Kamis, 05 Desember 2013

SKENARIO 2 PART 2 BLOK 9



1.       Patofisiologi dan klasifikasi diare
Patofisiologi :
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok yang berupa:
a.       Kelainan Gerakan Transmukosal Air dan Elektrolit  
Gangguan reabsorbsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare. Disamping itu peranan faktor infeksi pada patogenesis diare akut adalah penting, karena dapat menyebabkan gangguan sekresi (diare sekretorik), difusi (diare osmotik), malabsorbsi dan keluaran langsung.Faktor lain yang cukup penting dalam diare adalah empedu, karena dehidroksilasi asam dioksikolik dalam empedu akan mengganggu fungsi mukosa usus, sehingga sekresi cairan di jejunum dan kolon serta menghambat reabsorbsi cairan di kolon. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan asam dioksikolik tersebut.
Hormon-hormon saluran diduga juga dapat mempengaruhi absorbsi air pada manusia, antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen. Suatu perubahan pH cairan usus seperti terjadi pada Sindrom Zollinger Ellison ataupada jejunitis dapat juga menyebabkan diare.
b.      Kelainan Laju Gerakan Bolus Makanan dalam LumenUsus
Suatu proses absorbsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara kim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorbsi yang normal.
Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan lokal mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikroba usus berkembang biak secara berlebihan, yang kemudian dapat merusak mukosa usus. Kerusakan mukosa usus akan menimbulkan gangguan digesti dan absorbsi, yang kemudian akan terjadi diare. Selain itu hipermotilitas dapat memberikan efek langsung sebagai diare.
c.       Kelainan Tekanan Osmotik dalam Lumen Usus
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorbsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra lumen, yang akan menimbulkan gangguan absorbsi air.
Malabsorbsi karbohidrat pada umumnya sebagai malabsorbsi laktosa, yang terjadi karena defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu mengalami hidrolisis yang tidak sempurna sehingga kurang diabsorbsi oleh usus halus. Sebagai akibat diare, baik yang akut maupun kronis akan terjadi:
1.       Kehilangan Air dan Elektrolit
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi), serta gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh: (1) previous water losses, kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai defisiensi cairan, (2) normal water losses, berupa kehilangan cairan karena fungsi fisiologis, (3) concomittant water losses, berupa kehilangan cairan waktu pengelolaan, dan (4) masukan makanan yang kurang selama sakit, berupa kekurangan masukan cairan karena anoreksia atau muntah.
Mekanisme kekurangan cairan pada diare dapat terjadi karena: (1) pengeluaran usus yang berlebihan, karena sekresi mukosa usus yang belebihan atau difusi cairan tubuh akiban tekanan osmotik intra lumen yang tinggi, (2) masukan cairan yang kurang, karena muntah, anoreksia, pembatasan makan dan minum, keluaran cairan tubuh yang berlebihan (demam atau sesak napas).

2.       Gangguan Gizi
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena: (1) masukan makanan berkurang, (2) gangguan penyerapan makanan,(3) katabolisme dan, (4) kehilangan langsung.
3.       Perubahan Ekologi dan Ketahanan Usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus, keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehungga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupasubstansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau akan memberikan kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu sehingga terjadi peningkatan jumlah asam empedu yang dapat memberikan timbulnya kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologiisi usus.

Klasifikasi Diare
Berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten dan diare kronis. (Asnil et al, 2003).
1.       Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.
2.       Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3.       Diare kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Diare kronis dibagi tiga, yaitu:
a.       Diare osmotik à adanya faktor malabsorbsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah malabsorpsi lemak. Fese umumnya berbentuk steatore
b.      Diare sekretorik à adanya gangguan transpor akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar, sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Feses akan seperti air.
c.       Diare inflamasi à adanya kerusakan dan kematian enterosit disetai peradangan. Feses berdarah.

2.       Komplikasi Diare
1)      Dehidrasi
Diare berat yang disertai nausea dan muntah sehingga asupan oral berkurang dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak dan lanjut usia. Dehidrasi yaitu suatu keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk.  Menurut keadaan klinisnya, dehidrasi dibagi menjadi:
§  Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox cholerica), pasien tidak syok. 
§  Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien dalam keadaan presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. 
§  Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda sama dengan dehidrasi sedang disertai dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, dan sianosis. 
2)      Syok hipovolemik
Keadaanberkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh.  Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup.
3)      Feses Berdarah
Feses yang disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba hystolytica.  Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolitik.  Pelepasan bahan toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak mukosa.  Bila berlanjut maka akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa atau lapisan muskularis.
4)      Demam


3.       Penatalaksanaan diare
Tujuan tata laksana diare:
o    Mencegah terjadinya dehidrasi
o    Mengobati dehidrasi jika telah terjadi
    • Mencegah terjadinya gizi buruk setelah diare
    • Mengurangi waktu dan keparahan diare
o   Mencegah terjadinya diare pada masa yang akan datang
Prinsip pengobatan diare
1)      Rehidrasi
Terapi rehidrasi sangat tergantung dari derajat rehidrasi yang telah ditentukan dari langkah sebelumnya. Apabila tanpa dehidrasi maka dapat menggunakan rencana terapi A sedangkan apabila dehidrasi yang rasakan dehidrasi dalam skala ringan-sedang maka dapat ikut rencana terapi B sedangkan apabila dehidrasinya berat, anda masuk dalam rencana terapi C
                                                               i.      Rencana Terapi A
§  Berikan lebih banyak cairan
§  Beri tablet zinc
§  Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
§  Bawa anak peada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
§  Anak harus diberi oralit di rumah
                                                             ii.      Rencana Terapi B
§  Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan ddiberikan selama 4 jam pertama. Rata-ratanya adalah 75 mL/kg berat badan
§  Jika anak minta minum lagi: Berikan minum sedikit demi sedikit, hal ini karena batas kapasitas lambung anak yang terbatas. Hanya 20 mL/kg berat badan anak.
§  Jika anak muntah, tunggu 10 menit sebelum memberikan rehidrasi oral lagi.
§  Lanjutkan ASI apabila anak meminta
Setelah 4 jam:
§  Menilai ulang derajat rehidrasi anak
§  Tentukan talaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi
§  Mulai beri makan anak di klinik
Apabila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B:
§  Tunjukan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
§  Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi (sesuai dengan terapi A)
§  Jelaskan cara-cara terapi A untuk mengobati diare
                                                            iii.      Rencana TERAPI C
Untuk TERAPI C, kita menggunakan cairan IV. Jumlah yang harus diberikan apabila pasien masuk dalam klasifikasi C adalah 100 mL/kg berat badan pasien. Apabila tidak terdapat cairan IV, maka anda dapat menggunakan pipa nasogastrik untuk rehidrasi. Apabila tidak terdapat pipa nasogastrik juga, anda dapat merujuknya ke tempat yang terdekat untuk mendapatkan rehidrasi nasogastrik dan intravena.

2)      Terapi Nutrisi
terapi nutrisi adalah hal nomor dua yang paling penting harus dilakukan pada pasien diare anak. Makanan tetap diteruskan pada pasien sama seperti anak sehat. ASI juga tetap diberikan pada pasien sama seperti biasanya. Tujuannya adalah untuk mencegah pemburukan gizi.
3)      Suplementasi Zinc        
Tujuan diberikan zinc pada pasien diare anak adalah untuk mengurangi lama dan beratnya diare yang diderita oleh pasien. Zinc juga dapat mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan dan mengembalikan nafsu makan anak.
4)      Antibiotik Selektif
Antibiotik biasa diberikan dalam kasus diare anak secara selektif. Alasannya adalah karena keadaan diare umumnya disebbakan oleh rotavirus yang tidak akan mempan diberikan antibiotik. Diare berdarah (disentri) yang sering disebabkan oleh Shigella adalah salah satu indikasi dari antibiotik.
5)      Edukasi
Edukasi diberikan kepada orang tua dan menasihati orang tua untuk mencari pertolongan apabila terdapat komplikasi-komplikasi dari keadaan diare anak. Kondisi yang mungkin terjadi seperti demam, tinja yang berdarah, mutah yang terjadi berulang-ulang. Apabila pasien mengalami dehidrasi, kita juga harus curiga kalau ada sesuatu yang tidak beres.


4.       Penegakan Diagnosa dan pemeriksaan penunjang
a.       Anamnesis
5.       Adanya darah dalam tinja
6.       Durasi diare
7.       Jumlah kotoran berair per hari
8.       Jumlah episode muntah
9.       Adanya demam, batuk, atau masalah-masalah penting lainnya (misalnya kejang-kejang, baru-baru ini campak)
10.   Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang diberikan selama sakit
11.   Obat atau solusi lainnya yang diambil
12.   Riwayat imunisasi
a.       Pemeriksaan fisik
13.   Kondisi Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau tidak sadar
14.   Mata Apakah normal atau cekung
15.   Turgor kulit. Ketika kulit di atas perut dicubit dan dilepaskan, segera merata, perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)
16.   Periksa suhu anak
17.   Pada infeksi bakteri invasif akan ditemukan nyeri perut yang berat
a.       Pemeriksaan penunjang
18.   Pemeriksaan darah tepi lengkap
19.   Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
20.   Pemeriksaan urin lengkap
21.   Pemeriksaan feses lengkap
22.   Pemeriksaan biakan empedu jika demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik






Sumber:
kapita selekta kedokteran jilid 1

author: fitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar