ANTI-REMED
UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia) part I
Terbit :
Senin, 29 Oktober 2012
Author : all crew Scome-MMSA UMY 2011
1. Seorang
pria berusia 50 tahun mengalami kolik abdomen kanan atas dan urinnya berwarna
kemerahan. Kolik yang dirasakan tidak menyebar. Pada foto polos abdomen
terdapat banyak gambaran radio-opaq berukuran 1cm di subkostal XII kanan.
Diagnosis kelainan ini adalah ...
a. Kolelitiasis
b. Hepatolitiasis
c. Nefrolitiasis
kanan
d. Ureterolitiasis
e. Abses
hati yang mengalami kalsifikasi
Author : Ardicho
Pembahasan
:
Opaque adalah
penampakan warna putih pada foto dan
diidentifikasikan sebagai adanya tulang di daerah organ. (Lusen = hitam) (Radiologi Blok 3).
Lithiasis merupakan timbunan zat bisa dari oxalat ataupun lemak
dll yang berasal dari dalam tubuh à Kole + (Empedu), Hepato + (Hepar / Hati), Nefro
+ (Nefron / Ginjal), Ureter +
(Ureter / Saluran dari ginjal ke Vesica urinaria / kantung kemih).
Kolik
adalah sensasi nyeri yang timbul akibat kontraksi (spasme) dinding organ
berongga yang meningkat dalam rangka mengeluarkan sumber obstruksi (Pencernaan Blok 4).
Oleh karena itu, pilihan jawaban hepatolitiasis
dan abses hati telah tersingkirkan.
Kolik yang terjadi pada ureterolitiasis
biasanya memberikan sensasi nyeri alih (referred
pain) sesuai dengan segmen ureter yang mengalami obstruksi :
v Obstruksi
ureter 1/3 proksimal memberikan nyeri alih pada testis (testicular pain);
v Ureter
1/3 media memberikan nyeri alih pada daerah setinggi Mcburney (kanan)/contra
McBurney (kiri) (diagnosis bandingnya adalah apendisitis atau diverkulitis);
v Ureter
1/3 distal memberikan nyeri alih pada dinding scrotum.
Pasien mengalami kolik yang tidak
menyebar, sehingga pilihannya adalah kolelitiasis
atau nefrolitiasis (ingat ginjal
termasuk organ berongga karena terdapat struktur pelvicolalix didalamnya!).
Pada foto polos abdomen, tampak gambaran
radio-opaq multipel setinggi subkostal XII kanan. Secara anatomis, posisi
ginjal kanan ada pada skeletopi vertebra L1-L3 (dibawah vertebra toraks XII dan
kosta XII), sedangkan vesika felea ada pada skeletopi kartilago kosta IX. Pada
kasus ini, pasien juga mengalami hematuria (urin kemerahan), sehingga pilihan
jawabannya adalah nefrolitiasis kanan.
Referensi
o Purnomo
B, 2003, Dasar-dasar Urologi, edisi
2, hal, 62.
o Tanagho
E et al, 2004, Smith’s General Urology, 6th ed., hal, 31-32.
o Moore
KL et al, 2006, Clinicaly Oriented
Anatomy, 5th ed., hal. 304.
2. Seorang
wanita berusia 54 tahun sulit menahan buang air kecil, badannya kurus, sering
merasa haus, dan penglihatannya kabur. Hasil pemeriksaan oftalmologi
menunjukkan ada kekeruhan lensa mata kiri. Nilai Gula Darah Sewaktu (GDS)
adalah 380 mg/dL. Zat apa yang dijumpai di urin?
a. Glukosa
b. Leukosit
c. Protein
d. Eritrosit
e. Kristal
Ca oksalat
Author : Didit
Pembahasan
:
Oftalmologi
adalah spesialis ilmu kedokteran tentang mata, termasuk anatomi, fisiologi dan
patologinya.
Pada kasus ini, pasien memiliki kadar
gula darah 380 mg/dL. Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diabetes melitus
(perhatikan tabel dibawah ini), sehingga kadar glukosa urin akan tinggi.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Glukosa Darah Puasa
Sebagai patokan penyaring dan diagnosis Diabetes
Melitus (DM)
|
|
Bukan
DM
|
Belum
pasti DM
|
DM
|
Kadar
Glukosa darah sewaktu (mg/dL)
Kadar
Glukosa darah puasa (mg/dL)
|
Plasma
vena
|
<
110
|
110
– 199
|
>200
|
Darah
Kapiler
|
<
90
|
90
– 199
|
>200
|
|
Plasma
vena
|
<
110
|
110
– 125
|
>126
|
|
Darah
Kapiler
|
<
90
|
90
– 109
|
>110
|
Pada kasus ini pasien mengeluh tidak
dapat menahan buang air kecil. Hal ini terjadi kemungkinan karena neuropati
nervus pudendus. Nervus pudendus menginervasi otot-otot dasar pelvis yang
berperan dalam proses menahan buang air kecil secara sadar. Pasien juga
mengalami keluhan pada mata. Pada pasien yang mengalami diabetes melitus, dapat
terjadi komplikasi pada mata berupa katarak diabetika ataupun retinopati
diabetika.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa
katarak diabetika terjadi karena penimbunan sorbitol dan fruktosa dalam lensa.
Katarak pada pasien diabetes dapat terjadi dalam tiga bentuk:
v Pasien
dengan dehidrasi berat, asidosis, dan hiperglikemia nyata, pada lensanya akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut;
v Pasien
diabetes juvenil dan orang berusia lanjut dengan kondisi DM yang tidak
terkontrol, terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam waktu 48 jam, dan
terdapat bentuk berupa snow flake
atau bentuk piring subkapsular;
v Katarak
pada pasien diabetik, namun memiliki gambaran histologis maupun biokimia sama
dengan katarak non-diabetika.
Retinopati diabetika terjadi melalui
mekanisme yang lebih kompleks dan sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa proses biokimiawi pernah disebutkan yaitu jalur poliol, glikasi
non-enzimatik dan jalur pembentukan proteinase.
Referensi :
o Sudoyo
AW, 2006, Ilmu Penyakit Dalam, edisi
IV, jilid III, PAPDI, hal. 1911.
o Moore
KL et al, 2006, Clinicaly Oriented Anatomy, 5th ed.
o Ilyas
S, 2003, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 216.
o 2010,
Kamus Kedokteran Dorland, EGC, edisi
31, hal. 1546.
3. Terapi
obat yang paling tepat untuk pasien diabetes tipe I adalah ...
a. Injeksi
insulin glargin pada malam hari sebelum tidur
b. Injeksi
insulin campuran (glargin + RI) pada pagi dan malam hari sebelum makan
c. Injeksi
insulin RI setiap kali sebelum makan dan glargin pada malam hari sebelum tidur
d. Kombinasi
sulfonilurea pada pagi hari dan glargin pada malam hari sebelum tidur
e. Injeksi
insulin glargin pada pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur
Author : Kintan
Pembahasan:
Komplikasi diabetes timbul karena kadar
gula darah puasa maupun kadar gula darah postpandrial yang terlalu tinggi.
Sediaan insulin diberikan untuk mengontrol baik kadar gula darah puasa maupun
kadar gula darah postpandrial.
Diabetes tipe I merupakan penyakit
autoimun yang biasa dialami oleh anak-anak dan remaja, dimana terjadi
penghancuran sel beta pancreas sehingga tidak mampu memproduksi insulin endogen
yang bertanggung jawab untuk penurunan glukosa dalam darah. Biasanya ini
disebabkan oleh faktor genetik. Pengobatannya bisa dengan menggunakan terapi
insulin.
Insulin adalah sebuah hormon polipeptida
yang awalnya diekstraksi dari pancreas sapi maupun babi, namun seiring
berjalannya waktu kini insulin dapat dibuat melalui cara rekombinan dari
e.coli. Insulin merupakan suatu hormone yang diproduksi di sel beta pancreas
dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah. Insulin sampai saat
ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Kerja
cepat/singkat (rapid acting)
Keefektifannya
setengah jam. Durasi kerja 8 jam. Sehingga insulin ini diberikan setengah jam
sebelum makan untuk mengontrol kadar gula darah postpandrial. Merupakan satu-satunya
insulin yang dapat disuntikkan secara intravena. Contohnya regular insuline
(RI);
2) Kerja
menengah (intermediate acting)
Kerjanya
memperlambat absorbs sehingga efeknya menjadi lebih panjang dengan menambahkan
protamin. Contohnya insulatard, monotard;
3) Kerja
panjang (long acting)
Diperlukan
untuk mempertahankan insulin basal yang konstan dan insulin ini bentuknya
murni. Memiliki durasi kerja 24 jam, sehingga diberikan sekali sehari. Contohnya
glargine, PZI.
Kenapa glargine tepat digunakan sebelum
tidur dan RI tepat digunakan setelah makan? Karena RI langsung bekerja
sedangkan glargine butuh waktu yang lama untuk bekerja.
Referensi
:
o MIMS
Indonesia, http://yosefw.wordpress.com/2007/12/31/penggunaan-insulin-pada-pasien-diabetes-melitus3/
o http://artikelkesehatanwanita.com/jenis-jenis-insulin-bagi-penderita-diabetes-tipe-1.html
4. Usaha
pencegahan diabetes yang paling baik adalah ...
a. Pemberian
inhibitor α-glukosidase
b. Pemberian
metformin
c. Pemberian
sulfonilurea
d. Menghentikan
kebiasaan merokok
e. Diet
dan aktifitas fisik secara teratur
Author : Lita
Pembahasan
:
Patofisiologi diabetes
melitus (DM) meliputi :
DM
Tipe 1, disebabkan oleh proses autoimun yang
merusak sel beta pancreas. Hal ini diakibatkan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (infeksi tertentu).
DM
Tipe 2, disebabkan oleh faktor-faktor berikut
:
v Resistensi
insulin (disebabkan oleh faktor genetik dan obesitas);
v Produksi
glukosa dihati (glukoneogenesis) yang berlebihan. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : insulin dapat menekan proses glukoneogenesis digati, tetapi
karena terjadi resistensi insulin dihati, maka insulin tidak dapat secara
efektif menekan proses glukoneogenesis tersebut, akibatnya terjadi produksi
glukosa yang berlebihan;
v Sekresi
insulin yang berkurang (pada awalnya untuk mengkompensasi resistensi insulin
sehingga terjadi kenaikan sekresi insulin, kemudian sekresi insulin akan
semakin berkurang seiring dengan perjalanan penyakit DM). Kurangnya sekresi ini
ditimbulkan oleh penyebab yang belum diketahui secara pasti.
Dari faktor-faktor diatas, yang dapat
kita kendalikan adalah obesitas. Diet yang baik dan melakukan aktifitas fisik
secara teratur dapat mencegah obesitas, sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya DM. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan sensitivitas
sel tubuh terhadap insulin.
5. Kadar
glukosa darah 2 jam setelah makan sebesar 450 mg/dL disebabkan oleh ...
a. Terlalu
banyak makan
b. Glikogenesis,
lipogenesis, dan glikolisis terhambat
c. Glikogenesis
dan glukoneogenesis meningkat
d. Masuknya
glukosa ke dalam hepatosit terhambat
e. Ginjal
tidak mampu mensekresi glukosa darah
Author : Nisa
Pembahasan
:
Sekresi insulin oleh sel beta pancreas
dipicu terutama oleh kadar gula darah. Pada kadar gula darah yang rendah (saat
puasa), kadar insulin rendah, sehingga glukoneogenesis hati dan glikogenolisis
meningkat. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasi kurangnya asupan glukosa dari
makanan.
Setelah makan, kadar glukosa darah
meningkat karena mendapat suplai glukosa dari makanan tersebut. Kadar gula yang
tinggi memicu sekresi insulin. Insulin akan memasukkan glukosa dari darah ke
jaringan, sehingga kadar gula darah postpandrial tidak terlalu tinggi.
Pada penderita diabetes militus (DM),
terjadi resistensi insulin (pada DM tipe 2) atau kurangnya sekresi insulin
karena kerusakan pada sel beta pancreas (pada DM tipe 1). Hal ini mengakibatkan
terjadinya gangguan pemasukan glukosa dari darah ke jaringan atau sel tubuh,
sehingga kadar gula darah postpandrial meningkat.
Kadar
gula darah normal:
1)
Kadar glukosa darah
sewaktu: 110-200mg/dl;
2)
Kadar glukosa darah
saat puasa: 110-126mg/dl;
3)
Kadar glukosa darah
2 jam setelah makan (75 gr glukosa): 140-200mg/dl.
Referensi :
6. Seorang
pria dua minggu yang lalu pergi ke Barito Selatan. Saat kembali ke Jakarta,
badannya demam. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan terdapat Plasmodium vivax stadium tropozoit dan gametosit. Selain primakuin,
obat lainnya yang diberikan adalah ...
a. Kina
b. Piridoksin-pirimetamin
c. Klorokuin
d. Doksisiklin
e. Amoksisilin
Author : Yudhi
Pembahasan
:
Infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum, yang diketahui sensitif, harus
diobati dengan klorokuin oral. Kombinasi terapi klorokuin ditambah primakuin
sulfat ditujukan untuk imfeksi yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale. Meskipun akhir-akhir ini terdapat sejumlah laporan mengenai Plasmodium vivax yang resisten terhadap
klorokuin, namun klorokuin masih merupakan obat pilihan untu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae
dan Plasmodium ovale.
v Kina :
berefek skizontosid darah dan berefek gametositosid terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae, tetapi tidak untuk Plasmodium falciparum. Kina sudah
tergeser oleh antimalaria lain yang lebih efektif dan aman misalnya kluorokuin;
v Piridoksin-pirimetamin
: pirimetamin digunakan secara luas untuk profilaksis dan supresi malaria
terutama untuk strain Plasmodium falciparum
yang resisten klorokuin;
v Klorokuin :
obat anti-malaria yang hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit
(tropozoit, skizon, merozoit), dan gametosit tetapi tidak efektif pada parasit
jaringan. Sangat efektif terhadap Plasmodium
vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale;
v Doksisiklin
: digunakan untuk yang memiliki sifat resisten terhadap beberapa obat, misal Plasmodium falciparum. Aksi dari tunggal doksisiklin ini cenderung lambat
sehingga kurang efektif;
v Amoksisilin
: antibiotic derivate penisilin untuk menghambat sintesa dinding bakteri.
Referensi
:
o Horrison,
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 13, hal. 1009.
o Farmakologi
dan terapi UI dan Goodman & Gilman's the Pharmacological Basis of
Therapeutics.
7. Penyebaran
penyakit dengan perantara hewan peliharaan adalah ...
a. Toksoplasmosis
b. Leptospirosis
c. Pneumonia
d. Diare
e. Campak
Author : Radius
Pembahasan
:
v
Toksoplasmosis etiologi
: toxoplasma gondii dengan perantara
(pejamu definitif) adalah kucing (hewan peliharaan);
v
Leptospirosis etiologi
: leptospira dengan perantara (pejamu
definitif) adalah tikus, racoon dan serigala;
v Pneumonia,
diare dan campak, penularannya tanpa melalui pejamu definitif.
Referensi
:
o Horrison,
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 13, hal. 833, 1021.
8. Dosis
pemberian vitamin A untuk balita 1-5 tahun adalah ...
a. 50.000
SI
b. 100.000
SI
c. 150.000
SI
d. 200.000
SI
e. 250.000
SI
Author : Destha
Pembahasan
:
Dosis dan cara
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi :
Kelompok Sasaran
|
Dosis
|
Pemberian
(kali/tahun)
|
Keterangan
|
Anak
Balita
Ibu
Nifas
|
200.000
Sl
200.000
Sl
|
2
1
|
Februari
Agustus
|
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih
rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk menghimpun
cadangan Vitamin A delam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan
akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti xeroptalmia, kebutaan dan kematian.
Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila
diperlukan. Pemberian
kapsul vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat memberi
perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari makanan
sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam tubuh.
Referensi
:
o Kapita Selekta FK UI,
jilid II, edisi 3, hal. 522.
9. Seorang
anak mengalami facies mongoloid, dan terdapat garis simian yang jelas. Ia tidak
demam. Diagnosisnya adalah ...
a. Sindrom
Turner
b. Sindrom
Patau
c. Sindrom
Down
d. Sindrom
Klinefelter
e. Sindrom
Jacob
Author : Bima
Pembahasan
:
v Sindrom Turner :
Ditemukan oleh H.H
turner tahun 1938. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
¨ Kariotipe
: 45,XO (44 autosom + 1 kromosom X) diderita oleh wanita;
¨ Tinggi
badan cenderung pendek;
¨ Alat
kelamin terlambat berkembang (infertil);
¨ Sisi
leher tumbuh tambahan daging/kelenjar;
¨ Bentuk
kaki X;
¨ Kedua
puting susu berjarak melebar;
¨ Memiliki
keterbelakangan mental.
v Sindrom Patau
Ditemukan oleh dr.
Klaus Patau tahun 1960. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
¨ Kariotipe
: 45,XX/XY (trisomi pd kromosom nomer 13, 14 atau 15), bisa terjadi pada pria
maupun wanita;
¨ Memiliki
kepala kecil dan mata kecil;
¨ Sumbing
celahlangit-langit mulut (palatum);
¨ Tuli;
¨ Jari-jari
polidaktil;
¨ Memiliki
keterbelakangan mental;
¨ Memiliki
kelainan pada otak, jantung, ginjal dan usus;
¨ Biasanya
penderita meninggal pada usia kurang dari 1 tahun.
v Sindrom Down
Ditemukan oleh Langdon
Down tahun 1866. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨ Kariotipe
: 47, XX/XY, (trisomi pada kromosom nomer 21) terjadi pada pria dan wanita;
¨ Bentuk
kepala yang relatif lebih kecil dari normal (mikrosefali);
¨ Adanya
bentuk wajah yang khas (facies mongoloid);
¨ Adanya
garis melintang pada telapak tangan (simian
crease);
¨ Sela
hidung yang datar, mulut kecil dan lidah menonjol keluar (makroglosia);
¨ Mata
sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epichantal fold);
¨ Tangan
yang pendek termasuk ruas-ruas jarinya, dan jarak antara jari ke 1 dan ke 2
melebar, baik pada tangan maupun kaki;
¨ Lapisan
kulit tampak keriput (dermatogliphics);
¨ Tinggi
badan relatif pendek, mulut mengecil dan hidung mendatar menyerupai orang
mongolia (facies mongoloid).
v Sindrom Klinefelter
Ditemukan oleh
Klinefelter tahun 1942. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨ Kariotipe:
47, XXY (kelebihan kromosom seks X), diderita oleh pria;
¨ Bulu
badan tidak tumbuh;
¨ Testis
mengecil (steril);
¨ Buah
dada membesar;
¨ Tinggi
badan berlebih;
¨ Memiliki
keterbelakangan mental.
v Sindrom Jacob
Ditemukan oleh P.A
Jacobs tahun 1965. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨ Kariotipe
47, XYY (kelebihan kromosom seks Y), diderita oleh pria;
¨ Ditemukan
pada 1 diantara 1000 pria;
¨ Saat
lahir bayi normal seperti bayi pada umumnya;
¨ Pada
masa anak-anak, pertumbuhannya sangat cepat, rata-rata mereka memiliki 7 cm
lebih tinggi daripada teman sebayanya;
¨ Berat
badannya relatif lebih kurus, tidak proporsional dengan tinggi badannya;
¨ Bersifat
antisosial, agresif, suka melawan hukum dan memiliki wajah yang menakutkan.
Referensi
:
o http://biomansmaitnh.blogspot.com/2011/08/mutasi-bag-2.html?m=1
10. Seorang
ibu membawa anak perempuannya, Dina, yang berusia 5 tahun ke tempat praktek
dokter Herry. Dina mengalami demam selama 5 hari dan terjadi percakapan seperti
berikut :
Ibu
: Dokter, anak saya ini lho... sumer-sumer sudah 5 hari. Saya khawatir kok
sumer-sumer terus. Sudah saya beri obat sirup anak, tapi nggak sembuh-sembuh.
Kira-kira kenapa ya Dok?
dr.
Herry : maaf, kenapa Bu? Sumer-sumer Bu? Bisa dijelaskan apa itu?
Apa
penyebab tidak efektifnya komunikasi antara dokter dengan pasien pada ilustrasi
diatas?
a. Dokter
tidak dapat menjadi pendengar yang baik
b. Pasien
memiliki pengetahuan yang terbatas
c. Dokter
gagal melakukan proses encoding
informasi
d. Adanya
sematic barrier
e. Adanya
noise dalam proses komunikasi
Author : Velly
Pembahasan
:
Pada wawancara antara dokter dengan
pasien, tampak adanya semantic barrier
(istilah yang tidak umum) berupa kata ‘sumer-sumer’ yang tidak dipahami oleh
dokter.
11. Seorang
petinju mendapat pukulan di hidungnya. Setelah peristiwa tersebut ia mengeluh
keluar cairan dari hidungnya secara terus menerus. Cairan tersebut kemungkinan
besar berasal dari ...
a. Sekresi
mukosa hidung
b. Sinus
maksilaris
c. Sinus
frontalis
d. Sinus
sfenoidalis
e. Cavum
cranii
Author : Eka
Pembahasan
:
Sinus paranasalis berisi udara,
sedangkan yang keluar dari hidung adalah cairan, jadi tidak mungkin berasal
dari sinus paranasalis. Cairan yang keluar dari rongga hidung akibat trauma
pada wajahdapat berupa darah ataupun liquor
cerebrospinal. Perdarahan (epistaksis) dapat dibagi menjadi epistaksis
anterior (dari pleksus Kiesselbach) ataupun posterior (dari a. Etmoidalis
posterior).
Pada trauma wajah, fraktur os nasal
sering disertai fraktur pada bagian cranium lainnya. Cairan jernih yang mengalir
dari hidung mungkin menunjukkan kebocoran cairan cerebrospinal karena fraktur
basis cranii. Fraktur basis cranii yang disertai dengan robekan duramater dan
arakhnoid dapat menyebabkan cairan otak keluar melalui kedua lubang hidung.
Referensi
:
o Wim
de Jong (editor), Buku Ajar Ilmu Bedah,
hal. 337-339, 366-367.
o Brester
& Sternbach, Manual Kedokteran
Darurat, edisi 6, hal. 86-88.
12. Seorang
laki-laki berusia 26 tahun dibawa oleh polisi ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas. Pada pemeriksaan fisik, didapat keadaan umum gelisah, kesadaran
somnolen, tekanan darah 60 mmHg dengan palpasi, denyut nadi 136x/menit teraba
lemah, frekuensi nafas 30x/menit, konjungtiva anemis, akral dingin. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan jejas pada region kuadran kanan atas, pekak
hepar menghilang, nyeri tekan pada seluruh regio abdomen. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 6 g %. Tim dokter segera melakukan tindakan
resusitasi dan dilanjutkan tindakan bedah. Apakah prinsip moral yang mendasari
tindakan tim dokter?
a. Justice
b. Fidelity
c. Autonomy
d. Beneficence
e. Nonmaleficence
Author : Fino
13. Seorang
laki-laki berusia 45 tahun datang ke dokter praktek umum dengan keluhan nyeri
sendi ibu jari kaki kanan. Keluhan dirasakan kambuh-kambuhan terutama setelah
makan jeroan. Persendian tampak bengkak dan kemerahan. Pasien memiliki riwayat
mengkonsumsi obat anti-nyeri dalam jangka waktu lama karena sering merasa nyeri
kepala. Obat anti-nyeri apakah yang paling mungkin memicu keluhan pasien tersebut?
a. Asam
mafenamat
b. Paracetamol
c. Metampiron
d. Piroksikan
e. Aspirin
Author : Kiki
Pembahasan
:
Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat
dalam tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam dan peradangan. Terkadang,
aspirin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke dan kejang. Aspirin
digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.
Efek Samping Aspirin:
1)
Efek GI (terganggunya GI yang mungkin diperkecil oleh
pengaturan makanan dan penggunaan formulasi lapisan enteric, juga
gangguan GI termasuk pengikisan, bernanah, dan sebagainya);
2)
Efek Hematologis (meningkat ketika perdarahan terjadi,
berkurang dalam kelekatan platelet, hemorrhage);
3)
Reaksi hipersensitivitas;
4)
Efek CNS (tinnitus, depresi).
14. Seorang
laki-laki datang ke puskesmas dengan keluhan sering merasa lemah. Keluhan
disertai dengan mudah merasa lapar, mudah merasa haus dan sering kencing.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan dalam waktu 6 bulan sebanyak 10 kg.
Sebelum sakit pola makan pasien tergolong potensi obesitas karena melebihi
kebutuhan, suka ngemil dan kurang beraktivitas. Hasil pemeriksaan menunjukkan
pasien memiliki berat badan 55 kg dan tinggi badan 170 cm. Berapa kebutuhan
gizi pasien diatas (kalori/hari)?
a. 2200
kkal
b. 2000
kkal
c. 1900
kkal
d. 1800
kkal
e. 1700
kkal
Author : Tifa
Pembahasan
:
1)
Karena pria
dan memiliki Tinggi Badan = 170 cm maka dihitung dengan rumus:
Berat Badan
Ideal (BBI) = [(Tinggi badan dalam cm - 100) x 1 kg] x 90%
= [(170 -
100) x 1] x 90%
= 63 kg
2)
Karena pria
maka Kebutuhan Kalori Basal dihitung dengan rumus : BBI x 30 kkal
Kebutuhan
Kalori Basal = BBI x 30 kkal
= 63 x 30
kkal
= 1890 kkal
3)
Kurang
aktivitas maka Berdasarkan Tabel Klasifikasi Aktivitas Harian = 20%
Koreksi
Faktor Aktivitas = Kebutuhan Kalori Basal x Tingkat Aktivitas
= 1.890 x
10%
= 189 kkal
Kalau dalam
soal diketahui umur, misal 61
4)
Karena GD
sudah berusia 61 tahun = (-10%) minus
Koreksi
Faktor Usia = Kebutuhan Kalori Basal x Tingkat Usia
= 1.890 x
10%
= 189 kkal
Maka Total
Kebutuhan Kalori Harian GD :
= Kebutuhan
Kalori Basal + Koreksi Faktor Aktivitas – Koreksi Faktor Usia
= 1.890 +
189 – 189 kkal
= 1890 kkal
Author : all crew Scome-MMSA UMY 2011
Source
: Kumpulan Soal-soal dan Jawaban UKDI Ready dr. Henky dan dr. Fikar UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar