Author :
Faiz
1.
Perkembangan bayi 9 bulan
Bayi 9 bulan seharusnya sudah bisa apa ya? Cek perkembangannya
yuk!
Bayi mulai belajar berdiri dari posisi duduk dengan berpegangan
sofa selama 30-60 detik. Setelah itu, secara perlahan ia melangkahkan kaki ke
depan dengan sebelah tangan yang berpegangan pada sofa di sampingnya. Sesekali
ia terhuyung dan jatuh tapi kembali
berdiri dan berjalan sambil berpegangan.
Mengambil dan memegang
mainan dengan kedua tangannya. Ia membolak-balikkan mainan dalam genggamannya
lalu mengamatinya dengan serius. Kemudian, kedua mainan itu diambil kembali,
masing-masing digenggam di kedua tangannya. Bayi mulai menepukkan kedua mainan
tersebut hingga berbunyi dan dia
tersenyum senang.
Sangat senang diajak bermain cilukba. Begitu bersemangatnya, bayi
ikut memegangi tangan Bunda saat melakukan gerakan menutup dan membuka wajah.
Menolak disuapi dan ingin
memegang sendiri dengan cara menjumput biskuitnya. Setelah berhasil menjumput
menggunakan tangan kanan, kemudian biskuit dipindahkan ke tangan kiri untuk
digenggam. Lalu tangan kanannya kembali
menjumput biskuit dan menyuapnya ke dalam mulut.
Selesai makan, bayi minum menggunakan cangkir plastik yang memiliki dua pegangan dengan
penampang yang luas. Meski sudah dapat memegang cangkir dengan baik, namun dia
belum dapat mengontrol tangan dan mulutnya dengan sempurna sehingga sebagian air tumpah.
Apa yang dilakukan oleh bayi. Di usia ini, kemampuan motorik halus
bayi terus meningkat, ditandai dengan kemampuannya menggenggam benda
menggunakan kedua tangannya. Rasa ingin
tahu dan logika berpikirnya mulai berkembang, salah satunya dengan
membolak-balikkan benda yang dipegangnya. Ia ingin tahu apa yang terjadi jika
benda itu menghadap arah yang berbeda. Kemampuan lain adalah menepuk dua benda
hingga berbunyi, namun tak semua bayi dapat melakukannya.
Perbanyak kesempatan bayi duduk sendiri, mengambil dan memasukkan
makanan ke mulutnya. Rangsangan ini selain memperkuat otot punggung dan
bahunya, juga melatih keterampilan menjumput dan menggenggam. Sediakan makanan
seukuran genggaman bayi, misalnya wortel rebus atau biskuit khusus untuk masa tumbuh gigi (teething).
Perkenalkan bayi dengan cangkir plastik yang memiliki dua pegangan, biarkan dia
menggenggam dan belajar minum sendiri. Jangan tinggalkan bayi sendirian untuk
menghindari bayi tersedak dan bantu dia apabila dia menjatuhkan cangkir
minumnya. Baca buku berwarna bersamanya dan biarkan dia mencoba membuka
halamannya atau latihan bertepuk tangan. Rangsangan ini akan menguatkan otot
lengan dan jari-jarinya.
Untuk menguatkan otot kaki
yang berkaitan dengan kemampuan berjalan, lakukan ini:
Pegang kedua pinggang bayi dan gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke
kiri untuk melatihnya berdiri. Bayi akan bersemangat dan menjejakkan kakinya ke
paha Anda atau berusaha melangkahkan kakinya untuk berjalan di dada Anda.
Buat permainan, seperti meminta bayi berjalan ke pelukan Anda
untuk mendapatkan pelukan atau mainannya. Beri pujian bila bayi mau berjalan
beberapa langkah. Bila bayi belum siap berjalan, tunggu beberapa hari dan coba
lagi.
Bayi mulai meniru apa yang didengarnya dan mengoceh dengan mengulang 2 hingga 3 suku
kata tanpa arti. Stimulasi kemampuan bicara dan bahasa bayi dengan cara:
Menirukan kata-kata. Sebutkan kata-kata seperti;
susu, mandi, tidur, kue, makan, kucing. Ajak bayi menyebutkan kata-kata
itu bersama-sama dengan Anda. Bila bayi berhasil menirukan, beri pujian dan
pelukan, kemudian sebutkan kata itu lagi dan buat agar ia mau mengulanginya.
Berbicara dengan boneka. Mainkan boneka atau boneka tangan yang menyerupai bentuk wajah.
Berpura-puralah bahwa boneka itu yang berbicara kepada bayi dan buat agar bayi
mau berbicara kembali dengan boneka itu.
Bersenandung dan bernyanyi. Nyanyikan lagu dan bacakan buku cerita
anak kepada bayi sesering mungkin
2.
Penatalaksanaan
Di usia 9 bulan, Anda bisa mulai meningkatkan stimulasi, dengan
cara melatih tangan anak bersalaman, duduk dan berdiri sambil berpegangan.
Penting juga bagi Anda untuk mulai membiasakan diri membacakan dongeng untuk si
kecil sebelum tidur. Gunakan kalimat
panjang yang menjelaskan berbagai benda yang Anda tunjuk. Kendati bayi belum
paham apa yang dijelaskan orang dewasa, mereka akan mengingat apa yang
tertangkap pendengarannya. Ini akan membuatnya lebih cepat bicara. Pada bayi
berusia 9 bulan, mereka mulai memahami ketika Anda menunjuk ini dan itu sembari
berbicara.
3.
DDST
DDST adalah Denver Development Screening Test, yaitu salah satu metode
screening yang digunakan untuk menilai perkembangan anak dan ditujukan untuk
anak usia 1 bulan sampai 6 tahun.
Test ini dilakukan oleh:
-
Tenaga
profesional (dokter, bidan, perawat, psikolog)
-
Kader
-
Orang tua
terlatih
Tujuan
DDST
Tujuan
dari penilaian perkembangan anak (DDST) adalah agar para tenaga kesehatan :
-
Mengetahui
kelainan perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko terjadinya
kelainan perkembangan tersebut.
-
Mengetahui
berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan konseling genetik.
-
Mengetahui
kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih tinggi.
Aspek
Perkembangan yang Dinilai pada DDST
Aspek
Perkembangan yang dinilai
Terdiri
dari 125 tugas perkembangan.
Tugas
yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4
sektor perkembangan yang dinilai:
1)
Personal Social
(perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine
Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
4) Gross
motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.
Alat yang digunakan
-
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/
kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung
usia kronologis anak saat diperiksa).
-
Lembar formulir DDST II
Buku petunjuk sebagai referensi yang
menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1)
Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap
kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada
tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal
(Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No
Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST:
§ Tetapkan umur kronologis
anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari
untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
§ Jika dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15
hari dibulatkan ke atas.
Tarik garis berdasarkan umur kronologis
yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes
diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1)
Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau
lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau
lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2)
Meragukan
a) Bila pada 1 sektor
didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau
lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak
dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan
hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum
dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia
disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32
minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan
DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula :
5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 – 4 – 1 An. Lula prematur
32 minggu
2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu
___________ – Maka 37 – 32 = 5 minggu
1 – 7 -26
Jadi
usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari =
35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1
tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari Atau 1 tahun 7 bulan
atau 19 bulan
Interpretasi dari nilai DDST
Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari
garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar
dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang
dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong
berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan
ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh
ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat
dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah
ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari
satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua
atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok
dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong
berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
4.
Tes selain DDST dan KPSP
Tes Daya
Dengar
Cara
melakukan Tes Daya Dengar
- Tentukan usia anak ( tanggal, bulan & tahun lahir
)
- Pilih
daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
- Siapkan
alat seperti piring pelastik, sendok, peluit atau apapun yang bisa
mengeluarkan suara
Anak umur < 24 bulan yang
belum sekolah tes bisa dilakukan oleh Orang Tua atau Pengasuh Anak. Semua
pertanyaan di jawab oleh orang tua atau pengasuh anak Bacakan pertanyaan
secara berurutan dengan suara yang jelas dan nyaring.
- Jawaban YA jika
menurut orang tua / pengasuh anak , dapat melakukannya dalam 1 bulan
terakhir
- Jawaban TIDAK jika
menurut orang tua / pengasuh anak ,anak tidak pernah,tidak tahu atau tidak
pernah melakukannya dalam 1 bulan terakhir
Sedang untuk anak yang sudah
masuk sekolah dalam hal ini PAUD tes ini dilakukan oleh guru. Pertanyaan berupa
perintah melalui guru untuk dikerjakan anak. Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah
- Jawaban YA jika
anak dapat melakukan perintah
- Jawaban TIDAK jika
anak tidak bisa atau tidak mau melakukan perintah
5.
Konseling tumbuh kembang anak
Dalam bimbingan terdapat
tiga pendekatan perkembangan (Ihsan, 2003 : 27 - 28). Pertama, pendekatan
krisis. Atau pendekatan kuratif, yaitu suatu pendekatan bimbingan yang
diarahkan pada individu yang mengalai krisis atau masalah. Pendekatan ini
cenderung pasif, karena anaklah yang menuju si pembimbing. Kedua, pendekatan
remedial. Pendekatan ini merupakan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kelemahan atau halangan. Tujuan pendekatan ini adalah membantu
memperbaiki kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing
memfokuskan tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu selanjutnya berupaya
memperbaiki. Ketiga, pendekatan preventif. Pendekatan yang diarahkan
kepada antisipasi masalah-masalah umum individu dan mencegah jangan sampai
masalah tersebut terjadi. Pembimbing memberikan beberapa upaya berupa informasi
dan keterampilan untuk mencegah munculnya masalah. Pendekatan ini banyak
menggunakan teknik dan sedikit konsep.
Pendekatan yang lebih
mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya
adalah pendekatan perkembangan. Guru / pendamping yang menggunakan
pendekatan ini dimulai dari pemahaman dari keterampilan dan pengalaman khusus
yang dibutuhkan anak untuk mencapai keberhasilan di tempat belajar dan dalam
kehidupan. Pendekatan perkembangan ini dinilai tepat digunakan edalam tatanan
pendidikan formal nonformal karena pendekatan ini memberikan perhatian terhadap
perkembangan anak, kebutuhan dan minat serta membantu anak mempelajari
keterampilan hidup (Kartadinata, 1998).
Banyak teknik yang
digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, bertukar informasi,
berdiskusi, bermain peran, melatih, tutorial dan konseling. Dilihat dari sisi
orientasi, pedekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan
kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Dalam pendekatan ini, layanan
bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang
mengalami masalah. Bimbingan dilaksanakan secara individual, kelompok,
bahkan klasikal melalui pemberian informasi, diskusi, proses kelompok,
penyaluran bakat dan minat.
Menurut Myrik (Murro &
Kottman, 1995) pendekatan perkembangan didasari oleh pemahaman tentang
keterampilan, kebutuhan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan anak untuk
mencapai keberhasilan dalam kegiatan pendidikan dan dalam kehidupan.
Kartadinata, dkk. (1998)
menjelaskan bahwa pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran bahwa
perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak
dengan lingkungannya. Pemikiran ini memiliki dua implikasi pokok dalam
bimbingan di sekolah, yaitu (1) perkembangan adalah tujuan bimbingan, ini
berarti bahwa guru / pendamping perlu memiliki kerangka berpikir dan
keterampilan yang memadai untuk memahami perkembangan anak didik sebagai dasar
rumusan tujuan dan isi bimbingan; dan (2) interaksi yang sehat dalam lingkungan
merupakan perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru. Ini berarti
bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
mengembangkan lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem pelaksanaan
bimbingan.
Dalam pendekatan
perkembangan perolehan perilaku diharapkan membentuk pada anak didik perlu
dirumuskan secara komprehensif karena akan menjadi dasar pengembangan program
bimbingan.
Prinsip-prinsip pendekatan perkembangan
Murro dan Kottman (1995)
memaparkan tentang prinsip-prinsip dalam pendekatan bimbingan
perkembangan untuk anak usia dini sebagai berikut.
1. Bimbingan dan Konseling Dibutuhkan oleh Semua
Anak
Prinsip ini menekankan tentang pentingnya
pelayanan bimbingan bagi semua anak. Anak-anak perlu mengembangkan pemahaman
diri yang baik dan utuh, mereka juga perlu memiliki tanggung jawab dalam
mengendalikan diri, memiliki kematangan dalam memahami lingkungan di sekitarnya
dan yang lebih penting adalah membantu mereka tepat dalam membuat keputusan dan
mengatasi permasalahan.
Dalam prinsip ini guru / pendamping harus
memfasilitasi anak dalam mengembangkan potensi, minat dan bakat serta membantu
mengatasi masalah yang dihadapi anak.
2. Bimbingan dan Konseling Perkembangan Berfokus
dalam Mengembangkan Kegiatan Belajar Anak
Proses bimbingan tidak terlepas dari proses
pembelajaran secara keseluruhan, dengan kata lain bimbingan dan pembelajaran
merupakan suatu proses belajar efektif bagi anak.
Kegiatan pengembangan bimbingan anak usia
dini dapat menggunakan media untuk menciptakan suasana kegiatan belajar
yang kondusif dan menyenangkan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak usia
dini.
3. Guru / Pendamping merupakan Fungsionaris
Bersama dalam Program Bimbingan Perkembangan
Guru memiliki peran strategis dalam membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dan menciptakan iklim yang sehat dalam
menunjang proses belajar dan pekembangan yang terjadi.
Kurikulum yang Terencana dan Teroganisir
merupakan Komponen Penting dalam Bimbingan Perkembangan
Dalam pengembangan program bimbingan harus
direncanakan dengan baik dan terorganisasi. Kurikulum yang dikembangkan
mencakup seluruh aspek perkembangan anak dengan tujuan membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan untuk menghargai diri, motif berprestasi, membuat
keputusan yang tepat, merencanakan dan mencapai tujuan keterampilan memecahkan
masalah, menjalin hubungan interpersonal, keterampilan berkomunikasi dan
mengembangkan perilaku tanggungjawab, khususnya pada diri sendiri.
4. Bimbingan Perkembangan Memperhatikan Aspek
Perkembangan Penerimaan Diri, Pemahaman Diri, dan Pengayaan Diri Anak
Bimbingan perkembangan turut membantu anak
dalam memahami diri anak secara utuh dan menerima kelemahan dan kelebihan diri.
Kegiatan pengembangan upaya ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak untuk menyampaikan ide, gagasan dan pendapatnya dengan
cara alami dan tanpa tekanan. Kebiasaan guru / pendamping mendominasi kegiatan
atau sikap otoriter orang tua di rumah dapat menyebabkan anak tampak kaku,
kurang percaya diri, tidak mampu mengembangkan kemampuan kreativitasnya.
Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara mengobrol dengan suasana yang santai
dan rileks.
5. Bimbingan dan Konseling Perkembangan Membantu
Mendorong Proses Tumbuh Kembang Anak
Tujuan kegiatan ini adalah (a) mampu
menempatkan nilai pada diri anak sebagaimana dirinya sendiri; (b) percaya pada
dirinya sendiri; (c) percaya akan kemampuan dirinya sendiri dan membangun
penghargaan pada dirinya; (d) mampu bekerja dan berusaha dengan
sungguh-sungguh; (e) mampu memanfaatkan kelompok untuk mempermudah dan
meningkatkan perkembangan anak; (f) memadukan kelompok sehingga anak merasa
memiliki dalam kelompok; (g) membantu mengembangkan keterampilan secara
berurutan dan secara psikologis yang memungkinkan anak untuk sukses; (h)
mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki anak; (i)
memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam pengajaran.
6. Bimbingan Perkembangan Mengakui Perkembangan
yang Terarah daripada Akhir Perkembangan yang Definitif
Kekeliruan yang dialami guru adalah
menyampaikan materi cenderung mengikuti pola-pola (a) menyampaikan materi
pembelajaran yang masih kaku dari tema-tema yang ditawarkan oleh kurikulum
sehingga tampak tanpa pengembangan kreativitas guru; (b) banyak materi yang
disampaikan terlalu abstrak, misalnya pada saat menjelaskan angka hanya simbol
saja tanpa dibarengi contoh konkret.
7. Bimbingan Perkembangan sebagai Kegiatan yang
Berorientasi pada Tim, Seyogianya Dilaksanakann oleh Tenaga Ahli (Konselor)
yang Profesional
Kesuksesan kegiatan bimbingan dan konseling
sangat didukung oleh seluruh komponen lembaga. Oleh karena itu, kerjasama dan
dukungan berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan kegiatan dan
pengembangan program bimbingan.
8. Bimbingan Perkembangan Peduli dengan
Identifikasi Awal akan Kebutuhan-kebutuhan Khusus Anak
Dalam pendekatan ini konselor dengan guru
bekerja sama untuk melakukan asesmen terhadap kebutuhan anak. Bimbingan yan
dilaksanakan perlu dirancang utnuk memenuhi berbagai kebutuhan yan dimiliki dan
diharapkan anak. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara misalnya
dengan menggunakan teknik observasi atau catatan anekdot.
9. Bimbingan Perkembangan Peduli dengan
Penerapan Aspek-aspek Psikologi
Pendekatan ini menekankan tentang upaya
pentingnya guru dalam memperhatikan aspek-aspek psikologis anak, seperti
kemampuan intelektual, sikap, minat dan kepribadian. Dalam hal ini, bimbingan
perkembangan tidak hanya memperhatikan bagaimana anak belajar, tetapi juga
turut mengarahkan pada upaya membantu anak menggunakan berbagai kemampuan yang
mereka miliki.
Lwin seorang pakar asal Singapura menegaskan
bahwa guru / pendamping mengajarkan kepada anak untuk benar-benar memperhatikan
apa yang dia lihat di sekitarnya dan untuk menciptakan secara konstruktif
gambaran dalam pikirannya menggunakan imajinasinya maka guru / pendamping pada
akhirnya akan menemukan bahwa anak akan semakin kreatif. Hal ini karena
visualisasi kreatif dan imajinasi merupakan dua aspek utama pemikiran kreatif.
10. Bimbingan Perkembangan Memiliki Kerangka
Dasar yang Berlandaskan pada Kajian tentang Psikologi Perkembangan dan Teori
Belajar
Bimbingan perkembangan memiliki akar
psikologis dan teoritis yang jelas dan kokoh sehingga dapat dipergunakan
dalam membantu mengembangkan potensi anak secara utuh dan menyeluruh. Selain
itu, prinsip ini turut memperjelas bahwa anak adalah individu yang akan selalu
belajar. Di sini guru / pendamping harus lebih kreatif dan inovatif. Jangan
biasakan menakuti anak dengan nilai buruk yang akan dicapai ataupun dalam
bentuk anacaman lain yang tidak jelas maksud dan tujuannnya.
11. Bimbingan Perkembangan Mempunyai Sifat
Berurutan dan Fleksibel
Prinsip ini menegaskan bahwa bimbingan
perkembangan sangat cocok diterapkan dalam membantu memfasilitasi perbedaan dan
keragaman yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru / pendamping diharapkan lebih
proaktif dalam membantu mengembangkan potensi dan memfasilitasi kebutuhan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar