Kamis, 05 Februari 2015

Skenario 1 Part 2 BLOK 5

Author : Gupita Permata Agni, Indra Maulana

SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki, usia 8 tahun, pada malam hari saat sedang mewarnai gambar buah-buahan dengan warna merah, hijau, kuning dan ungu tiba-tiba listrik di rumahnya padam sehingga keadaan menjadi gelap. Anak itu merasakan pandangannya menjadi sangat gelap namun perlahan-lahan ia mulai dapat melihat bentuk benda di sekitarnya tetapi tidak dapat membedakan gradasi warna. Ketika listrik menyala lagi ia langsung dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Anak tersebut tidak memiliki riwayat gangguan/kelainan pada kedua matanya.
LO :
1. Jelaskan tentang jaras penglihatan !
2. Bagaimana mekanisme penglihatan ?
3.  Anatomi musculus mata dan fungsinya !
4. Apa itu media refrakta ?
5. Apa yang dimaksud dengan Hiperpolarisasi dan Depolarisasi ?
6. Jelaskan Siklus Penglihatan Rodopsin !
7. Jelaskan proses Penglihatan Warna !

1.      Jaras penglihatan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKgOlXjJCHfolWEbZtrELclOoUtimD5jwUcYr59d4ARquxC_7FBP2w3ffcFfvfO7qihbUqYNVtan66jp_1F9m2Clu4yH6Y_GtaDWVKrloIyRkrayMxKXNjncSPysZPBcXPnnhNuS8saAfl/s1600/gp.png


 Gambar tersebut memperlihatkan prinsip jaras penglihatan yaitu dari kedua retina ke korteks penglihatan. Sinyal saraf penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di chiasma opticum, serabut nervus optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di nukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dan dari sini, serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus menuju korteks penglihatan primer yang terletak di fissura kalkarina lobus oksipitalis.
            Selain ke korteks visual, serat-serat visual tersebut juga ditujukan ke beberapa area seperti: (1) nukleus suprakiasmatik dari hipotalamus untuk mengontrol irama sirkadian dan perubahan fisiologis lain yang berkaitan dengan siang dan malam, (2) ke nukleus pretektal pada otak tengah, untuk menimbulkan gerakan refleks pada mata untuk fokus terhadap suatu obyek tertentu dan mengaktivasi refleks cahaya pupil, dan (3) kolikulus superior, untuk mengontrol gerakan cepat dari kedua mata. (4) menuju nukleus genikulatum lateral ventralis pada talamus dan kemudian ke daerah basal otak sekitarnya diduga untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.
            Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem lama untuk otak tengah dan dasar otak depan, serta sistem baru untuk penjalaran langsung ke dalam korteks penglihatan. Sistem baru pada manusia menghasilkan persepsi seluruh aspek bentuk penglihatan, warna, dan penglihatan sadar lainnya.
                                                                                    Sumber : Fisiologi Guyton

2.      Mekanisme melihat

Manusia dapat melihat benda karena adanya cahaya. Cahaya yang ditangkap mata berturut-turut akan melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreus humor, dan retina. Lensa mata berfungsi memfokuskan cahaya yang terpantul dari benda-benda yang terlihat sehingga menjadi bayangan yang jelas pada retina. Cahaya ini akan merangsang fotoreseptor untuk menyampaikan impuls ke saraf penglihat dan berlanjut sampai lobus oksipitalis pada otak besar.8
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
3.      Anatomi musculus mata dan fungsinya

a.      MUSCULI RECTI

         Origo: annulus tendineus communis à cincin penebalan periosteum yang mengelilingi canalis opticus
         Insersi: sclera à 6 mm di belakang tepi cornea.
         Terdiri atas:
        m. rectus superior, berasal dari bagian atas cincin, inervasi: n. oculomotorius
        m. rectus inferior dari bagian bawah cincin, inervasi: n. oculomotorius
        m. rectus medialis dari bagian tengah cincin, inervasi: n. oculomotorius
        m. rectus lateralis dari bagian lateral cincin, inervasi: n. abducens.
b.      MUSCULI OBLIQUUS
         M. Obliquus superior.
        Origo: corpus ossis sphenoidalis, insersi: sclera
        Inervasi: n. trochlearis
         M. obliquus inferior
        origo: bagian anterior dasar orbita, insersi: sclera
        inervasi: ramus inferior n. oculomotorius

c.       ALAT GERAK : MUSCULI EXTRA OCCULI
         Adduksi:
        M. rectus medialis bulbi
        M. rectus superior bulbi
        M. rectus inferior bulbi
         Abduksi:
        M. rectus lateralis bulbi
        M. obliquus superior bulbi
        M. obliquus inferior bulbi
         Gerakan ke cranial:
        M. rectus superior bulbi
        M. obliquus inferior bulbi
         Gerakan ke caudal:
        M. rectus inferior bulbi
        M. obliquus superior bulbi 
Sumber : Kuliah Anatomi organon visus dr.Risal

4. MEDIA REFRAKTA
Media refrakta adalah media yang membiaskan sinar.
  1. Cornea
Fungsi :
o   Sebagai membran pelindung
Cornea menutup bola mata di sebelah depan
o   Sebagai media refrakta.
Pembiasan cahaya di cornea terutama dilakukan pada permukaan anterior. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea dimana 40 dioptri dari 50 dioptri.
      Cornea merupakan organ yang paling banyak memiliki serabut nyeri terutama di bagian central, sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit.
      Bila kornea disinari suatu sumber cahaya yang konsentris pada kornea maka akan bersifat konsentris juga gambar dapat dipantulkan pada kornea karena kornea bersifat cermin cembung.

Interpretasi pemeriksaan cornea :
Normal            : licin, mengkilat, konsentris dan continue.
Abnormal        :
o   Lingkaran continue tetapi ada bagian tidak mengkilat (kabur), bergerigi àedema cornea.
o   Lingkaran tidak continue : defect epitel cornea àulkus kornea, erosion, fistula kornea.
o   Lingkaran mengkilat continue, konsentris tetapi berkelok-kelokàsikatrik pada kornea
o   Lingkaran mengkilat, continue, oval dan tidak konsentris àastigmatisma

  1. Cairan humor aquos
      Cairan humor aquos diproduksi oleh proc. Ciliaris corpus ciliare. Selain menghasilkan humor aquos, corpus ciliare juga mengontrol kemudahan pembuangannya serta berperan dalam proses akomodasi.
      Hasil produksi yang berupa cairan dan elektrolit diangkut melalui epitel ke dalam camera occuli posterior. Pengangkutan ini tergantung dari tekanan darah dalam corpus ciliare dan permeabilitas kapilernya.
      Apabila tekanan intra ocular meningkat maka aliran darah di dalam corpus ciliare berkurang. Selanjutnya humor aquos akan mengalir dari camera oculi posterior ke camera occuli anterior melalui pupil karena terdapat perbedaan tekanan diantara kedua ruangan tersebut. Apabila tekanan di camera occuli posterior meningkat, maka tekanan itu akan diteruskan ke semua arah termasuk lensa dan corpus vitreum dengan akibat lensa dan iris akan terdorong ke depan.
      Tekanan intra oculi normal 15-18 mmHg. Tekanan normal tertinggi pada waktu bangun tidur pagi hari dan terendah pada malam hari.
Fungsi :
o   Sebagai media refrakta
o   Untuk nutrisi lensa dan kornea
o   Untuk mengatur tekanan bola mata

  1. Lensa crystalina
      Berbentuk lempeng cakram bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan transparan. Permukaan belakangnya lebih cembung daripada permukaan depan. Terletak di belakang iris, di depan corpus vitreum. Digantung oleh zonula zinii atau lig. Suspensorium lentis.
Fungsi :
o   Memfokuskan sinar dengan cara akomodasi untuk melihat dekat.
Otos ciliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi peningkatan daya biasnya. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.

  1. Corpus vitreum
      Merupakan gel transparan yang terdiri atas air ( lebih dari 99% ), kolagen dan glikosaminoglikan yang berhidrasi berat, yang unsur utamanya ialah asam hialuronat. Corpus vitreum menempati ruangan mata dibelakang lensa.
5.      Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk dapat melihat, mata harus berfungsi sebagai alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatanSel batang berfungsi dalam proses penglihatan redup dan gerakan sementara sel kerucut berperan dalam fungsi penglihatan terang, penglihatan warna, dan ketajaman penglihatan. Sel batang memiliki sensitivitas cahaya yang lebih tinggi daripada sel kerucut dan berfungsi pada penglihatan perifer. Sel Kerucut mampu membedakan warna dan memiliki fungsi penglihatan sentral.

Sumber : https://www.google.com/search?q=Media+refrakta&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=sb#


5. Hiperpolarisasi dan Depolarisasi
            Peningkatan negativitas dari potensial membran merupakan suatu keadaan yang disebut hiperpolarisasi. Hal ini terjadi ketika rodopsin terurai. Penguraiannya menurunkan konduktans membrane sel batang unutk ion natrium di segmen luar sel batang. Segmen dalam secara terus menerus memompa natrium dari sisi dalam sel batang menuju sisi luar dan kalium dipompa ke dalam sel. Kalium bocor ke luar sel melalui kanal kalium tak berpintu yang terbatas di segmen luar sel batang. Pompa natrium-kalium membentuk potensial negative di sisi dalam seluruh sel. Namun segmen luar tempat fotoreseptor berada sedikit berbeda. Pada keadaan gelap, membrane batang bocor untuk ion natrium yang mengalir melalui kanal berpintu cGMP. Pada keadaan gelap, kadar cGMP tinggi. Memungkinkan ion natrium terus menerus kembali ke dalam sel batang dan menetralkan negativasi di dalam seluruh sel.
            Jika rodopsin terkena cahaya kembali, konduktans natrium dari luar ke dalam sel akan berkurang melalui 3 proses.
(1)   Cahaya di reabsorbsi oleh rodopsin, menyebabkan fotoaktifasi electron pada bagian retinal.
(2)   Aktifasi rodopsin merangsuang suatu G-protein yang di sebut transduksin, kemudian mengaktivasi fosfodiestrase cGMP, enzim ini menganalisis pemecahan cGMP menjadi 5-cGMP
(3)   Penurunan cGMP ini menutup kanal berpintu cGMP dan mengurangi arus natrium kedalam.
Natrium terus dipompa ke luar melalui membrane dan segmen dalam. Karena natrium bersifat positif, jadi di dalam membrane terjadi peningkatan negativitas.
Sumber : Guyton
6. Siklus Penglihatan Rodopsin :
            Sel batang mengandung pigmen peka cahaya yang disebut rodopsin atau visual purple. Substansi tersebut merupakan kombinasi dari protein skotopsin dan karotenoid retinal. Retinal tersebut merupakan tipe khusu 11-cis retinal. Bentuk cis dan retinal sangatlah penting. Karena hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan skotopsin membentuk sel batang (rodopsin).
            Setelah mengabsorbsi energy cahaya, rodopsin akan segera terurai dalam sepersekian detik karena adanya fotoaktifasi elekteron pada bagian retinal dan rodopsin yang menyebabkan cis dan retinal berubah menjadi all-trans­. Karena all-trans tidak lagi sesuai dengan skotopsin, maka ia akan terlepas dari skotopsin dan terbentuklah batorodopsin. Btorodopsin sangat tidak stabil, akibatnya dalam sekian nanodetik rusak dan menjadi lumirodopsin, lalu rusak lagi menjadi metarodopsin I, selanjutnya menjadi metarodopsin II dan akhirnya akan menjadi produk pecahan terakhir yaitu all-trans retinal dan skotopsin.
            Metarodopsin II juga disebut rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan listrik dalam sel batang yang kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke sistem saraf pusatdalam bentuk potensial aksi nervus optikus.
            Proses pembentukan kembali rosodpsin terjadi mula-mula all-trans­ reatinal diubah menjadi all-trans retinol yang merupakan salah satu bentuk dari vitamin A. Kemudian di ubah menjadi 11-cis retinol, diubah lagi menjadi all-trans retinal yang kemudian bergabung dengan skotopsin untuk membentuk rodopsin baru.  
Sumber : Guyton
7. Penglihatan Warna :
            Sel kerucut memiliki komposisi kimiawi yang hamper sama dengan sel batang. Perbedaannya terletak pada protein (fotopsin) dalam sel kerucut berbeda denan protein (skotopsin) dalam sel batang. Sedangkan semua bagian retinal lainnya sama dengan sel batang. Komponen peka warna pada mata merupakan kombinasi antara retina dan fotopsin. Sel kerucut memiliki 3 pigmen peka warna disebut pigmen peka warna biru, hijau, dan merah dan memiliki beasar absorbs secara berturut 445,535, dan 570 nanometer yang merupakan panjang gelombang puncak sensitifitas cahaya pada sel kerucut.
            Mata manusia Sebenarnya dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik  dan warna merah, hijau, dan biru di satukan dalam bermacam-macam kombinasi. Sensitifitas spectrum dari ketiga jenis sel kerucut Sensitifitas spectrum warna tergantung pada ketiga tipe sel kerucut (iodopsin). Contoh warna monokromatik adalah warna kuning dengan perbandingan aktifasi pigmen warna merah 83% : hijau 83% : biru 0%. Tetapi jika ketiga pigmen warna ini di rangsang dengan perbandingan yang sama maka akan menghasilkan sensai warna putih.
Sumber : Guyton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar