SKENARIO 3 nyeri visceral
author : ve, cindra
2. Organ-organ sumbernyeri viscera
4. perbedaannyeri somatic dengannyeri viscera
6. Karakteristiknyerialih
8. Jenis-jenisobatpenghilang rasa nyeri viscera
2.
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang
menutupinya (pleura parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi
lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi,
nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal
4.
Perbedaan yang terjadi dari bagaimana stimuli
diproses melalui tipe jaringan menyebabkan timbulnya perbedaan karakteristik.
Sebagai contoh nyeri somatik superfisial digambarkan sebagai sensasi tajam
dengan lokasi yang jelas, atau rasa terbakar. Nyeri somatik dalam digambarkan
sebagai sensasi tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai
sensasi cramping dalam yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada daerah
lain).
Perbedaannyeri somatic
dan visceral
Karakteristik
|
Nyerisomatik
|
Nyeriviseral
|
|
superfisial
|
dalam
|
||
Kualitas
Menjalar
Stimulasi
Reaksiautonom
Reflekskontraksiotot
|
Tajam, menusuk, membakar
Tidak
Torehan, abrasi, terlalupanasdandingin
Tidak
Tidak
|
Tajam, tumpul, nyeriterus
Torehan
Panas, iskemiapergeserantempat
Ya
Ya
|
Tajam, tumpul, nyeriterusdankejang
Ya
Distensi, iskemia, spasmus,
iritasikimiawi
Ya
Ya
|
Nyerimenjalaradalahnyeri
yang terasapadabagiantubuh yang lain, umumnyaterjadiakibatkerusakanpadacedera
organ visceral
6.
Pengertian Nyeri Alih
Nyeri Alih terjadi ketika
serabut saraf dari daerahinput sensoris tinggi (seperti kulit) dan serabut
saraf dari daerah-daerahsensorik biasanya rendah input (seperti organ-organ
internal) terjadi untuk bertemu padatingkat yangsama dari sumsum tulang belakang.
Nyeri alih terjadi jika suatu
segmen persarafan melayani lebih dari satudaerah. Danotak lebih merespon daerah
input sensoris tinggi dibandingdengan daerah asal nyeri. Misalnya, pada
kolesistitis akut, nyeri dirasakandi daerah ujung belikat. Pada abses di bawah
diafragma atau rangsangankarena radang atau trauma pada permukaan atas limpa
atau hati juga dapatmengakibatkan nyeri di bahu.Sifatnya cenderung
lebih ringan daripada nyeri somatik. Contoh: nyeri kolik pada ureter, saluran
pengubung ginjal dengan kandung kemih, dapat dirasakan di daerah selangkangan.
Mekanisme nyeri alih
Penjelasanmengenainyerialihinitidakdiketahui. Meskipun mekanisme fisiologis dari nyeri alih
masih tak jelas, bobot bukti menyatakan bahwa hal tersebut merupakan fenomena
yang dimediasi melalui medula spinalis. Terdapat tiga teori utama nyeri alih:
(1) konvergensi
akson (atau refleks akson)
Neuron-neuron sensorik primer memiliki
akson-akson yang bercabang yang menginervasi target-target somatik dan viseral.
SSP tidak mampu untuk membedakan antara input semacam itu dengan input
nosiseptif viseral yang disalah artikan sebagai berasal dari somatik. Sementara
terdapat beberapa bukti eksperimental untuk mendukung hipotrsis ini, hal
tersebut tidak secara umum diterima sebagai penjelasan nyeri alih.
(2) teori proyeksi
Neuron-neuron sensorik primer memiliki
akson-akson yang bercabang yang menginervasi target-target somatik dan viseral.
SSP tidak mampu untuk membedakan antara input semacam itu dengan input
nosiseptif viseral yang disalah artikan sebagai berasal dari somatik. Sementara
terdapat beberapa bukti eksperimental untuk mendukung hipotrsis ini, hal
tersebut tidak secara umum diterima sebagai penjelasan nyeri alih.
(3) teori
konvergensi-fasilitasi. Aktifitas yang terjaga pada serabut-serabut aferen
viseral merubah keadaan eksitabilitas dari neuron-neuron kornu dorsalis dengan
input aferen viseral dan somatik yang konvergen. Hal ini menciptakan sebuah ‘‘irritable
focus’’ yang memfasilitasi proses kedepan dari lalu lintas subliminal yang
berasal dari somatik secara normal, sehingga input somatik secara segmental
lainya yang tepat sekarang dapat menghasilkan sensasi nyeri alih yang abnormal
tentu saja
(4) dan teori
talamik.
Interaksi pada tingkat supraspinal
(talamus) membawa kepada fenomena nyeri alih. Meskipun teori talamik diangap
tidak mungkin, adanya jalur asending spinal yang berbeda untuk nosiseptor viseral
memberi dukungan untuk hipotesis ini. Bagaimanapun, referred hiperalgesia dan sifat alami nyeri alih sulit
untuk diperhitungkan dengan teori talamik semata.
Tak satupun dari ini semua yang terpisah satu sama lain.
Beberapateori
yang menjelaskanmengenaimekanismenyerialihyang lain:
1. Serabutsaraf yang berasaldari
visceral dandermatomnaikdalamsusunansarafpusatsepanjangjaras yang
umumdigunakanbersamadan cortex
cerebritidakmampumembedakanlokasiasalserabuttersebut.
2. Viscera tidakdapatmenimbulkan
stimulus nyeri, sedangkandaerahkulitsecaraberulangmenerima stimulus
nyerikeadaan normal. Olehkarenakeduanserabut afferent masukke medulla
spinalismelaluisegmen yang sama, otakmengintepretasikaninformasitersebutsebagai
stimulus yang datangdarikulitdibandingkandengandariviskus.
Nyeri alih dari visera
sebagian akibat sensitisasi sentral neuron-neuron konvergen viserosomatik
(dipicu oleh serangan viseral aferen), namun juga kemungkinan hasil dari
aktivasi lengkung refleks (input viseral memicu kontraksi otot refleks yang
sebagai gantinya bertanggung jawab untuk sensitisasi nosiseptor-nosiseptor
otot), bagaimanapun, nyeri alih dari struktur somatik yang lebih dalam tidak
dijelaskan oleh mekanisme sensitisasi sentral neuron-neuron konvergen dalam
bentuk aslinya, karena terdapat sedikit konvergensi dari jaringan yang dalam
pada neuron-neuron kornu dorsalis. Telah diajukan bahwa koneksi ini, tidak
muncul dari permulaan, dibuka oleh input nosiseptif dari otot skelet, dan
peralihan ke miotom (sekelompok otot yang dipersarafi oleh segmen spinalis
tunggal) diluar dari lesi hasil dari penyebaran sensitisasi sentral pada segmen
spinal tambahan.
8.
Tujuan Penatalaksanaan
Nyeri
·
Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
·
Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala
nyeri kronis yang persisten
·
Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
·
Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap
terapi nyeri
·
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
Strategi terapi
1.
Terapi non-farmakologi
·
Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis, dll.
·
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) utk nyeri
bedah, traumatik, danoral-facial
1.
Terapi farmakologi
·
Analgesik : non-opiat dan opiat
Prinsip penatalaksanaan
nyeri
Pengobatan nyeri harus
dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuat
Tahapannya:
1.
Tahap I analgesik non-opiat : AINS
2.
Tahap II analgesik AINS + ajuvan
(antidepresan)
3.
Tahap III analgesik opiat lemah + AINS +
ajuvan
4.
Tahap IV analgesik opiat kuat + AINS +
ajuvan
Praktik dalam tatalaksana nyeri, secara garis besar
stategi farmakologi mengikuti ”WHO Three
Step Analgesic Ladder” yaitu :1
1. Tahap
pertama dengan menggunakan abat analgetik nonopiat seperti NSAID atau COX2 spesific inhibitors.
2. Tahap
kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri. Maka diberikan obat-obat
seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara intermiten.
3. Tahap
ketiga, dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat yang lebih kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar