Skenario 1
Part 2 BLOK 6
Author : Anita R
1.
Dosis, Jumlah
dan Waktu Pemberian Serta Efek Samping Imunisasi
Efek samping pada umumnya adalah kejadian
ikutan pasca imunisasi
· Reaksi
lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari
·
Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri sendi
A.
BCG
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : Intrakutan, lengan kanan
Jumlah suntikan : Satu kali
Efek samping :
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : Intrakutan, lengan kanan
Jumlah suntikan : Satu kali
Efek samping :
Reaksi normal
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan
terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10
mm. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang
kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada
luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka
tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih
dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak,
hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang
terlalu tinggi.
Reaksi yang lebih cepat
Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan
mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah
mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
B.
DPT
Umur : 2 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : IM / SC, jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : Minimal 4 minggu
Efek samping :
Umur : 2 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : IM / SC, jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : Minimal 4 minggu
Efek samping :
Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari
setelah mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan
agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan
air yang dicelupkan ke air hangat.
Rasa sakit di daerah suntikan
Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
Peradangan
Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin
disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril
karena :
Tersentuh
Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat
yang tidak steril
Sterilisasi kurang lama
Pencemaran oleh kuman.
Kejang-kejang
Kejang-kejang
Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas
reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.
C.
Polio
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 2 tetes
Cara : Meneteskan ke dalam mulut
Selang waktu : Berikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
Efek samping :
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 2 tetes
Cara : Meneteskan ke dalam mulut
Selang waktu : Berikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
Efek samping :
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik
karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.
D.
Hepatitis B
Umur : Mulai umur 0 bulan
Dosis : 0, 5 cc / pemberian
Cara : Suntikan IM pada bagian luar
Jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5 bulan.
Efek samping : tidak ada
Umur : Mulai umur 0 bulan
Dosis : 0, 5 cc / pemberian
Cara : Suntikan IM pada bagian luar
Jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5 bulan.
Efek samping : tidak ada
E.
Campak
Umur : 9 bln.
Dosis : 0, 5 cc
Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
Jumlah suntikan : 1 x dapat diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin lain tapi tidak dicampur dalam 1 semprit.
Efek samping :
Umur : 9 bln.
Dosis : 0, 5 cc
Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
Jumlah suntikan : 1 x dapat diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin lain tapi tidak dicampur dalam 1 semprit.
Efek samping :
panas dan kemerahan.
Anak-anak mungkin panas selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan,
kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan.
2.
Edukasi
kepada Orang Tua setelah efek samping vaksin
Menurut IDAI
Surat Persetujuan (informed consent)
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 585
tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan bahwa informed
consent adalah perse-tujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut (pasal 1 ayat a).
· Informasi
harus diberikan kepada pasien baik diminta ataupun tidak diminta (pasal 4 ayat
1)
·
Semua tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien harus mendapat persetujuan (pasal 2 ayat 2)
·
Apabila tindakan medik dilakukan tanpa adanya
persetujuan dari pasien atau keluarganya, maka dokter dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan izin prakteknya (pasal 13)
Di dalam Permenkes tersebut yang
dimaksud dengan tindakan medik adalah tindakan diagnostik atau terapeutik
(pasal 1, ayat b), sehingga ada yang berpendapat bahwa imunisasi tidak perlu
persetujuan tindakan medis. Namun, di Amerika dan Australia persetujuan
tindakan medik sebelum imunisasi dianggap perlu, walaupun tidak harus tertulis.
The American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan pemberian (berupa
brosur) yang disusun dan disediakan oleh pemerintah bekerjasama dengan AAP dan
produsen vaksin. Selain itu AAP menganjurkan agar setiap kali pemberian
imunisasi orangtua menandatangani persetujuan tertulis, atau dicatat dalam
catatan medik bahwa penjelasan telah dilakukan dan difahami oleh orangtua.
The Australian National Health and
Medical Research Council (NHMRC) juga menganjurkan agar setiap kali sebelum
imunisasi diberikan penjelasan tertulis di samping penjelasan lisan. Pada
imunisasi perorangan orangtua diberi daftar isian (kuesioner) dan keterangan
tertulis tentang perbandingan risiko imunisasi dan bahaya penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin tersebut untuk dibaca dan didiskusikan dengan dokter.
Tidak ada keharusan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari orangtua, cukup
dicatat di dalam catatan medik bahwa orangtua telah diberikan penjelasan. Namun
beberapa klinik meminta persetujuan tertulis. Imunisasi masal (di
sekolah) dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari orangtua. Namun jika
orangtua hadir dibutuhkan persetujuan lisan dari orangtua. Namun jika orangtua
hadir dibutuhkan persetujuan lisan dari orangtua walaupun telah ada persetujuan
tertulis pada imunisasi sebelumnya.
Sejalan dengan peningkatan pendidikan dan pengetahuan masyarakat
serta kesadaran konsumen tentang hak-haknya, dihimbau kepada anggota IDAI
sebelum melakukan imunisasi sebaiknya memberikan penjelasan bahwa imunisasi
berguna untuk melindungi anak terhadap bahaya penyakit mempunyai manfaat
lebih besar dibandingkan dengan risiko kejadian ikutan yang dapat
ditimbulkannya (sesuai maksud pasal 2 ayat 3 Permenkes 585/1989). Cara
penyampaian dan isi informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta
kondisi dan situasi pasien (Permenkes 585/1989, pasal 2 ayat 4). Imunisasi yang
dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah untuk kepentingan masyarakat
banyak (di Posyandu, Puskesmas) tidak diperlukan persetujuan tindakan medik
(sesuai Permenkes 585/1989 pasal 14).
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi/ Anak Sebelum Imunisasi
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi/ Anak Sebelum Imunisasi
Orangtua atau pengantar bayi / anak dianjurkan dan
memberitahukan hal-hal tersebut di bawah ini secara lisan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi
tersebut di bawah ini,
- pernah
mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat pada imunisasi
sebelumnya,
- alergi
terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin,
- sedang
mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi,
- menderita
sakit yang menurunkan imunitas (leukimia, kanker, HIV/AIDS),
- tinggal
serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun (leukimia, kanker, HIV
/ AIDS),
- tinggal
serumah dengan oang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas
(radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid)
- pada
bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin
campak, poliomielitis, rubela)
- pada 3
bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah
Pemberian Parasetamol Sesudah Imunisasi
Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi,
dipertimbangkan untuk pemberian parasetamol 15 mg/kgbb kepada bayi/anak setelah
imunisasi, terutama pasca vaksinasi DPT. Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam
sesuai kebutuhan, maksimal 4 kali dalam 24 jam. Jika keluhan masih berlanjut,
diminta segera kembali kepada dokter.
Reaksi KIPI
Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa setelah
imunisasi dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi
umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung pada jenis vaksinnya.
Reaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau pengasuh , dan
akan hilang dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan kadang-kadang timbul
kemerahan, pembekakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres hangat
dapat mengurangi keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang
agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umunya tidak perlu
dilakukan tindakan apapun.
BCG
Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah
imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar
dan dapat terjadi ulserasi selama 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus mengeluarkan cairan orangtua dapat
mengkompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan bertambah banyak, koreng
semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional (aksila), orangtua
harus membawanya ke dokter.
Hepatitis B
Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi,
segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi.
Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau
air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri
dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3
– 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam bila diperlukan, maksimal
6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi tersebut menjdai berat dan menetap, atau jika orangtua merasa
khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.
DPT
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT
antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan,
nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2 hari. Orangtua / pengaruh
dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam
pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 – 4 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan
air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika
orangtua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.
DT
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DT antara lain
kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang
nyeri dapat dikompres dengan air dingin . Biasanya tidak perlu tindakan khusus.
Polio Oral
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena
itu orangtua / pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.
Campak dan MMR
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR berupa
rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi
gejala-gejala lain yang timbul 5 12 hari setelah penyuntikan, yaitu demam tidak
tinggi atau erupsi kulit halus/tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam.
Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang telinga dapat terjadi sekitar 3
minggu pasca imunisasi MMR. Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis,
bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam diberikan
parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 – 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam
24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi
tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi /
anak ke dokter
Source : http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2013/07/hal-9-10-menolak-imunisasi.pdf
4.
Konsep dan
interaksi antigen antibody
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang
respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain
imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah
bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan
paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/
menginduksi pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari
antibodi yang dapat mengikat epitop.
1.
Jenis antigen berdasarkan
determinannya:
a.
Unideterminan, univalen, merupakan
jenis epitop satu dan jumlahnya satu
b.
Unideterminan, multivalen, merupakan
jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu
c.
Multideterminan, univalen, merupakan
jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya satu
d.
Multideterminan, multivalen, merupakan
jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih darisatu
2.
Jeni antigen berdasarkan spesifiktasnya
a.
Heteroantigen → dimiliki banyak spesies
b.
Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
c.
Alloantigen → dimiliki satu spesies
d.
Antigen organ spesifik → dimiliki organ
tertentu
e.
Autoantigen → berasal dari tubuhnya
sendiri
3.
Jenis antigen berdasarkan
ketergantungan pada sel T:
a.
T dependen adalah tentang antigen
yang perlu pengenalan thd sel T dan sel B untuk merangsang antibodi
b.
T Independen adalah tentang antigen yang
dapat merangsang sel B tanpa mengenal sel T dahulu
4.
Jenis antigen berdasarkan kandungan
bahan kimianya:
a.
Karbohidrat merupakan imunogenik
b.
Lipid: tidak imunogenik merupakan
hapten
c.
Asam nukleat merupakan antigen yang
tidak imunogenik
d.
Protein merupakan imunogenik
Antibodi
Antibodi adalah
protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh yang mengandung
Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B) akibat
kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan
Ig D.
a. Imunoglobulin
G
Terbanyak
dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi sampai
berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat
dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat
merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil
dan neutrofil.
b. Imunoglobulin
A
Sedikit
dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air
mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/
mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c. Imunoglobulin
M
Tidak
dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah
gerakan mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis
kuat terhadap antigen.
d. Imunoglobulin
E
Jumlah
paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan
eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e. Imunoglobulin
D
Sedikit
ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai aktifitas
antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
CARA KERJA ANTIBODI
Antibodi merupakan senjata yang
tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke
tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang
dalam sistem kekebalan. Antibodi akan
menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan
tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri
kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur
biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.Berada dalam aliran darah dan
cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab
penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri.
Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya.
Antibodi bersesuaian dengan antigen
secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam
struktur tiga dimensi.Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi
yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis
tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan antibodi
khusus yang cukup kuat untuk menghadapi musuh. Hal ini karena antibodi yang
dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi penyakit lainnya.
Membuat antibodi spesifik untuk
masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa dan proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di
alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu sel B yang sedemikian kecil,
menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya
dalam kombinasi yang tepat.
Tersimpannya jutaan formula dalam suatu
sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang
tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi
ini untuk melindungi kesehatan manusia.Satu sel B menggandakan antibodi
spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi
memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu
berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi
tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang
bersambungan dalam bentuk Y. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar
sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya
berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah
terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh
sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan
diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang
membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.
5.
Jadwal
Imunisasi
Cukup jelas di gambar
6.
Penyakit
infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
Menurut laporan CDC yang dikutip oleh Hadinegoro (2007),
beberapa penyakit infeksi seperti pneumokokus, campak, rotavirus, Haemophillus
influenzae tipe B (Hib), pertusis, tetanus, dan lainnya; berturut-turut
dilaporkan dapat dicegah/ dihindari melalui upaya imunisasi 26%, 21%, 16%, 15%,
11%, 8%, dan 3%.
1.
POLIO
Gejala
yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada
salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis
vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin
(kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara
dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan
dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan
dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat
kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
2.
HEPATITIS B
Penyakit
hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko
secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga
medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas
laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
3.
TBC (TUBERCULOSIS)
Penularan
penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan
udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian
imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12
bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
“berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan,
suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG
diberikan, bayi tidak menderita demam.
DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
- PERTUSIS
Penyakit
Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah
penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.
Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi
merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri
dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya
terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan
melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
5.
TETANUS
Penyakit
tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim
urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.
Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus
menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih
dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang
sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat
mencegah infeksi tersebut.
Infeksi
tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang
memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel
pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta
saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat
syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus
terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba
(misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite.
Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana.
Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat
berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam
waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal
tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun
tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat
perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya
terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi
dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5
tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan
melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
- CAMPAK
Campak
adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus
yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan
bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita
demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke
muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini
adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi
dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen (
menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan
yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling
efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian
Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi
terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia
anak sembilan bulan atau lebih
- INFLUENZA
Influenza
adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza,
yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada
saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari
sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit
dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa
yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit
otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada
Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa
hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang
tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh
dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat
hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat
tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput
lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain,
seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya.
Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya
(Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu
dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
- DEMAM TIFOID
Penyakit
Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang
masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik),
Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian
masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan
selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati,
paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat
berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam
hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu
tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada
saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut
kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya
sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak
seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan
melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari
kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun
buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat
menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya
adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3
tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang
mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang
kemudian
9.
Meningococcal
Neisseria meningitidis adalah bakteri yang
menyebabkan meningitis (infeksi otak), sepsis (infeksi darah), dan
infeksi-infeksi lain. Ia adalah infeksi yang sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan seizures dan kematian. Seringkali
perjangkitan-perjangkitan terjadi pada wabah-wabah (epidemi-epidemi).
10.
Rotavirus
Rotavirus adalah virus yang menyebabkan diare yang
parah pada bayi-bayi yang sangat muda. Ia menyebabkan lebih dari 55,000 rawat
inap di rumah sakit setiap tahun di Amerika dan lebih dari 600,000
kematian-kematian diseluruh dunia. Anak-anak dengan virus ini mengembangkan
muntah dan diare yang berair, yang menyebabkan mereka menjadi terdehidrasi.
11.
Human papillomavirus
Human papillomaviruses menyebabkan kutil-kutil
genital dan kanker cervix (kanker yang didiagnosa
dengan pengujian Pap yang teratur). Setiap tahun, lebih dari 10,000
wanita-wanita mengembangkan kanker cervix yang invasif, dan hampir 4,000
meninggal dari penyakit ini.
12.
Pneumococcal
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang
menyebabkan pneumonia (infeksi paru), sepsis
(infeksi darah), dan infeksi-infeksi lain. Ia sangat berbahaya pada orang-orang
yang sangat muda dan sangat tua.
13.
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus serupa pada hepatitis B.
Penularan terjadi dengan berkontak dengan makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Gejala-gejala awal dari penyakit adalah nonspesifik dan mungkin
termasuk demam, diare, dan nyeri perut. Ia menyebabkan
penyakit hati akut. Ia dapat mempengaruhi siapa saja pada umur berapa saja, dan
di Amerika, ia dapat terjadi sebagai kasus-kasus terisolasi atau bahkan pada
epidemi-epidemi (wabah-wabah).
14.
Varicella
Varicella adalah virus yang menyebabkan chickenpox
(cacar air). Ia menyabakan ruam yang gatal dan demam. Anda dapat memperolehnya
dari seseorang yang telah memperolehnya jika anda menyentuh melepuhan (blister)
yang terbuka pada kulit orang itu atau jika orang itu bersin atau batuk sekitar
anda. Infeksi varicella, meskipun biasanya dipercayai adalah ringan, juga
menyebabkan pneumonia (infeksi-infeksi paru) dan encephalitis (infeksi-infeksi
otak).
15.
MMR
M pertama pada MMR berdiri untuk Measles. Measles
adalah virus yang sangat menular (mudah didapat) yang menyebabkan demam yang
tinggi, batuk, dan ruam kulit yang bernoda diseluruh tubuh. Ia mungkin juga
menyebabkan infeksi-infeksi telinga dan pneumonia.
M kedua pada MMR berdiri untuk Mumps
Mumps adalah virus yang menyebabkan
kelenjar-kelenjar air liur yang menyakitkan dan membengkak, yang ada dibawah
rahang, serta demam dan sakit kepala. Mumps juga mungkin menyebabkan
persoalan-persoalan yang serius termasuk meningitis atau kehilangan
pendengaran. Ia dapat menyebabkan peradangan dari testicles (orchitis) pada
laki-laki.
R pada MMR berdiri untuk Rubella
Rubella, juga dikenal sebagai German measles,
disebabkan oleh virus. Ia paling berbahaya untuk wanita-wanita yang hamil.
Rubella dapat menyebabkan ibu mempunyai keguguran atau melahirkan bayi dengan
penyakit jantung, kebutaan, kehilanga pendengaran, atau persoalan-persoalan
belajar. Rubella adalah penyakit yang cukup ringan pada anak-anak.
7.
Konsep dasar
imunologi
B. KONSEP DASAR IMUNOLOGI
1. Sistem Imunitas Tubuh
Yang dimaksudkan
dengan ” sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup”. Berbagai bahan organik
dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur,
bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain
iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat bahan-bahan
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan
kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang
bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu
disingkirkan.
Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh
tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau
antigen yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk
melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki
oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler
yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang,
kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan
organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel
induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,
kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik, serta organ
limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid primer ), dan
limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan dapat
menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi
masing-masing.
2.
Pembagian
Sistem Imun
Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem
imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu
tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini semuanya terdiri
dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ).
a.
Sistem imun nonspesifik, disebut demikian karena telah ada dan berfungsi sejak lahir dan merupakan
pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,
serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sel-selnya terdiri
dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator.
b.
Sistem imun spesifik, membutuhkan waktu untuk mengenal
antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya atau dengan
kata lain sistem ini dapat menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh
yang sudah dikenal sebelumnya ( spesifik ). Sel-selnya terdiri dari sel-sel
limfosit T dan B.
Sistem imun spesifik terdiri dari
sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun. Sebetulnya sistem ini
dapat bekerja sendiri tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Terdapat 2 macam
yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan
bakteri, sedangkan sistem imun spesifik seluler ( sel T ) untuk
pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan
keganasan.
Source
: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/DASAR%20IMUNOLOGI.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar