Senin, 24 September 2012

Artikel dan Jurnal Blok 7

Author : Kintan (artikel) & Ardicho : (download Jurnal dengan meng-klik judul artikel)

Para ilmuan Jepang menemukan bahwa anak tikus yang dihasilkan dari material genetic yang berasal dari dua tikus betina tanpa ada material genetic dari ayahnya, hidup lebih lama dibanding anak tikus dengan campuran genetic normal, campuran gen maternal dan paternal. Penemuan ini bias menjadi bukti awal bahwa gen sperma mungkin memberi efek pada lama hidup mamalia.
Penelitian ini menemukan bahwa tikus dari genome dua betina (bi-maternal mice/BM) rata-rata mempunyai usia 186 hari lebih lama dibanding tikus control (tikus dari kombinasi normal gen jantan dan betina). Umur rata-rata dari tikus hasil percobaan ini adalah 700-800 hari.
Studi ini bermula dari pertanyaan mengapa wanita umumnya mempunyai usia yang labih panjang di banding pria. Dan ini terjadi hampr pada semua jenis mamalia. Jenis betina mempunyai usia hidup yang lebih lama dibanding jenis jantan. Fenomena ini sampai sekarang belum dapat dijelaskan dari segi ilmu pengetahuan dan science. Apakah panjangnya usia pada mamalia ditentukan oleh komposisi genom dari hanya satu orangtua atau dari kedua orangtuanya?
Untuk menjawab ini Prof Kono dan Dr Kawahara mempelajari tikus yang di ‘buat’ tanpa adanya peran sperma dari tikus jantan.
Untuk melakukan ini, mereka mengumpulkan oocyte (sel telur) yang belum berkembang dari tikus berumur satu hari (day-old mice), memanipulasi oocyte ini sehingga gen-nya mempunyai sifat seperti gen pada sperma. Kemudian ditranplantasikan kedalam oocyte tikus betina dewasa yang telah dihilangkan inti selnya (enucleated oocytes). Sel telur yang telah direkonstruksi ini akan berkembang menjadi embrio, yang kemudian diransfer kedalam rahim tikus betina yang kelak akan menjadi ibunya. Tikus yang lahir akan menjadi tikus bi-maternal (BM), mempunyai material genetic yang berasal dari dua orangtua betina, tanpa ayah.
Sebagai control digunakan tikus melalui pembuahan normal yang secara genetic sama dengan tikus BM, hanya saja menggunakan campuran gen normal, jantan dan betina.
Secara keseluruhan terdapat 13 tikus BM dan 13 tikus control. Lamanya hidup tikus BM rata-rata adalah 841.5 hari, sementara tikus control 655.5 hari, 186 hari lebih lama. Para ilmuan juga menimbang berat tikus-tikus tersebut pada hari ke 49 dan 600 (20 bulan setelah kelahiran).  mereka menemukan tikus BM lebih ringan dan kecil daripada tikus control. Tikus BM juga terindikasi mempunyai system immune yang lebih baik, dengan peningkatan signifikan pada salah satu sel darah putih, eosinophil.
Kedua kelompok tikus dipelihara dalam lingkungan yang sama, dengan akses bebas ke makanan, sehingga perbedaan karena factor lingkungan bias diabaikan.
Menurut Prof Kono, alasan tikus BM cenderung memiliki usia hidup yang lebih lama adalah karena factor represi dari gen yang disebut Rasgrf1 yang terdapat pada tikus BM. Gen ini umumnya terekspresi dari kromosom paternal dan merupakan imprinted gen pada kromosom 9 yang berhubungan dengan pertumbuhan post-natal.
Namun belum jelas apakah Rasgrf1 betul-betul berhubungan dengan lamanya usia hidup atau tidak. Tapi yang jelas gen ini menjadi salah satu kandidat kuat sebagai gen yang bertanggung jawab terhadap fenomena tersebut.
Meskipun masih sangat awal, studi ini mungkin dapat memberikan jawaban tentang pertanyaan berikut.
Apakah lamanya usia hidup pada mamalia ditentukan oleh komposisi genom salah satu atau kedua orangtua??
Dan mungkin juga pertanyaan lain, yaitu apakah wanita diuntungkan karena mempunyai usia hidup lebih lama secara genetic dibanding pria..??


Tidak ada komentar:

Posting Komentar