Kamis, 01 November 2012

ANTI-REMED UKDI part I

ANTI-REMED UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia) part I
Terbit : Senin, 29 Oktober 2012
Author : all crew Scome-MMSA UMY 2011
1.      Seorang pria berusia 50 tahun mengalami kolik abdomen kanan atas dan urinnya berwarna kemerahan. Kolik yang dirasakan tidak menyebar. Pada foto polos abdomen terdapat banyak gambaran radio-opaq berukuran 1cm di subkostal XII kanan. Diagnosis kelainan ini adalah ...
a.       Kolelitiasis
b.      Hepatolitiasis
c.       Nefrolitiasis kanan
d.      Ureterolitiasis
e.       Abses hati yang mengalami kalsifikasi
Author : Ardicho
Pembahasan :
Opaque adalah penampakan warna putih pada foto dan diidentifikasikan sebagai adanya tulang di daerah organ. (Lusen = hitam) (Radiologi Blok 3).
Lithiasis merupakan timbunan zat bisa dari oxalat ataupun lemak dll yang berasal dari dalam tubuh à Kole + (Empedu), Hepato + (Hepar / Hati), Nefro + (Nefron / Ginjal), Ureter + (Ureter / Saluran dari ginjal ke Vesica urinaria / kantung kemih).
Kolik adalah sensasi nyeri yang timbul akibat kontraksi (spasme) dinding organ berongga yang meningkat dalam rangka mengeluarkan sumber obstruksi (Pencernaan Blok 4). Oleh karena itu, pilihan jawaban hepatolitiasis dan abses hati telah tersingkirkan. Kolik yang terjadi pada ureterolitiasis biasanya memberikan sensasi nyeri alih (referred pain) sesuai dengan segmen ureter yang mengalami obstruksi :
v  Obstruksi ureter 1/3 proksimal memberikan nyeri alih pada testis (testicular pain);
v  Ureter 1/3 media memberikan nyeri alih pada daerah setinggi Mcburney (kanan)/contra McBurney (kiri) (diagnosis bandingnya adalah apendisitis atau diverkulitis);
v  Ureter 1/3 distal memberikan nyeri alih pada dinding scrotum.
Pasien mengalami kolik yang tidak menyebar, sehingga pilihannya adalah kolelitiasis atau nefrolitiasis (ingat ginjal termasuk organ berongga karena terdapat struktur pelvicolalix didalamnya!).
Pada foto polos abdomen, tampak gambaran radio-opaq multipel setinggi subkostal XII kanan. Secara anatomis, posisi ginjal kanan ada pada skeletopi vertebra L1-L3 (dibawah vertebra toraks XII dan kosta XII), sedangkan vesika felea ada pada skeletopi kartilago kosta IX. Pada kasus ini, pasien juga mengalami hematuria (urin kemerahan), sehingga pilihan jawabannya adalah nefrolitiasis kanan.
Referensi
o   Purnomo B, 2003, Dasar-dasar Urologi, edisi 2, hal, 62.
o   Tanagho E et al, 2004, Smith’s General Urology, 6th ed., hal, 31-32.
o   Moore KL et al, 2006, Clinicaly Oriented Anatomy, 5th ed., hal. 304.

2.      Seorang wanita berusia 54 tahun sulit menahan buang air kecil, badannya kurus, sering merasa haus, dan penglihatannya kabur. Hasil pemeriksaan oftalmologi menunjukkan ada kekeruhan lensa mata kiri. Nilai Gula Darah Sewaktu (GDS) adalah 380 mg/dL. Zat apa yang dijumpai di urin?
a.      Glukosa
b.      Leukosit
c.       Protein
d.      Eritrosit
e.       Kristal Ca oksalat
Author : Didit
Pembahasan :
Oftalmologi adalah spesialis ilmu kedokteran tentang mata, termasuk anatomi, fisiologi dan patologinya.
Pada kasus ini, pasien memiliki kadar gula darah 380 mg/dL. Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diabetes melitus (perhatikan tabel dibawah ini), sehingga kadar glukosa urin akan tinggi.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Glukosa Darah Puasa
Sebagai patokan penyaring dan diagnosis Diabetes Melitus (DM)


Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dL)
Kadar Glukosa darah puasa (mg/dL)
Plasma vena
< 110
110 – 199
>200
Darah Kapiler
< 90
90 – 199
>200
Plasma vena
< 110
110 – 125
>126
Darah Kapiler
< 90
90 – 109
>110
Pada kasus ini pasien mengeluh tidak dapat menahan buang air kecil. Hal ini terjadi kemungkinan karena neuropati nervus pudendus. Nervus pudendus menginervasi otot-otot dasar pelvis yang berperan dalam proses menahan buang air kecil secara sadar. Pasien juga mengalami keluhan pada mata. Pada pasien yang mengalami diabetes melitus, dapat terjadi komplikasi pada mata berupa katarak diabetika ataupun retinopati diabetika.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa katarak diabetika terjadi karena penimbunan sorbitol dan fruktosa dalam lensa. Katarak pada pasien diabetes dapat terjadi dalam tiga bentuk:
v  Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis, dan hiperglikemia nyata, pada lensanya akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut;
v  Pasien diabetes juvenil dan orang berusia lanjut dengan kondisi DM yang tidak terkontrol, terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam waktu 48 jam, dan terdapat bentuk berupa snow flake atau bentuk piring subkapsular;
v  Katarak pada pasien diabetik, namun memiliki gambaran histologis maupun biokimia sama dengan katarak non-diabetika.
Retinopati diabetika terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks dan sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa proses biokimiawi pernah disebutkan yaitu jalur poliol, glikasi non-enzimatik dan jalur pembentukan proteinase.
Referensi :
o   Sudoyo AW, 2006, Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, jilid III, PAPDI, hal. 1911.
o   Moore KL et al, 2006, Clinicaly Oriented Anatomy, 5th ed.
o   Ilyas S, 2003, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 216.
o   2010, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, edisi 31, hal. 1546.

3.      Terapi obat yang paling tepat untuk pasien diabetes tipe I adalah ...
a.       Injeksi insulin glargin pada malam hari sebelum tidur
b.      Injeksi insulin campuran (glargin + RI) pada pagi dan malam hari sebelum makan
c.       Injeksi insulin RI setiap kali sebelum makan dan glargin pada malam hari sebelum tidur
d.      Kombinasi sulfonilurea pada pagi hari dan glargin pada malam hari sebelum tidur
e.       Injeksi insulin glargin pada pagi hari sebelum makan dan malam hari sebelum tidur
Author : Kintan
Pembahasan:
Komplikasi diabetes timbul karena kadar gula darah puasa maupun kadar gula darah postpandrial yang terlalu tinggi. Sediaan insulin diberikan untuk mengontrol baik kadar gula darah puasa maupun kadar gula darah postpandrial.
Diabetes tipe I merupakan penyakit autoimun yang biasa dialami oleh anak-anak dan remaja, dimana terjadi penghancuran sel beta pancreas sehingga tidak mampu memproduksi insulin endogen yang bertanggung jawab untuk penurunan glukosa dalam darah. Biasanya ini disebabkan oleh faktor genetik. Pengobatannya bisa dengan menggunakan terapi insulin.
Insulin adalah sebuah hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari pancreas sapi maupun babi, namun seiring berjalannya waktu kini insulin dapat dibuat melalui cara rekombinan dari e.coli. Insulin merupakan suatu hormone yang diproduksi di sel beta pancreas dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah. Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1)      Kerja cepat/singkat (rapid acting)
Keefektifannya setengah jam. Durasi kerja 8 jam. Sehingga insulin ini diberikan setengah jam sebelum makan untuk mengontrol kadar gula darah postpandrial. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat disuntikkan secara intravena. Contohnya regular insuline (RI);
2)      Kerja menengah (intermediate acting)
Kerjanya memperlambat absorbs sehingga efeknya menjadi lebih panjang dengan menambahkan protamin. Contohnya insulatard, monotard;
3)      Kerja panjang (long acting)
Diperlukan untuk mempertahankan insulin basal yang konstan dan insulin ini bentuknya murni. Memiliki durasi kerja 24 jam, sehingga diberikan sekali sehari. Contohnya glargine, PZI.
Kenapa glargine tepat digunakan sebelum tidur dan RI tepat digunakan setelah makan? Karena RI langsung bekerja sedangkan glargine butuh waktu yang lama untuk bekerja.
Referensi :
o   http://artikelkesehatanwanita.com/jenis-jenis-insulin-bagi-penderita-diabetes-tipe-1.html

4.      Usaha pencegahan diabetes yang paling baik adalah ...
a.       Pemberian inhibitor α-glukosidase
b.      Pemberian metformin
c.       Pemberian sulfonilurea
d.      Menghentikan kebiasaan merokok
e.       Diet dan aktifitas fisik secara teratur
Author : Lita
Pembahasan :
Patofisiologi diabetes melitus (DM) meliputi :
DM Tipe 1, disebabkan oleh proses autoimun yang merusak sel beta pancreas. Hal ini diakibatkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (infeksi tertentu).
DM Tipe 2, disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
v  Resistensi insulin (disebabkan oleh faktor genetik dan obesitas);
v  Produksi glukosa dihati (glukoneogenesis) yang berlebihan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : insulin dapat menekan proses glukoneogenesis digati, tetapi karena terjadi resistensi insulin dihati, maka insulin tidak dapat secara efektif menekan proses glukoneogenesis tersebut, akibatnya terjadi produksi glukosa yang berlebihan;
v  Sekresi insulin yang berkurang (pada awalnya untuk mengkompensasi resistensi insulin sehingga terjadi kenaikan sekresi insulin, kemudian sekresi insulin akan semakin berkurang seiring dengan perjalanan penyakit DM). Kurangnya sekresi ini ditimbulkan oleh penyebab yang belum diketahui secara pasti.
Dari faktor-faktor diatas, yang dapat kita kendalikan adalah obesitas. Diet yang baik dan melakukan aktifitas fisik secara teratur dapat mencegah obesitas, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya DM. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan sensitivitas sel tubuh terhadap insulin.

5.      Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan sebesar 450 mg/dL disebabkan oleh ...
a.       Terlalu banyak makan
b.      Glikogenesis, lipogenesis, dan glikolisis terhambat
c.       Glikogenesis dan glukoneogenesis meningkat
d.      Masuknya glukosa ke dalam hepatosit terhambat
e.       Ginjal tidak mampu mensekresi glukosa darah
Author : Nisa
Pembahasan :
Sekresi insulin oleh sel beta pancreas dipicu terutama oleh kadar gula darah. Pada kadar gula darah yang rendah (saat puasa), kadar insulin rendah, sehingga glukoneogenesis hati dan glikogenolisis meningkat. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasi kurangnya asupan glukosa dari makanan.
Setelah makan, kadar glukosa darah meningkat karena mendapat suplai glukosa dari makanan tersebut. Kadar gula yang tinggi memicu sekresi insulin. Insulin akan memasukkan glukosa dari darah ke jaringan, sehingga kadar gula darah postpandrial tidak terlalu tinggi.
Pada penderita diabetes militus (DM), terjadi resistensi insulin (pada DM tipe 2) atau kurangnya sekresi insulin karena kerusakan pada sel beta pancreas (pada DM tipe 1). Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pemasukan glukosa dari darah ke jaringan atau sel tubuh, sehingga kadar gula darah postpandrial meningkat.
Kadar gula darah normal:
1)      Kadar glukosa darah sewaktu: 110-200mg/dl;
2)      Kadar glukosa darah saat puasa: 110-126mg/dl;
3)      Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (75 gr glukosa): 140-200mg/dl.
Referensi :

6.      Seorang pria dua minggu yang lalu pergi ke Barito Selatan. Saat kembali ke Jakarta, badannya demam. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan terdapat Plasmodium vivax stadium tropozoit dan gametosit. Selain primakuin, obat lainnya yang diberikan adalah ...
a.       Kina
b.      Piridoksin-pirimetamin
c.       Klorokuin
d.      Doksisiklin
e.       Amoksisilin
Author : Yudhi
Pembahasan :
Infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum, yang diketahui sensitif, harus diobati dengan klorokuin oral. Kombinasi terapi klorokuin ditambah primakuin sulfat ditujukan untuk imfeksi yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Meskipun akhir-akhir ini terdapat sejumlah laporan mengenai Plasmodium vivax yang resisten terhadap klorokuin, namun klorokuin masih merupakan obat pilihan untu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
v  Kina : berefek skizontosid darah dan berefek gametositosid terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae, tetapi tidak untuk Plasmodium falciparum. Kina sudah tergeser oleh antimalaria lain yang lebih efektif dan aman misalnya kluorokuin;
v  Piridoksin-pirimetamin : pirimetamin digunakan secara luas untuk profilaksis dan supresi malaria terutama untuk strain Plasmodium falciparum yang resisten klorokuin;
v  Klorokuin : obat anti-malaria yang hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit (tropozoit, skizon, merozoit), dan gametosit tetapi tidak efektif pada parasit jaringan. Sangat efektif terhadap Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale;
v  Doksisiklin : digunakan untuk yang memiliki sifat resisten terhadap beberapa obat, misal Plasmodium falciparum. Aksi dari tunggal doksisiklin ini cenderung lambat sehingga kurang efektif;
v  Amoksisilin : antibiotic derivate penisilin untuk menghambat sintesa dinding bakteri.
Referensi :
o   Horrison, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, hal. 1009.
o   Farmakologi dan terapi UI dan Goodman & Gilman's the Pharmacological Basis of Therapeutics.

7.      Penyebaran penyakit dengan perantara hewan peliharaan adalah ...
a.      Toksoplasmosis
b.      Leptospirosis
c.       Pneumonia
d.      Diare
e.       Campak
Author : Radius
Pembahasan :
v  Toksoplasmosis           etiologi : toxoplasma gondii dengan perantara (pejamu definitif) adalah kucing (hewan peliharaan);
v  Leptospirosis               etiologi : leptospira dengan perantara (pejamu definitif) adalah tikus, racoon dan serigala;
v  Pneumonia, diare dan campak, penularannya tanpa melalui pejamu definitif.
Referensi :
o   Horrison, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, hal. 833, 1021.

8.      Dosis pemberian vitamin A untuk balita 1-5 tahun adalah ...
a.       50.000 SI
b.      100.000 SI
c.       150.000 SI
d.      200.000 SI
e.       250.000 SI
Author : Destha
Pembahasan :
Dosis dan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi :
Kelompok Sasaran
Dosis
Pemberian (kali/tahun)
Keterangan
Anak Balita
Ibu Nifas
200.000 Sl
200.000 Sl
2
1
Februari
Agustus
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan Vitamin A delam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti xeroptalmia, kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat memberi perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari makanan sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam tubuh.
Referensi :
o   Kapita Selekta FK UI, jilid II, edisi 3, hal. 522.

9.      Seorang anak mengalami facies mongoloid, dan terdapat garis simian yang jelas. Ia tidak demam. Diagnosisnya adalah ...
a.       Sindrom Turner
b.      Sindrom Patau
c.       Sindrom Down
d.      Sindrom Klinefelter
e.       Sindrom Jacob
Author : Bima
Pembahasan :
v  Sindrom Turner :
Ditemukan oleh H.H turner tahun 1938. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
¨      Kariotipe : 45,XO (44 autosom + 1 kromosom X) diderita oleh wanita;
¨      Tinggi badan cenderung pendek;
¨      Alat kelamin terlambat berkembang (infertil);
¨      Sisi leher tumbuh tambahan daging/kelenjar;
¨      Bentuk kaki X;
¨      Kedua puting susu berjarak melebar;
¨      Memiliki keterbelakangan mental.
v  Sindrom Patau
Ditemukan oleh dr. Klaus Patau tahun 1960. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
¨      Kariotipe : 45,XX/XY (trisomi pd kromosom nomer 13, 14 atau 15), bisa terjadi pada pria maupun wanita;
¨      Memiliki kepala kecil dan mata kecil;
¨      Sumbing celahlangit-langit mulut (palatum);
¨      Tuli;
¨      Jari-jari polidaktil;
¨      Memiliki keterbelakangan mental;
¨      Memiliki kelainan pada otak, jantung, ginjal dan usus;
¨      Biasanya penderita meninggal pada usia kurang dari 1 tahun.
v  Sindrom Down
Ditemukan oleh Langdon Down tahun 1866. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨      Kariotipe : 47, XX/XY, (trisomi pada kromosom nomer 21) terjadi pada pria dan wanita;
¨      Bentuk kepala yang relatif lebih kecil dari normal (mikrosefali);
¨      Adanya bentuk wajah yang khas (facies mongoloid);
¨      Adanya garis melintang pada telapak tangan (simian crease);
¨      Sela hidung yang datar, mulut kecil dan lidah menonjol keluar (makroglosia);
¨      Mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epichantal fold);
¨      Tangan yang pendek termasuk ruas-ruas jarinya, dan jarak antara jari ke 1 dan ke 2 melebar, baik pada tangan maupun kaki;
¨      Lapisan kulit tampak keriput (dermatogliphics);
¨      Tinggi badan relatif pendek, mulut mengecil dan hidung mendatar menyerupai orang mongolia (facies mongoloid).
v  Sindrom Klinefelter
Ditemukan oleh Klinefelter tahun 1942. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨      Kariotipe: 47, XXY (kelebihan kromosom seks X), diderita oleh pria;
¨      Bulu badan tidak tumbuh;
¨      Testis mengecil (steril);
¨      Buah dada membesar;
¨      Tinggi badan berlebih;
¨      Memiliki keterbelakangan mental.
v  Sindrom Jacob
Ditemukan oleh P.A Jacobs tahun 1965. Ciri-cirinya sebagai berikut :
¨      Kariotipe 47, XYY (kelebihan kromosom seks Y), diderita oleh pria;
¨      Ditemukan pada 1 diantara 1000 pria;
¨      Saat lahir bayi normal seperti bayi pada umumnya;
¨      Pada masa anak-anak, pertumbuhannya sangat cepat, rata-rata mereka memiliki 7 cm lebih tinggi daripada teman sebayanya;
¨      Berat badannya relatif lebih kurus, tidak proporsional dengan tinggi badannya;
¨      Bersifat antisosial, agresif, suka melawan hukum dan memiliki wajah yang menakutkan.
Referensi :
o   http://biomansmaitnh.blogspot.com/2011/08/mutasi-bag-2.html?m=1

10.  Seorang ibu membawa anak perempuannya, Dina, yang berusia 5 tahun ke tempat praktek dokter Herry. Dina mengalami demam selama 5 hari dan terjadi percakapan seperti berikut :
Ibu : Dokter, anak saya ini lho... sumer-sumer sudah 5 hari. Saya khawatir kok sumer-sumer terus. Sudah saya beri obat sirup anak, tapi nggak sembuh-sembuh. Kira-kira kenapa ya Dok?
dr. Herry : maaf, kenapa Bu? Sumer-sumer Bu? Bisa dijelaskan apa itu?

Apa penyebab tidak efektifnya komunikasi antara dokter dengan pasien pada ilustrasi diatas?
a.       Dokter tidak dapat menjadi pendengar yang baik
b.      Pasien memiliki pengetahuan yang terbatas
c.       Dokter gagal melakukan proses encoding informasi
d.      Adanya sematic barrier
e.       Adanya noise dalam proses komunikasi
Author : Velly
Pembahasan :
Pada wawancara antara dokter dengan pasien, tampak adanya semantic barrier (istilah yang tidak umum) berupa kata ‘sumer-sumer’ yang tidak dipahami oleh dokter.

11.  Seorang petinju mendapat pukulan di hidungnya. Setelah peristiwa tersebut ia mengeluh keluar cairan dari hidungnya secara terus menerus. Cairan tersebut kemungkinan besar berasal dari ...
a.       Sekresi mukosa hidung
b.      Sinus maksilaris
c.       Sinus frontalis
d.      Sinus sfenoidalis
e.       Cavum cranii
Author : Eka
Pembahasan :
Sinus paranasalis berisi udara, sedangkan yang keluar dari hidung adalah cairan, jadi tidak mungkin berasal dari sinus paranasalis. Cairan yang keluar dari rongga hidung akibat trauma pada wajahdapat berupa darah ataupun liquor cerebrospinal. Perdarahan (epistaksis) dapat dibagi menjadi epistaksis anterior (dari pleksus Kiesselbach) ataupun posterior (dari a. Etmoidalis posterior).
Pada trauma wajah, fraktur os nasal sering disertai fraktur pada bagian cranium lainnya. Cairan jernih yang mengalir dari hidung mungkin menunjukkan kebocoran cairan cerebrospinal karena fraktur basis cranii. Fraktur basis cranii yang disertai dengan robekan duramater dan arakhnoid dapat menyebabkan cairan otak keluar melalui kedua lubang hidung.
Referensi :
o   Wim de Jong (editor), Buku Ajar Ilmu Bedah, hal. 337-339, 366-367.
o   Brester & Sternbach, Manual Kedokteran Darurat, edisi 6, hal. 86-88.
                                                                                   
12.  Seorang laki-laki berusia 26 tahun dibawa oleh polisi ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada pemeriksaan fisik, didapat keadaan umum gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah 60 mmHg dengan palpasi, denyut nadi 136x/menit teraba lemah, frekuensi nafas 30x/menit, konjungtiva anemis, akral dingin. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan jejas pada region kuadran kanan atas, pekak hepar menghilang, nyeri tekan pada seluruh regio abdomen. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6 g %. Tim dokter segera melakukan tindakan resusitasi dan dilanjutkan tindakan bedah. Apakah prinsip moral yang mendasari tindakan tim dokter?
a.       Justice
b.      Fidelity
c.       Autonomy
d.      Beneficence
e.       Nonmaleficence
Author : Fino

13.  Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke dokter praktek umum dengan keluhan nyeri sendi ibu jari kaki kanan. Keluhan dirasakan kambuh-kambuhan terutama setelah makan jeroan. Persendian tampak bengkak dan kemerahan. Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat anti-nyeri dalam jangka waktu lama karena sering merasa nyeri kepala. Obat anti-nyeri apakah yang paling mungkin memicu keluhan pasien tersebut?
a.       Asam mafenamat
b.      Paracetamol
c.       Metampiron
d.      Piroksikan
e.       Aspirin
Author : Kiki
Pembahasan :
Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam dan peradangan. Terkadang, aspirin digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke dan kejang. Aspirin digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.
Efek Samping Aspirin:
1)      Efek GI (terganggunya GI yang mungkin diperkecil oleh pengaturan makanan dan penggunaan formulasi lapisan enteric, juga gangguan GI termasuk pengikisan, bernanah, dan sebagainya);
2)      Efek Hematologis (meningkat ketika perdarahan terjadi, berkurang dalam kelekatan platelet, hemorrhage);
3)      Reaksi hipersensitivitas;
4)      Efek CNS (tinnitus, depresi).

14.  Seorang laki-laki datang ke puskesmas dengan keluhan sering merasa lemah. Keluhan disertai dengan mudah merasa lapar, mudah merasa haus dan sering kencing. Pasien juga mengalami penurunan berat badan dalam waktu 6 bulan sebanyak 10 kg. Sebelum sakit pola makan pasien tergolong potensi obesitas karena melebihi kebutuhan, suka ngemil dan kurang beraktivitas. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien memiliki berat badan 55 kg dan tinggi badan 170 cm. Berapa kebutuhan gizi pasien diatas (kalori/hari)?
a.      2200 kkal
b.      2000 kkal
c.       1900 kkal
d.      1800 kkal
e.       1700 kkal
Author : Tifa
Pembahasan :
1)      Karena pria dan memiliki Tinggi Badan = 170 cm maka dihitung dengan rumus:
Berat Badan Ideal (BBI) = [(Tinggi badan dalam cm - 100) x 1 kg] x 90%
= [(170 - 100) x 1] x 90%
= 63 kg

2)      Karena pria maka Kebutuhan Kalori Basal dihitung dengan rumus : BBI x 30 kkal
Kebutuhan Kalori Basal = BBI x 30 kkal
= 63 x 30 kkal
= 1890 kkal

3)      Kurang aktivitas maka Berdasarkan Tabel Klasifikasi Aktivitas Harian = 20%
Koreksi Faktor Aktivitas = Kebutuhan Kalori Basal x Tingkat Aktivitas
= 1.890 x 10%
= 189 kkal

Kalau dalam soal diketahui umur, misal 61
4)      Karena GD sudah berusia 61 tahun = (-10%) minus
Koreksi Faktor Usia = Kebutuhan Kalori Basal x Tingkat Usia
= 1.890 x 10%
= 189 kkal

Maka Total Kebutuhan Kalori Harian GD :
= Kebutuhan Kalori Basal + Koreksi Faktor Aktivitas – Koreksi Faktor Usia
= 1.890 + 189 – 189 kkal
= 1890 kkal

Author : all crew Scome-MMSA UMY 2011
Source : Kumpulan Soal-soal dan Jawaban UKDI Ready dr. Henky dan dr. Fikar UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar