Aktivitas fisik dan olah raga.
Ø Lingkungan rumah tenang.
Ø Latih anak berekspresi dalam tulisan / gambar
Ø Hindari konsumsi gula, salisilat, zat tambahan buatan.
Ø Modifikasi penyusunan
waktu non-akademis
Prognisis
ADHD
Prognosis ADHD :
dubia
ADHD
biasanya berlanjut pada usia dewasa (gejala hiperaktif
kurang jelas).
Tanpa
pemahaman diri, dewasa ADHD cenderung:
- Perilaku resiko tinggi : merugikan diri dan orang di lingkungan
- ↑ angka perceraian, PHK, pelanggaran lalin, kriminalitas, adiksi, penghuni RSJ
- Perilaku resiko tinggi : merugikan diri dan orang di lingkungan
- ↑ angka perceraian, PHK, pelanggaran lalin, kriminalitas, adiksi, penghuni RSJ
Referensi :
- Lazuardi S.
Aspek Neurobiologik Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas. Dalam:
Simposium Masalah Perilaku pada Anak, Penanggulangan dan Dampaknya
terhadap Masa Depan. FK UI. 22 Oktober 1996.
- http://www.klikdokter.com/illness/detail/47
http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
- Perhatian dengan
Hiperaktivitas (GPPH).2008. http://www.fk.uwks.ac.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar