Kamis, 07 Mei 2015

Skenario 2 Part 1 Blok 12


Skenario 2 Part 1
Author : Yulia Rachmi

Seorang laki-laki tua dating ke pelayanan kesehatan primer karena mata kanannya tidak jelas (kabur) untuk melihat. Dia merasakan masalah ini juga setahun yang lalu tanpa nyeri dan mata merah. Pemeriksaan fisik menunjukkan dia masih bisa melihat cahaya dari sinar senter dan membedakan warna. Dokter kemudian merujuknya ke rumah sakit untuk dioperasi oleh dokter mata.

Diagnosis Banding mata kabur
1.     Katarak Senilis
2.     Katarak trauma
3.     Miopia
4.     HIpermetropia
5.     Presbyopia
6.     Astigmatisme
7.     Hipertensi esensial
8.     Diabetes mellitus

KATARAK SENILIS

Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus) yang paling sering berkaitan dengan proses degenerasi lensa pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak senilis). Penyebab lain katarak adalah glaukoma, uveitis, trauma mata, serta kelainan sistemik seperti Diabetes Mellitus, riwayat pemakaian obat steroid dan lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga pada satu mata (monokular).

Tanda dan Gejala

ü  Menurunnya pengelihatan / pengelihatan kabur
ü  Silau pada malam hari
ü  Perubahan miopi (biasanya meningkatnya kekuatan dioptric lensa karena perubahan derajat dari miopi ringan ke sedang)
ü  Pada pengelihatan terlihat seperti ada air terjun atau asap
ü  Lensa berwarna putih
ü  TIO tingi menyebabkan nyeri dan mata merah jika disertai komplikasi

Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis
Usia pasien dapat digunakan untuk pertimbangan terkait katarak senile ini berhubungan dengan usia. Keluhan penglihatan menurun secara perlahan seperti tertutup asap/kabut. Keluhan disertai ukuran kacamata semakin bertambah, silau dan sulit membaca. Dapat digali riwayat penyakit dahulu dan kebiasaan menggunakan obat tetes mata steroid

2. Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
a. Visus menurun.
b. Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular normal.
c. Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
d. Terdapat kekeruhan lensa yang tampak lebih jelas setelah dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata tropikamid 0.5%.
e. Pemeriksaan iris shadow test positif.
Dapat digunakan alat-alat sebagai berikut :
a. Senter
b. Snellen chart
c. Tonometri Schiotz
d. Oftalmoskop

Berdasarkan Permenkes no. 5 Tahun 2014 untuk penegakkan diagnosis klinis dokter layanan primer (dokter umum) untuk katarak cukup dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik oftalmologis.

Faktor Resiko

a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus.
c. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.

Treatment

Pada katarak matur segera dirujuk ke layanan sekunder yang memiliki dokter spesialis mata untuk mendapatkan penatalaksanaan selanjutnya.
Konseling dan Edukasi
a. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah gangguan penglihatan
yang dapat diperbaiki.
b. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika sudah didiagnosis
katarak agar tidak terjadi komplikasi.
Kriteria rujukan
a. Indikasi sosial jika pasien merasa terganggu.
b. Jika katarak telah matur dan membutuhkan tindakan operasi.
c. Jika timbul komplikasi.

Metode operasi katarak antara lain:
ü Metode klasik = ICCE. Seluruh lensa dibuang. Kelemahan = tidak bisa pasang IOL sehingga pasien jadi afakia.
ü Metode berikutnya = ECCE. Hanya nukleus dan korteks lensa yang dibuang. Bisa dipasang IOL (pseudofakia).
ü Metode terbaru = fakoemulsifikasi. Nukleus dan korteks dihancurkan dan diisap dengan probe, lalu dipasang IOL.
ü Metode untuk anak = disisio lentis (sayatan pada kapsul anterior lensa).

Komplikasi

Komplikasi preoperasi katarak antara lain
ü glaukoma sekunder,
ü uveitis, dan
ü dislokasi lensa.
Komplikasi postoperasi katarak
ü Afakia (iris tremulans, +10 sampai +13 diopter dengan adisi 3 diopter untuk penglihatan dekat).
ü  Pseudofakia (dengan pemasangan IOL).

Prognosis

Quo ad vitam pada umumnya bonam, namun fungsionam dan sanationamnya dubia ad malam bila tidak dilakukan operasi katarak.

*NB : coba prognosis pake bahasa latin J

Macam prognosis
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Jenis prognosis
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
o   Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
o   Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)

TAMBAHAN MATERI
Katarak     dapat         dibagi        berdasarkan penyebabnya: 
1. Katarak senilis (paling banyak, pada lansia)
2. Katarak kongenital (pada bayi atau anak-anak. Akibat rubella kongenital, cytomegalovirus, toksoplasmosis)
3. Katarak traumatik (katarak akibat trauma)
4. Katarak komplikata (katarak akibat penyakit mata lain atau akibat penyakit sistemik lain)
5. Katarak toksik (keracunan steroid) 6. Katarak sekunder (setelah operasi mata lainnya)

Katarak senilis terdiri atas 6 fase:
1. Katarak insipiens (mulai terjadi kekeruhan)
2. Katarak intumesens
         a. Lensa menyerap banyak air pada tahap ini sehingga menjadi lebih besar.
         b. Pasien menunjukkan gejala miopisasi.
3. Katarak imatur
         a. Kekeruhan lensa di lokasi tertentu.
         b. Shadow test positif pada fase ini.
4. Katarak matur
a.     Lensa sudah keruh seluruhnya.
b.     Ukuran lensa kembali normal.
c.      Shadow test sudah negatif, visus bisa mencapai 0.
5. Katarak hipermatur
a. Lensa mengerut dan ukurannya lebih kecil.
b. Korteks mengalami pencairan dan keluar ke bilik mata depan.
c.  Shadow test pseudopositif.
Dapat disertai glaukoma sekunder.
6. Katarak morgagni
a. Kapsul lensa tebal, sehingga materi korteks yang sudah mencair tidak bisa keluar dari lensa.
b.     Dapat disertai glaukoma sekunder dan abnormalitas mata yang lainnya.


Referensi :
Medscape


Tidak ada komentar:

Posting Komentar