Author : Nesya
1. Definisi,
penyebab, gejala, komplikasi, diagnosa, pengobatan dan pencegahan untuk
prematuritas (kelahiran prematur)
DEFINISI
Prematuritas
adalah suatu keadaan yang belum matang, yang ditemukan pada bayi yang lahir
pada saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Prematuritas (terutama
prematuritas yang ekstrim) merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian
pada bayi baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang
sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi menderita penyakit tertentu.
PENYEBAB
Penyebab
terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. Lima belas persen dari
kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat
lebih dari 1 janin).
Faktor
resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
- Kehamilan
usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
-
Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
-
Golongan sosial-ekonomi rendah
-
Keadaan gizi yang kurang
-
Penyalahgunaan obat.
Masalah
pada ibu biasanya berupa:
- Riwayat
persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
- Kadar
alfa-fetoprotein tinggi pada trimester kedua yang penyebabnya tidak diketahui
- Penyakit atau infeksi yang tidak diobati (misalnya infeksi saluran
kemih atau infeksi selaput ketuban)
- Kelainan pada rahim atau leher rahim
- Ketuban pecah sebelum waktunya
- Plasenta previa.
- Pre-eklamsi (suatu keadaan yang bisa terjadi pada trimester
kedua kehamilan, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein
dalam air kemih dan pembengkakan tungkai)
- Diabetes mellitus
- Penyakit jantung.
GEJALA
Gambaran fisik bayi
prematur:
* Ukuran kecil
* Berat badan lahir
rendah (kurang dari 2,5 kg)
* Kulitnya tipis, terang,
dan berwarna pink (tembus cahaya)
* Vena di bawah kulit
terlihat (kulitnya transparan)
* Lemak bawah kulitnya
sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
* Rambut yang jarang
* Telinga tipis dan lunak
(lembek)
* Tangisannya lemah
* Kepala relatif besar
* Jaringan payudara belum
berkembang
* Otot lemah dan
aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki
garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
* Reflek menghisap dan
reflek menelan yang buruk
* Pernapasan yang tidak
teratur
* Kantung zakar kecil dan
lipatannya sedikit (anak laki-laki)
* Labia mayora belum
menutupi labia minora (pada anak perempuan).
KOMPLIKASI
1.
Sindroma
gawat pernapasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar
bisa bernapas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat
terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya
suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan
berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam
jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara
saat-saat bernapas, paru-paru benar-benar mengempis akibatnya terjadi Sindroma
Distres Pernapasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada
beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika
penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan
diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang
yang dihubungkan dengan trakea bayi).
2.
Ketidakmatangan
pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau
menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur
juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti
nafas), karena pusat pernapasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi
frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran
darahnya terganggu, otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap
perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau cedera.
3.
Ketidakmatangan
sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang
terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
4.
Retinopati
dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
5.
Displasia
bronkopulmoner.
6.
Penyakit
jantung.
7.
Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah
merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir
prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat
sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang
dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.
Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan
perbaikan fungsi pencernaan bayi.
8.
Infeksi
atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta
(ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi
prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis
nekrotisasi (peradangan pada usus).
9.
Anemia.
10.
Bayi
prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11.
Perkembangan
dan pertumbuhan yang lambat.
12. Keterbelakangan mental dan motorik.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan.
Pemeriksaan yang biasa
dilakukan pada bayi prematur:
- rontgen dada untuk
melihat kematangan paru-paru,
- analisa gas darah,
- kadar gula darah,
- kadar kalsium darah,
- kadar bilirubin.
PENGOBATAN
Jika
kemungkinan akan terjadi kelahiran prematur, biasanya diberikan obat tokolitik
untuk menghentikan kontraksi dan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan
paru-paru bayi.
Makanan diberikan melalui
sebuah selang yang dimasukkan ke dalam lambung bayi karena fungsi menghisap dan
menelan pada bayi prematur masih belum matang. Pada prematur yang ekstrim,
makanan diberikan melalui infus. Pada usia sekitar 34 minggu, bayi mulai
disusui ASI atau susu botol.
Bayi
prematur sangat cepat kehilangan panas dan mengalami kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh, sehingga mereka biasanya ditempatkan di dalam suatu
inkubator. Mungkin bayi memerlukan bantuan respirator dan tambahan oksigen.
PENCEGAHAN
Salah
satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai melakukan
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan pemeriksaan selama
kehamilan. Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang dini dan baik
bisa mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil untuk kehamilan dan angka
kesakitan akibat persalinan dan pada masa baru lahir.
2. Pemantauan tumbuh
kembang bayi premature
Bayi
prematur dengan berbagai resiko dan komplikasi yang dideritanya saat dalam
kandungan dan saa dalam perawatan di rumah sakit menimbulkan dampak dan resiko
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga dipelukan pemantauan
yang ketat dalam tumbuh dan berkembangnya di kemudian hari.
Berbagai
faktor tumbuh kembang yang harus dilakukan pemantauan secara ketat adalah :
Pemantauan pertumbuhan
Untuk memantau pertumbuhan bayi prematur dapat digunakan kurva seperti kura
Babson and Benda, IHDP (Infant Health and Develompment Program), Gairdner and
Pearson serta kurva CDC. Berdasarkan konvensi, untuk memantau pertumbuhan
digunakan untuk koreksi, yaitu umur kronologis jumlah minggu prematuritas
sampai bayi mencapai 2 tahun.
Pengukuran
dilakukan terhadap :
Panjang badan. Panjang
badan bayi prematur rerata umur pasca menstruasi 30-40 minggu, turun di bawah
persentil 50 kurve pertumbuhan intera uterin. Tumbuh umur 1,5-7,5 bulan. Dari
umur 7,5 bulan sampai 5 tahun, pertumbuhannya sama atau sedikit lebih cepat
dari bayi-bayi aterm
Berat badan. Sejak umur
pasca menstruasi 32 minggu sampai 1 bulan setelah aterm, rerat meningkat
persentil ke 10 kurve pertumbuhan intra uteri aterm. Rerata berat badan bayi
umur 2-18 bulan, berkisar antara 0-1 SD dibawah rerata bayi aterm.
Lingkar kepala. Setelah
umur kronologis 3-4 minggu, pertumbuhan kepala bayi prematur sub-optimal yaitu
0,2 cm/minggu, kemudian diikuti dengan pertumbuhan cepat (1 cm/minggu) selama
1-2 bulan. Setelah itu tumbuh dengan laju normal, yaitu 1 cm/bulan dalam 6
bulan pertama dan 0,5 cm/bulan untuk 6 bulan berikutnya. Pertumbuhan kepala
yang tidak memadai merupakan indikator awal adanya gangguan perkembangan .
Pemantauan Perkembangan
Perkembangan bayi prematur dalam 2 tahun pertama dinilai berdasarkan umur
koreksi. Kemajuan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain umur
kehamilan, nutrisi, penyakit, stimulasi dan pemberian kasih sayang.
Alat
yang digunakan dalam pemantauan perkembangan bayi prematur adal;ah dengan BINS
(Bayley Infant Neurodevelopment Screening).
DDST II (Denver
Development Screening Test II). Pada DDST yang dinilai adalah 4 sektor
perkembangan, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik
kasar dan bahasa. Setiap kemampuan dalam kotak persegi panjang horizontal yang
berurutan menurut umur. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai lulus
(passed = P), tidak lulus (failed = F) atau tidak melakukan (no opprtunity =
N.O). saat ini digunakan DDST II, hasil revisi dari Frakenbrurg y ang merupakan
pengembangan dari DDST dan DDST-R. BINS adalah suatu metode untuk menilai
perkembangan anak yang berusia 3-24 bulan.
BINS (Bayley Infant
Neurodevelopment Screening). Pada BINS yang dinilai adalah fungsi
neurologis (N), reseptif (R), ekspresif (E), dan kognitif (K). Resiko untuk
terjadi gang guan perkembangan dilihat dari beberapa nilai yang didapatkan,
anak digolongkan menjadi resiko rendah, rendah dan tinggi. Bila hasil skrining
menunjukkan hasil yang tidak normal, perlu dilanjurkan dengan pemeriksaan
neurologis. Agar perkembangan bayi menjadi optimal perlu diberikan intervensi
berupa stimulasi dini.
Pemeriksaan Penunjuang
lain Yang Harus Dilakukan
Pemeriksaan fungsi
penglihatan. Pada bayi dengan berat lahir < 1700 gr, 50 % menderita ROP, 5 %
di antaranya ROP berat. Semua bayi dengan resiko tinggi harus dilakukan
pemeriksaan mata pada umur 4-6 minggu atau sebelum bayi dipulangkan. Bila
ditemukan kelainan, diperlukan pemeriksaan berkala tiap 2 minggu, sehingga
progesivitas penyakit dapat sangat diketahui. Bila tidak ditemukan kelainan,
pemeriksaan mata diulangi pada umur 12-24 bulan.
Pemeriksaan fungsi
pendengaran. Tuli kongenital lebih sering ditemukan pada bayi beresiko tinggi,
termasuk bayi prematru. Intervensi dini akan memberikan perubahan bermakna pada
kesempatan bicara. Fungsi pendengaran perlu dievaluasi ulang pada umur 12-24
bulan
Pemantauan Gangguan
lainnya. Bayi prematur mempunyai kemungkinan empat kali lebih tinggi untuk
dirawat kembali di rumah sakit dalam usia pertama kehidupan. Gangguan yang
mungkin timbul adalah gamgguan hipersensitifitas saluran cerna, resiko penyakit
alergi meningkat, anemia defisiensi besi dan hipertensi.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar