Senin, 25 Mei 2015

SKENARIO 3 BLOK 8 PART 2


Skenario 3 Blok 8 Part 2
Author : Yunita, Diani, Chandra, Pandu
CONTAIN
  1. PERUBAHAN PADA LANSIA PADA SEMUA SISTEM DAN IMPLIKASI KLINIK
  2. PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS PADA PENUAAN
  3. FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DEGENERATIF
  4. CARA HIDUP SEHAT MENCEGAH PENYAKIT DEGENERATIF

  1. PERUBAHAN PADA LANSIA PADA SEMUA SISTEM DAN IMPLIKASI KLINIK

Perubahan pada Sistem Sensoris 
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 
Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori. 

Penglihatan 
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak. SemakIn bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua: 
  1. Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi. Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf yang kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak pandang dekat.
  2. Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu. 
  3. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan dal-am persepsi warna. 
  4. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi terjadi sindrom mata kering. 

Pendengaran 
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua: 
  1. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).1 
  2. Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.2 
  3. Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara.2 

Perabaan 
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak mengundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
Pengecapan 
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang. 

Penciuman 
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau. 




Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal 
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.

Sistem Skeletal 
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami penurunan. 

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua: 
  1. Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan didkus intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest. 

  1. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur.

Sistem Muskular 

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat proses menua:
  1. Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif. 
  2. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi, penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.

Sendi 

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua: 
  1. Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas. 
  2. Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera. 

Estrogen 
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang. 



Perubahan pada Sistem Neurologis 
Berat otak menurun 10 – 20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.
Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses menua: 
  1. Konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal ini adalah refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi. 
  2. Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini adalah vasokonstriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna. 
  3. Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini adalah bahaya kehilangan panas tubuh. 

Perubahan pada Sistem Kardiovaskular 
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. 
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.

Perubahan Struktur 
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait. 
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung, yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun.


Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem kardiovaskular akibat proses menua: 
  1. Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunankekuatan kontraktil. 
  2. Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel. Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia. 
  3. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin. 
  4. Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan penumpukan darah. 

Perubahan pada Sistem Pulmonal 
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan lajuekspirasi paksa atu detik sebesar 0,2 liter/dekade.5 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem pulmonal akibat proses menua: 
  1. Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran alveoli. Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan untuk difusi gas. 
  2. Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal ini adalah penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume. 
  3. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Implikasi dari hal ini adalah dispnea saat aktivitas. 
  4. Kalsifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan. Implikasi dari hal ini adalah Emfisema sinilis, pernapasan abnominal, hilangnya suara paru pada bagian dasar. 
  5. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Implikasi dari hal ini adalah atelektasis. 
  6. Kelenjar mukus kurang produktif. Implikasi dari hal ini adalah akumulasi cairan, sekresi kental dan sulit dikeluarkan. 
  7. Penurunan sensitivitas sfingter esofagus. Implikasi dari hal ini adalah hilangnya sensasi haus dan silia kurang aktif. 

  1. Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Implikasi dari hal ini adalah tidak ada perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru pada gangguan asam basa. 
Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria 
Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder, uretra, dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait eliminasi urine. Hal ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih, sehingga dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang lebih jauh. 

Perubahan pada Sistem Renal 
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik sistem renal.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem renal akibat proses menua: 
  1. Membrana basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal berkurang, dan penurunan aliran darah renal. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu, nokturia. 
  2. Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh, penurunan cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan untuk memekatkan urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total cairan tubuh dan risiko dehidrasi. 
  3. Penurunan hormon yang penting untuk absorbsi kalsium dari saluran gastrointestinal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko osteoporosis. 

Perubahan pada Sistem Urinaria 
Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria akibat proses menua, yaitu penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di sadari, dan atopi pada otot kandung kemih secara umum. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko inkotinensia. 

Perubahan pada Sistem Gasrointestinal 
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat proses menua: 

Rongga Mulut 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua: 
  1. Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusustan dan fibrosis pada akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas. 

  1. Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang sama kualitasnya. 
  2. Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium dan mengandung keratin. 
  3. Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah mengalami penurunan.

Esofagus, Lambung, dan Usus 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esofagus, lambung dan usus akibat proses menua: 
  1. Dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, dan penurunan refleks muntah. Implikasi dari hal ini adalahpeningkatan terjadinya risiko aspirasi. 
  2. Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11% sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertumbuh secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak. 
  3. Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi

Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas 
Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu, hati, kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua: 
  1. Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang tinggi (250-300 mg/dL). 
  2. Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol.1 

Perubahan pada Sistem Reproduksi 

Pria 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses menua: 
  1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. 
  2. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun.6 

Wanita 
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat proses menua: 
  1. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan payudara dan genital. 

  1. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan aterosklerosis.



2. PERUBAHAN ANATOMIN DAN FISIOLOGIS
  • Proses menua itu dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.  Terjadi melalui  proses normal yang berlangsung sejak maturasi dan berakhir pada kematian , tapi efek biasanya terlihat pada usia 40 tahun. 
  • Proses fisiologi menua tidak lepas dari pengenalan konsep homeostenosis. Homeostenosis adalah penyempitan atau berkurangnya cadangan homestastis yang terjadi selama penuaan pada sistem organ 
  • Proses Fisiologi terlihat pada gambar berikut :
pastedGraphic.png
  • Keterangan 
  1. Seiring  bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologi untuk menghadapi berbagai perubahan (challengen) berkurang
  2. Seti ap challenge terhadap homestatis merupakan pergerakan menjahui keadaan dasar (basaline) => Semakin besar challenge yang terjadi maka semakin besar cadangan fisiologi yang diperlukan untuk kembali pada homeostatis 
  3. Dengan semakin berkurangnya cadangan fisologi, maka seseorang usia lanjut lebih mudah untuk mencapai suatu ambang yang disebut dengan precipice => yang dapat berupa keadaan sakit atau kematian akibat challenge tersebut
  • Penilaian perubahan fisiologi akut yang terjadi dinyatakn dengan besarnya deviasi dari nilai homeostatis 
  1. Tanda Vital
  2. Oksigenesis
  3. pH
  4. Elektrolit 
  5. Hematokrit
  6. Hitung Leukosit
  7. Kreatin 
  • Walaupun merupakan suatu proses fisiologi, perubahan dan efek penuaan terjadi sangat  bervariasi dan variabilitas ini makin meningkat sering dengan peningkatam usia
  • Pada skenario terjadi penurunan fungsi dari penglihat, pendengaran dan pada perabaan 
  • Beberapa perubahan yang terjadi pada berbagai sistem tubuh pada proses penuaan 
  1. Otot 
  • Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopeni) karensa berkurangnya serat otot.
  • Efek penuaan yang kecil pada otot diafragma, lebih pada otot tungkai dibandingkan lengan.
  • Berkurangnya sintesis rantai beat miosin
  • Berkurangnya inervasi, meningktany miofibril per unit otot
  • Infiltrasi lemak keberkas otot
  • Peningkat fatigabiltas
  • Berkurangnya laju metabolisme basal ( berkurang 4 % dekade setelah usia 50 tahun)
  1. Tulang
  • Melambatnya penyembuhan fraktur
  • Berkurangnya massa tulang pada pria dan perempuan, baik pada tulang trabekular maupun kortikal 
  • Berkurangnya formasi osteoblas
  1. Sendi 
  • Terganggunya matriks kartilago
  • Modifikasi proteoglikan dan glikosaminoglikan 
  1. Penglihatan
  • Terganggunya adaptasi gelap
  • Pengeruhan pada lensa
  • Ketidakmampuan untuk fokus pada benda jarak dekat (presbiospi)
  • Berkurangnya sensitivitas terhadap kontras
  • Berkurangnya lakrimasi
  1. Penghidu
  • Deteksi penghidu berkurang 50 % 
  1. Haus
  • Berkurang rasa haus
  • Terganggunya kontrol haus endorfin
  1. Keseimbangan 
  • Meningkatnya respons ambang vestibuler
  • Berkurangnya jumlah sel rambut pada organ corti
  1. Pendengaran
  • Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral
  • Defisit pada proses sentral
  • Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi
  • Terganggunya kemampuan membedakan target dari noise
  1. Fungsi Kognitif
  • Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang 
  • Berkurangnya efisiensi transmisi saraf diotak, menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi yang hilang selama transmisi
  • Berkurangnya kemampuan mengakumualasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori
  • Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. 

3. FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DEGENERATIF 
  • Gaya hidup tidak sehat
  • Pola makan tidak sehat (makanan tinggi lemak seperti goreng–gorengan, junk food, makanan–makanan instan)
  • Makanan teroksidasi
  • Genetik/ Keturunan
  • Obesitas
  • Paparan zat kimia
  • Radikal Bebas

4. TIPS CARA SEHAT MENCEGAH PENYAKIT DEGENERATIF
  • Batasi asupan gula (cemilan, soft drink, coklat dll)
  • Berhenti merokok
  • Berhenti minum alkohol
  • Olah raga rutin
  • Cegah kegemukan
  • Hindari asupan garam berlebih
  • Diet rendah lemak (Tinggi : Kuning telur, keju, kepiting, udang, kerang, cumi, susu, santan)
  • Kurangi asupan purin (JErohan, alkohol, sarden, unggas, kaldu daging, emping, tape)
  • Medical check up teratur terutama yang berusia >40 tahun

Source :
Teori Penuaan dan Perubahan Fisiologis Lansia.pdf (UNDIP)
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar