SKENARIO 4 BLOK 12
Author : Nia
INFEKSI KULIT
Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi
Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan
infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori:3
1.
Mikroorganisme patogen dari aliran darah
menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
2.
Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari
mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan pada kulit.
3.
Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit
karena proses imunologik.
ETIOLOGI INFEKSI KULIT
Penyakit kulit adalah penyakit
infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala usia. Sebagian
besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan efek.
Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit tidak merespon terhadap
pengobatan. Tidak banyak statistik yang membuktikan bahwa frekuensi yang tepat
dari penyakit kulit, namun kesan umum sekitar 10-20 persen pasien mencari
nasehat medis jika menderita penyakit pada kulit. Matahari adalah salah satu
sumber yang paling menonjol dari kanker kulit dan trauma terkait.
Penyakit kulit untuk sebagian orang
terutama wanita akan menghasilkan kesengsaraan, penderitaan, ketidakmampuan
sampai kerugian ekonomi. Selain itu, mereka menganggap cacat besar dalam
masyarakat. Namun akibat kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu kedokteran
bekas luka kulit dapat berhasil dilepas dengan perencanaan plastik, terapi
laser, pencangkokan kulit dan lain sebagainya.
Beberapa Penyebab Penyakit Kulit:
1. Kebersihan diri yang buruk
2. Virus
3. Bakteri
4. Reaksi Alergi
5. Daya tahan tubuh rendah
Infeksi Kulit Akibat Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik
yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat
parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup
karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
ANTIVIRUS
Virus adalah jasad biologis, bukan
hewan, bukan tanaman, tanpa struktur sel dan tidak berdaya untuk hidup dan
memperbanyak diri secara mandiri. Mikroorganisme harus menggunakan system enzim
dari sel tuan rumah untuk sintesis asam nukleat,protein-proteinnya, dan
perkembangbiakannya. Selanjutnya virus adalah mikroorganisme hidup yang
terkecil (besarnya 20-300 mikron) kecuali prion yaitu penyebab penyakit sapi
gila BSE dan P.
Infeksi virus
Penularan virus dimulai dengan
pelekatan virus pada dinding sel, yang dihidrolisa oleh enzim-enzim. Lalu
DNA atau RNA memasuki sel, sedangakan salut proteinnya ditinggalkan diluar.
Didalam sel virus bertindak sebagai parasit dan menggunakan proses-proses
asimilasi sel yang bersangkutan untuk membentuk vrion-vrion baru. Dengan
demikian perbanyakan (replikasi) tidak berlangsung melalui pembelahan vrion
induk seperti bakteri. Pada proses ini sel-sel yang dimasukinya dirusak tetapi
gejala-gejala penyakit baru mulai tampak bila perbanyakan vrion sudah mencapai
puncaknya.
Penggolongan Virus
Virus yang paling sering
mengakibatkan penyakit pada manusia dapat dibagi dalam dua kelompok besar,
yakni virus DNA dan virus RNA, dengan masing-masing DNA dan RNA di dalam
intinya.
a.
Virus DNA meliputi antara lain
kelompok herpes : herpes simplex (penyebab antara lain penyakit kelamin),
herpes zoster (penyebab sinannaga, “shingles”). Dan varicella zoster (cacar
air). Juga virus Epstein-Barr (demam kelenjar/”kissing disease”/ mono
–nucleuosis infectiosa), parvovirus,adenovirus (gastroenteritis), variiola (
cacar, “sinallpox”), dan cytomegalovirus= CMV (pada pasien AIDS) termasuk
kelompok virus ini juga. Human papillomavirus (HPV), yang menjadi penyebab
kutil genital dan kanker cervix, menurut perkiraan ditularkan secara seksual.
b.
Virus RNA terpenting adalah HIV
(penyebab AIDS), virus-virus hepatitis (penyakit kuning), rhinovirus ( salesma)
dan polio virus ( penyebab lumpuh pada anak-anak polio myelitis). Begitu pula
virus influenza (flu), rotavirus (diare), virus rubella (rode hond),
bermacam-macam paramyxovirus : virus rubeola= morbili (campak=”measles”) dan
virus beguk (“mumps”) serta berbagai flavivirus (yellow fever= demam kuning,
dengue = demam berdarah).
Herpes zoster
Herpes zoster adalah salah satu penyakit kulit (radang kulit) disebabkan
oleh virus Varisella zoster dan memiliki sifat yang khas yaitu terdapat vesikel
yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan
dermatomnya dan biasanya unilateral.
Patogenesis
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif
penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2
minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion
kronialis.
Lokasi kelainan kulit sekitar daerah
persyarafan ganglion kadang-kadang virus menyerang gangguan arterior bagian
motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan motorik.
Manifestasi
Klinik
Gejala
prodormal
Gejala sistemik seperti demam,
pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dsb) pada dermatom
yang terserang.
Stadium
Timbul popula atau plakat berbentuk
urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel dengan dasar kulit yang
eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang jernih.
Stadium
Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat
menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut
herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2 minggu dapat timbul
infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan tanpa sikasrek
sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat
berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri khas herpes zoster :
- Nyeri radikuler
- Unilateral
- Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala lainnya :
- Pembesaran KGB regional
- Kelainan motorik berupa kelainan sentral daripada perifer
- Fuper parostesi pada daerah yang terkena
- Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus (dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari gangguan garikulotum)
Klasifikasi
Herpes Zoster
- Herpes Zoster Optalnikus terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
- Sindrom Ramsay Hurt diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan gejala paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
- Herpes Zoster Abortif berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
- Herpes Zoster Generaligata kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum.
Komplikasi
Pada usia diatas 40 tahun
kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck
dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.
Diagnosa
Banding
- Herpes simplek
- Varicella
- Dermatis Contacta alergika
- Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus vulgaris
- Dermatis herpenformis dan dutega
- Bulos pumfigord
Penatalaksanaan
- Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
- Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
- Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
- Therapi topical bergantung pada stadium : Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
- Kompres pada daerah yang terserang : Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
- Istirahat
Varicella
Definisi
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan.
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit.
Epidemiology
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi 85%.
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan.
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit.
Epidemiology
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi 85%.
Pada iklim temperatur, angka
infeksi enunjukkan variasi musiman yang ditandai, dengan epidemis pada musim
dingin akhir dan awal musim semi. Sebaliknya, tidak ada variasi musiman yang
terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk perbedaan penandaan ini tidaklah
jelas, meskipun telah didukung dengan pemanasan, dan kurangnya peningkatan
paparan pada virus dalam bulan musim hangat dapat menyebabkan beberapa
perbedaan. Di india, disamping dekat dengan perbataan, angka rendah yang tidak
terduga melalui transmisi antar rumah telah didokumentasikan sebesar 80%. Di
Singapura, varicella timbul dalam dua epidemis besar yang terpisah selama 23 tahun.
Meskipun infeksi primer
asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa reinfeksi subklinis
adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami episode
kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada
usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan
insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela
pada anak-anak, beberapa orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa
tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer di United States pada era
prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan
peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan lebih tinggi angka
seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States.
Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
Gejala KlinisVirus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari
setelah terinfeksi pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya
berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut
biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada permulaannya,
penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat,
bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian
timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan
di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak
dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi
lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak
nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini
dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut
dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering
lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka
garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas
yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas
cacar air akan lebih sulit menghilang.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka
terbuka (ulkus), yang sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat
ditemukan di kelopak mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus.
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus.
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa
masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan,
infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal.
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.
Varicella zoster virus (VZV)
Varicella zoster virus (VZV)
merupakan famili human (alpha) herpes virus. Virus terdiri atas genome DNA
double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein dan dibungkus oleh
glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella
(chickenpox) dan herpes zoster (shingles).
Pada tahun 1767, Heberden dapat
membedakan dengan jelas antara chickenpox dan smallpox, yang diyakini kata
“chickenpox” berasal dari bahasa Inggris yaitu “gican” yang maksudnya penyakit
gatal ataupun berasal dari bahasa Perancis yaitu “chiche-pois”, yang menggambarkan
ukuran dari vesikel. Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara
varicella dan herpes zoster, ia menemukan bahwa varicella dicurigai berkembang
dari anak-anak yang terpapapar dengan seseorang yang menderita herpes zoster
akut. Pada tahun 1943, Garland mengetahui terjadinya herpes zoster akibat
reaktivasi virus yang laten. Pada tahun 1952, Weller dan Stoddard melakukan
penelitian secara invitro, mereka menemukan varicella dan herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama.
PATOGENESIS
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari
pada anak imunokompeten (rata -rata 14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais
biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh
manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection)
ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2
hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring ataupun
conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4 yang
berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah
sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia
primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada
sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan
berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa,
yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus
akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang
mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. Seorang anak yang menderita varicella
akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari
setelah timbulnya lesi di kulit
Pada herpes zoster, patogenesisnya
belum seluruhnya diketahui. Selama terjadinya varicella, VZV berpindah tempat
dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan
ditransportasikan secara centripetal melalui serabut syaraf sensoris ke
ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman),
dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi
virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan
imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang mendapat pengobatan
immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang penerima organ
transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali bermultiplikasi
sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris. Kemudian virus
akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui syaraf sensoris
akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala klinis
GAMBARAN
KLINIS
Varicella pada anak yang lebih besar
(pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului dengan gejala prodormal yaitu demam,
malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia,yang terjadi 1 - 2 hari sebelum
timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang
imunokompeten, gejala prodormal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan
dan
timbul bersamaan dengan munculnya
lesi dikulit. Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp,
kemudian meluas ke dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat
meluas ke ekstremitas. Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital.
Lesi pada varicella biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas
yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada
awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan
kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul dan
kemudian berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih dengan
dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous
mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang
tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop),
berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan
lipatan kulit atau tampak
vesikel seperti titik- titik embun diatas daun bunga mawar (dew drop on a rose
petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang
sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan
mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle)
dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari,
kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada fase penyembuhan
varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak disertai dengan infeksi
sekunder bakterial. Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat
menyebabkan terjadinya varicella intrauterine ataupun varicella neonatal.
Varicella intrauterine, terjadi pada
20 minggu pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti
ke dua lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan
mental retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu
mendapat varicella (varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari
sesudah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang
didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat
perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya
antibodi pada tubuh si ibu yang disebuttransplasental antibodi. Sebelum
penggunaan varicella zosterimmunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella
neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan
hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat varicella dalam waktu 5
hari atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang cukup
untuk membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk (transplasental
antibodi) sehingga neonatus jarang menderita varicella yang berat.
Herpes zoster pada anak-anak jarang
didahului gejala prodormal. Gejala prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri
radikuler, parestesia, malese, nyeri kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3
minggu sebelum timbul ruam dikulit. Lesi kulit yang khas dari herpes zoster
yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan jarang melewatii garis tengah
tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada dermatom T3 hingga L2 dan nervus
ke V dan VII. Lesi awal berupa makula dan papula yang
eritematous, kemudian dalam waktu 12 - 24 jam akan berkembang menjadi vesikel
dan akan berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke
7 - 10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi
infeksi sekunder bakterial.
Pada pasien imunokompromais dapat
terjadi herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru,
hati, otak dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC) sehingga dapat
berakibat fatal. Lesi pada kulitnya biasanya sembuh lebih lama dan dapat
mengalami nekrosis, hemoragik dan dapat terbentuk parut.
KESIMPULAN
Infeksi VZV dapat menyebabkan dua
jenis penyakit yaitu varicella dan herpes zoster. Varicella sering dijumpai
pada anak-anak sedangkan herpes zoster lebih sering dijumpai pada usia yang
lebih tua. Penanganan yang tepat dari ke dua penyakit diatas dapat mencegah
timbulnya komplikasi yang berat pada
anak-anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak - anak, dapat
mencegah dan mengurangi gejala penyakit yang timbul
Blastomikosis
Blastomikosis adalah penyakit
granulomatosa kronis dan supurativa yang mempunyai tahap paru primer yang
seringkali diikuti dengan penyebaran ke bagian tubuh yang lain, terutama kulit
dan tulang. Meskipun penyakit ini telah lama diperkirakan terbatas pada
benua Amerika Utara, pada tahun-tahun belakangan ini kasus autokton telah didiagnosis
di Afrika, Asia dan Eropa. Semua bukti klinis dan epidemiologi yangtersedia
mengindikasikan bahwa manusia dan binatang yang lebih rendah
terkena blastomikosis dari beberapa sumber di alam. Meskipun demikian,
habitat alami dari Blastomyces
dermatitidis belum jelas, meskipun sebagian laporan mengatakan bahwa
diisolasi dari tanah.
Penyebab Blastomikosis atau Penyakit Gilchrist
Penyakit ini di bawa oleh Jamur Blastomyces
dermatitidis dan spora dari jamur Blasomyces dermatitidis di hasilkan oleh
rumah yang di buat oleh hewan berang-berang yang biasanya hidup di sungai. Dari
mana spora ini masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan penyakit?
Jawabannya yaitu spora ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem
pernafasan karena terhirup pada saat proses pernapasan masuk melalui udara yang
terhirup.
Gejala Blastomikosis atau Penyakit Gilchrist
Gejala penyakit ini dimulai
dengan timbulnya demam yang cukup tinggi bahkan hingga menggigil dan
terdapat pula keringat yang cukup banyak. Bisa juga di sertai batuk berdahak
yang cukup parah ( tetapi masih dalam kondisi wajar ) maupun kering, nyeri dada
dan kesulitan bernafas atau pernapasan terganggu. Dan infeksi ini tidaklah
berbahaya dan akan sembuh secara sendirinya tanpa adanya pengobatan yang serius
akan tetapi alangkah baiknya apabila segera di tangani dengan pengobatan.
Adapun gejala yang timbul dalm
penyakit Blastomikosis disseminata di antaranya yaitu Infeksi kulit dimulai
dengan benjolan kecil (papula) dan bisa juga benjolan tersebut berisi nanah
(papulopustula), dan penyakit ini akan menyebar ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Kemudian akan timbul kutil yang dikelilingi abses atau
penimbunan nanah. Apabila terjadi pada tulang maka akan timbul pembengkakan
disertai nyeri pada tulang tersebut.Dan pada laki-laki biasanya terjadi
pembengkakan epididimis disertai nyeri atau prostatitis.
·
Manifestasi Klinis
1.
Blastomikosis Paru
: Pada sebagian besar individu, lesi paru asimtomatik dan tidak terdeteksi
sampai infeksi telah menyebar ke organ lain. Yang lain mengalami gejalasesudah
masa inkubasi 3-15 minggu. Pada sebagian besar kasus,
blastomikosis bersifat indolen dalam onset dan pasien menunjukkan gejala
kronis seperti batuk,demam, malaise dan kehilangan berat badan. Lesi menjadi
lebih luas, dengan berlanjutnya pernanahan, nekrosis dan kavitasi.
Sebagian pasien menunjukkan gejalaonset yang akut dari infeksi, dengan
timbulnya demam tinggi, menggigil, batuk berdahak, mialgia,
arthralgia dan nyeri dada pleuritis. Seringkali pasien-pasien initampak sembuh
sesudah gejala selama 2-12 minggu, tetapi sebagian akan
kembali berbulan-bulan kemudian dengan lesi pada tempat lain. Pasien lain
dengan onset akutakan gagal sembuh dan akan berkembang menjadi infeksi dada
kronis atau infeksidada kronis atau infeksi yang menyebar. Temuan radiografi
dada sangat bervariasidan bukan merupakan diagnostic.
2.
Blastomikosis kutaneus:
Penyebaran secara hematogen meningkatkan lesi kutaneus pada lebih dari 70%
pasien. Lesi ini kurang nyeri dan tampak seperti lesi verukosayang menonjol
dengan tepi yang tidak teratur, atau berupa ulkus. Muka, bibir bagianatas,
leher dan kulit kepala adalah tempat yang paling sering terkena
3.
Osteoartikular blastomikosis: Terjadi pada sekitar 30% pasien dan organ yang paling
terkena adalah spina, pelvis, tulang kepala, tulang iga dan tulang
panjang.Pasien seringkali asimtomatik sampai infeksi menyebar ke sendi, atau ke
dalam jaringan lunak yang menyebabkan abses subkutaneus. Temuan radiologis
seringkalitidak spesifik dan artritis terjadi pada sekitar 10% pasien. Bentuk-bentuk
lain termasuk blastomikosis genitourinaria yang melibatkan prostat,epididimis
atau testis; penyebaran hematogen sampai ke otak menyebabkanmeningitis, abses
spina atau otak. Organ-organ lain dapat juga terlibat dan telahdilaporkan
adanya kasus koroiditis dan endoftalmitis.Pasien AIDS telah berkembang menjadi
blastomikosis fulminan dengan penyebaranyang luas setelah reaktivasi endogen
dari infeksi sebelumnya.
·
Diagnosis Laboratorium
1.
Bahan klinis:
Kerokan kulit, sputum dan bilas
bronkus, cairan serebrospinal,cairan pleura, dan darah, sumsum tulang, urin dan
biopsi jaringan dari berbagai organ dalam.
2.
Mikroskopik langsung: (a) Kerokan
kulit harus diperiksa menggunakanKOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white
mounts; (b) Eksudat dancairan tubuh harus disentrifugasi dan sedimennya
diperiksa denganmenggunakan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white
mounts, (c) Potongan jaringan harus diwarnai dengan PAS digest, Grocott’s
methenaminesilver (GMS) atau pewarnaan Gram.Histopatologi sangat berguna dan
merupakan satu dari cara yang paling penting untuk memperingatkan
laboratorium bahwa mereka mungkin menangani sesuatu yang berpotensi
sebagai pathogen dengan cara Grocott’s methenamine silver untuk dapat melihat
sel seperti ragi dengan jelas, yang seringkali sulit dilihat pada sediaan
H&E.
Interpretasi:
Peraturannya adalah, pemeriksaan
mikroskopik langsung yang positif yang menunjukkan karakteristik sel
seperti ragi dari sediaan apapun harus dipandangsebagai sesuatu yang
signifikan.
3.
Kultur:
Spesimen klinis harus diinokulasi ke
dalam media isolasi primer seperti agar dextrose Sabouraud dan agar infusi
jantung otak ditambah dengandarah kambing 5%.
Interpretasi:
Kultur positif dari
spesimen-spesimen diatas harus dikatakan signifikan.
Kultur Blastomyces dermatitis merupakan biohazard bagi petugas laboratorium
dan harus ditangani dengan sangat hati-hati pada kabine penanganan patogen
yang tepat.
4.
Serologi: Tes serologi memiliki
nilai yang terbatas dalam diagnosis Blastomikosis.
5.
Identifikasi: Pada morfologi
mikroskopik yang lalu, konversi dari bentuk jamur ke bentuk ragi,
dan patogenitas binatang telah digunakan semuanya, meskipun demikian tes
eksoantigen sekarang merupakan metode pilihan untuk mengidentifikasi
4.
Blastomyces dermatitidis
·
Agen Penyebab : Blastomyces dermatitidis
·
Penanganan
ü Amphotericin B [0.5 mg/kg per hari selama 10 minggu] tetap
merupakan obat pilihan bagi pasien dengan infeksi akut yang mengancam jiwa
dan mereka dengan meningitis.Pasien dengan kapitas paru dan lesi di tempat
selain paru dan kulit membutuhkan terapi yang lebih lama.
ü Itraconazole oral [200 mg/hari untuk paling sedikit selama
3 bulan] adalah obat pilihan bagi pasien dengan bentuk blastomikosis yang
indolen;meskipun demikian jika pasien lambat memberikan respon, dosis harus
ditingkatkan menjadi 200 mg dua kali sehari. Pasien dengan infeksi serius yang
memberikan respon terhadap terapi awal dengan amphotericin, dapat diubah ke
itraconazolesampai akhir dari terapi mereka.
ü Ketokonazole oral
dapat digunakan, tetapi agak kurang dapat ditoleransi. Flukonazole
tampaknya kurang efektif dibandingkan dengan itraconazole atau ketoconazole
Pada suhu 37 ^C → yeast form/ bentuk
ragi , Blastomyces dermatitidis tumbuh
sebagai ragi bulat, multinuklear berdinding tebal(8-15 μm) yang biasanya
menghasilkan tunas tunggal. Tunas dan sel yeast induk menempel pada suatu dasar
yang luas, dan tunas ini bisa membesar hingga berukuran sama dengan sel yeast
induk sebelum mereka terlepas. Sel yeast ibu dengan anak yang masih melekat
disebut blasoconidia. Koloni berkerut seperti lilin dan lembut. Membutuhkan
7-10 hari untuk tumbuh menjadi bentuk ragi.
(Blastomyces
dermatitidis,
mikroorganisme penyebab blastomikosis.)
Referensi :
· medicastore.com/penyakit/173/Blastomikosis_(Penyakit_Gilchrist).html
· ml.scribd.com/doc/47506205/Blastomycosis
· mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/blastomyces-dermatitidis2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar