Senin, 02 Februari 2015

Skenario 1 BLOK 5

author : pandu

Organon Visus

Organ Penglihatan (Organon Visus; Mata)
Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana organ ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale,  dan maxilla). Selain itu, ada pula struktur aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan antero-posterior daripada diameter vertikal. Pada wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki. Diameter antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm.
Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan tersebut oleh kantung membranosa tipis, fascia bulbi.

Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.

Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.

Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.
Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.

Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.

Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)
Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan.

Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.
Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan.
Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.

Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris.

Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humor antara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata,  bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris.

Tunika nervosa (Tunica interna)
Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap. Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina dan pars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.

Media Refraksi
Media refraksi: kornea, aqueous humor, crystalline lens, vitreous body.

Aqueous humor (humor aqueus)
Aqueous humor mengisi ruang anterior dan posterior bola mata. Kuantitas aqueous humor sedikit, memiliki reaksi alkalin, dan sebagian besar terdiri dari air, kurang dari seperlimanya berupa zat padat, utamanya klorida sodium.

Vitreous body (corpus vitreum)
Vitreous body membentuk sekitar empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini mengisi ruangan yang dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis, membran hyaloid. Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian depan ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakn zonula siliaris (zonule of Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun radial, yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid; lainnya dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada badan siliaris untuk menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan prosesus siliaris.

Crystalline lens (lens crystallina)
Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous, dan dilingkari oleh prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. Kapsul lensa (capsula lentis) merupakan membran transparan yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di belakang. Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; dan di bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur transparan bikonveks. Kecembungannya di bagian anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya.

Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan aparatus lakrimal.

Lacrimal apparatus (apparatus lacrimalis)
Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan mata; (b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.
Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva.
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.

Otot-otot ekstraokular

Rectus medialis.
Rectus superior.
Rectus lateralis.
Rectus inferior.
Obliquus superior.
Obliquus inferior.

Gerakan Bola Mata
Sistem kontrol serebral yang mengarahkan gerakan mata ke obyek yang dilihat merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam menggunakan kemampuan pengelihatan sepenuhnya. Sistem ini dikatakan sama pentingnya dalam pengelihatan dengan sistem interpretasi berbagai sinyal-sinyal visual dari mata. Dalam mengarahkan gerakan mata ini, tubuh menggunakan 3 pasang otot yang berada di bawah kendali nervus III, IV, dan VI. Nukleus dari ketiga nervus tersebut saling berhubungan dengan fasikulus longitudinalis lateralis, sehingga inervasi otot-otot bola mata berjalan secara resiprokal.

Gerakan Fiksasi Bola Mata
Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui dua mekanisme neuronal. Yang pertama, memungkinkan seseorang untuk untuk memfiksasi obyek yang ingin dilihatnya secara volunter; yang disebut seabgai mekanisme fiksasi volunter. Gerakan fiksasi volunter dikontrol oleh cortical field pada daerah regio premotor pada lobus frontalis. Yang kedua, merupakan mekanisme involunter yang memfiksasi obyek ketika ditemukan; yang disebut sebagai mekanisme fiksasi involunter. Gerakan fiksasi involunter ini dikontrol oleh area visual sekunder pada korteks oksipitalis, yang berada di anterior korteks visual primer. Jadi, bila ada suatu obyek pada lapang pandang, maka mata akan memfiksasinya secara involunter untuk mencegah kaburnya bayangan pada retina. Untuk memindahkan fokus ini, diperlukan sinyal volunter sehingga fokus fiksasi bisa diubah.

Gerakan saccadic
Gerakan saccadic merupakan lompatan-lompatan dari fokus fiksasi mata yang terjadi secara cepat, kira-kira dua atau tiga lompatan per detik. Ini terjadi ketika lapang pandang bergerak secara kontinu di depan mata. Gerakan saccadic ini terjadi secara sangat cepat, sehingga lamanya gerakan tidak lebih dari 10% waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini, otak mensupresi gambaran visual selama saccade, sehingga gambaran visual selama perpindahan tidak disadari.

Gerakan Mengejar
Mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang bergerak; gerakan ini disebut gerakan mengejar (smooth pursuit movement).

Gerakan vestibular
Mata meyesuaikan pada stimulus dari kanalis semisirkularis saat kepala melakukan pergerakan.

Gerakan konvergensi
Kedua mata mendekat saat objek digerakkan mendekat.

Jaras
Cahaya yang sampai di retina tersebut akan mengakibatkan hiperpolarisasi dari reseptor pada retina. Hiperpolarisasi ini akan mengakibatkan timbulnya potensial aksi pada sel-sel ganglion, yang aksonnya membentuk nervus optikus. Kedua nervus optikus akan bertemu pada kiasma optikum, di mana serat nervus optikus dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi yang berlawanan, yang kemudian akan menyatu dengan serat nervus optikus dari sisi temporal yang berlawanan, membentuk suatu traktus optikus. Serat dari masing-masing traktus optikus akan bersinaps pada korpus genikulatum lateralis dari thalamus. Kemudian serat-serat tersebut akan dilanjutkan sebagai radiasi optikum ke korteks visual primer pada fisura calcarina pada lobus oksipital medial. Serat-serat tersebut kemudian juga akan diproyeksikan ke korteks visual sekunder.

Selain ke korteks visual, serat-serat visual tersebut juga ditujukan ke beberapa area seperti: (1)nukleus suprakiasmatik dari hipotalamus untuk mengontrol irama sirkadian dan perubahan fisiologis lain yang berkaitan dengan siang dan malam, (2) ke nukleus pretektal pada otak tengah, untuk menimbulkan gerakan refleks pada mata untuk fokus terhadap suatu obyek tertentu dan mengaktivasi refleks cahaya pupil, dan (3) kolikulus superior, untuk mengontrol gerakan cepat dari kedua mata.


Seseorang dapat melihat normal apabila fungsi organ mata (makula dan saraf optik) normal, terdapat cukup cahaya yang dipantulkan ke mata dan sistem penghantaran impuls melalui saraf normal (Guyton & Hall,1997). 

Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima
kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous
humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang
benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi
pigmen ungu.
Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang
terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk
situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada
suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel
batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa
protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka
rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen
terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang
disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata
sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan
gabungan antara retinin dan opsin. Normalnya ada tiga jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen yang berbeda-beda. Sel kerucut aktif ketika menyerap cahaya, spektrum penyerapan cahayanya berbeda-beda. Sel kerucut yang pertama cukup sensitif pada gelombang pendek (short wavelengths), yang kedua pada gelombang medium (medium wavelengths), yang ketiga pada gelombang yang panjang (long wavelengths), (sensitivitas puncak pada warna biru, kuning kehijauan dan merah) . Sensitivitas penglihatan warna normal tergantung dari 
spektrum cahaya yang lebih banyak diserap dari ketiga sistem (merah hijau biru), perbedaan warna yang terlihat tergantung dari tipe sel kerucut yang distimulasi dan luasnya . 
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum
proximum).
Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum
3
remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata
tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut
kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel.
Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan)
untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas.
Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat
membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek
yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara
mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis
panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang
tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat
dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi
lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari
relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan
ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor
mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih.Proses pemfokusan obyek
pada jarak yang berbeda-beda disebut daya akomodasi.



Referensi

Topical Diagnosis in Neurology
Gray’s Anatomy for Students
Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd ed
Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1, 22nd ed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar