Author : Yoga...
Assalamualaikum Wr. Wb.! :D
DIAREEEE....yok mulai..Assalamualaikum Wr. Wb.! :D
Identifikasi Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan diare?
-
Diarrhea
berasal dari bahasa Yunani (id)/Greek(en), Dia
berarti melalui dan rhien
berarti mengalir. (USU)
-
Diare
didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥3x/hari
disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa
darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. (USU)
-
Kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. (IPD ed.V, p548)
2.
Istilah-istilah
dalam diare yang penting!
a.
Diare
Persisten
Merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare
yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik,
dimana lama diare kronik yang dianut yaitu berlangsung lebih dari 30 hari). (IPD ed.V, p548)
b.
Disentri
§ Diare yang disertai darah dalam feses,
(Buku : Asuhan Keperawatan Anak – Gangguan gastrointestinal dan
hepatobilier)
Disentri itu biasanya karena shigella,
penyebab lain campylobacter jejuni, e.coli enteroinvasife, amoeba, salmonella,
entamoeba hystolytica juga (Buku : Asuhan Keperawatan Anak – Gangguan gastrointestinal dan
hepatobilier)
3.
Klasifikasi
Diare
a.
Berdasarkan
Lama Waktu Diare
i.
Diare
Akut (diare yang berlangsung kurang dari 15 hari)
ii.
Diare
Kronik (diare yang berlangsung lebih dari 15 hari)
Sebenarnya para pakar didunia telah mengajukan
beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang
15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di indonesia dipilih waktu lebih
dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare dengan lebih tepat.
b.
Mekanisme
patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
c.
Berat
ringan diare : kecil atau besar
d.
Penyabab
infeksi atau tidak : infektif atau non-infektif
e.
Penyebab
organik atau tidak : organik atau fungsional
(IPD ed.V, p548)
*Versi lain:
Diare akut (<2 minggu), diare kronik (Lebih atau sama dengan 2 minggu) (Widoyono, 2008) (UPNJ)
4.
Kenapa
pada orang dengan diare, frekuensi defekasi dan konsistensi tinjanya berubah?
a.
Etiologi
b.
Patofisiologi
Etiologi
(USU)
b. Patofisiologi
Semua segmen dari usus halus mulai dari duodenum sampai
bagian distal usus besar mempunyai mekanisme untuk absorbsi air dan elektrolit.
Menurut patofisiologi diare secara garis besar
dibagi menjadi :
1.
diare
osmotik (absorptive)
2.
diare
sekretorik
Sebenarnya pembagian ini tidak begitu tegas karena
sering mikroorganisme yang menyebabkan diare osmotik/absorptive, juga dapat
menyebabkan diare sekretorik sehingga terjadi diare campuran/kombinasi antara
osmotik/absorptive dengan sekretorik.
Diare osmotik terjadi jika makanan sulit atau
tidak dapat diabsorpsi di usus maka akan terjadi osmotik di usus menjadi
meningkat sehingga air akan ditarik ke dalam usus yang mengakibatkan terjadinya
kelebihan cairan dalam usus sehingga dikeluarkan dari usus dalam bentuk cair.
Contoh
klasik diare osmotik adalah intoleransi laktosa yang
disebabkan kekurangan enzim laktase, dimana laktosa tidak dapat diabsorbsi oleh
usus halus dan mencapai usus besar dalam bentuk utuh. Bakteri dalam usus besar
akan memfermentasi laktosa yang tidak diabsorbsi tersebut menjadi asam organik
berantai pendek, yang menghasilkan beban osmotik yang menyebabkan air disekresi
ke dalam lumen usus.
Selain itu Diare osmotik terjadi karena: (Unimus)
a)
Pasien
memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium sulfat atau
antasida mengandung magnesium.
b)
Pasien
mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi konsentrasi seperti
glukosa tetap berada di lumen usus.
c)
Pasien
dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau malasorbsi
glukosa-galaktosa.
Pada diare sekretorik, terjadipeningkatan sekresi
klorida secara aktif dari sel kripta akibat mediator intraseluler seperti
cAMP,cGMP, dan Ca2+.Mediator tersebut juga mencegah terjadinya perangkaian
antara Na+ dan Cl pada sel vili usus. Hal ini berakibat cairan tidak dapat
terserap dan terjadi pengeluaran cairan secara masif ke lumen usus.
Diare sekretorik murni ditandai dengan :
a)
Jumlah
cairan kotoran banyak ( dapat melebihi 1 liter per-jam pada orang dewasa yang
hidrasi baik)
b)
Tidak
dijumpai sel darah merah dan sel darah putih dalam tinja
c)
Tidak
dijumpai adanya demam atau gejala sistemik lain (kecuali akibat dehidrasi)
d)
Diare
terus berlanjut walaupun dipuasakan (akan tetapivolume mungkin berkurang)
e)
Kekurangan
kelebihan osmotik gap dalam elektrolit tinja.
Contoh klasik diare sekretorik yaitu yang
diinduksi oleh enterotoksin kolera dan eschericha coli
(USU)
5.
Apa
saja komplikasi dari diare?
Diare dapat
menyebabkan : (BKGAI, 2007)
1.
Dehidrasi,
akibat kehilangan air (output) lebih banyak dibanding masukan air (input).
2.
Gangguan
keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis) karena :
a.
Kehilangan
Na-bikarbonat bersama tinja
b.
Ketosis
kelaparan
c.
Penimbunan
asam laktat karena anoksia jaringan
d.
Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria / anuria)
e.
Pemindahan ion
Na dari cairan
ekstraselular ke dalam
cairan intraselular
3.
Hipoglikemia, terjadi
pada 2-3 % anak yang
menderita diare. Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar
glukosa darah menurun
sampai 40mg% yang berupa
lemah, apatis, peka
rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4.
Gangguan
nutrisi akibat penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini dapat
disebabkan oleh :
a.
Makanan sering
dihentikan orangtua karena
takut diare/muntah akan bertambah hebat.
b.
Susu
diberikan dengan pengenceran dan dalam waktu yang lama.
c.
Makanan yang
diberikan sering tidak
dicerna dan diabsorpsi
dengan baik, karena adanya hiperperistaltik.
5.
Gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok
hipovolemik).
(UPNVJ)
6.
Bagaimana
penatalaksanaan pasien dengan diare?
a.
Kuratif
i.
Anak
1.
Buku
Saku Lintas Diare, Depkes 2011 (softfile pdf online)
2.
WHO –
dalam bahasa indonesia :
a.
Diare
Akut dengan dehidrasi ringan, sedang atau berat
b.
Diare
Persisten
c.
Disentri
ii.
Dewasa
à dapat menggunakan algoritma untuk
evaluasi pasien dengan diare akut (IPD ed.5, Hal 553) atau Algoritma untuk
pasien dengan diare kronik. (IPD ed.5, hal 546)
World Health Organization(WHO) dalam revisi ke-4
tahun 2005 mengenai tatalaksana diare
akut pada anak menyebutkan tujuan pengobatan diare akut pada anak adalah:
1.
Pencegahan
dehidrasi: bila tidak dijumpai tanda-tanda dehidrasi.
2.
Pengobatan
dehidrasi : bila dijumpaitanda-tanda dehidrasi (Tabel 2.1).
3.
Mencegah
timbulnya kurang kalori protein:dengan
cara memberikan makanan selama
diare berlangsung dan setelah diare berhenti.
4.
Mengurangi
lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan diare pada hari-hari
mendatang: dengan memberikan zink dengan dosis 10 sampai 20 mg selama 10 sampai
14 hari.
WHO
menganjurkan pemberian oralit untuk mengganti cairan yang hilang melalui diare,
pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan mengobati
dehidrasi (treatment) pada diare akut. Bila pemberian oralit gagal dilakukan
pemberian cairan secara intravena dan penderita harus dirawat di rumah sakit.
Pemberian
cairan dilakukan berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi. Pada penderita
diare dehidrasi ringan-sedang diberikan cairan rehidrasi 75 cc/Kg berat badan
selama 4 jam, sedangkan pada dehidrasi berat diberikan 100 cc/Kg berat badan
dalam waktu 3 sampai 6 jam.
Antibiotik
diberikan hanya pada kolera, disentri basiler, amubiasis dan giardiasis atau
adanya penyakit penyerta(sepsis, pneumonia, dan lain-lain). Pemberian antidiare
dan antimuntah tidakdianjurkan karena tidak terbukti menguntungkan bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan usus atau membuat bayi tertidur lama bahkan menimbulkan
kematian pada bayi.
Setelah
rehidrasi selesai, makanan segera diberikan walaupun diare masih terus
berlangsung, pemberian makanan bertujuan untuk mencegah terjadinya kurang
kalori protein karena anak yang menderita diare akan kehilangan berat badan
sebanyak 1% setiap harinya, mempercepat
rehabilitasi mukosa usus yang rusak dan mengurangi pemecahan lemak dan protein
tubuh sehingga mengurangi pembentukan asam-asam organik dan mencegah terjadinya
asidosis metabolik.
Selain itu,
ASI (Air Susu Ibu) pada anak yang menderita diare harus tetap diberikan.
Keberadaan
oralit sebagai terapi pencegahan dehidrasi telah menurunkan angka kematian yang
disebabkan diare akut, dari 5 juta anak / tahun menjadi 3,2 juta anak / tahun,
akan tetapi oralit tidak dapat mengurangi keparahan diare (konsistensi tinja,
frekuensi dan lamanya diare).
(USU)
Kebutuhan
Oralit Per Kelompok Umur (Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga, p473)
Umur
|
Jumlah Oralit yang diberikan tiap buang
air besar
|
Jumlah oralit yang disediakan di rumah
|
<12
bulan
|
50-100
ml
|
400
ml/hari (2 bungkus)
|
1-4
tahun
|
100-200
ml
|
600-800
ml/hari (3-4 bungkus)
|
>5
tahun
|
200-300
ml
|
800-1000ml/hari
(4-5 bungkus)
|
Dewasa
|
300-400
ml
|
1200-2800
ml/hari
|
b.
Preventif
i.
Pemberian
hanya ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan (pada Balita).
ii.
Mencuci tangan
dengan sabun setelah
buang air besar
atau sebelum memberi makan anak.
Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun pernah
terinfeksi oleh rotavirus
walaupun tidak semuanya mengalami diare.
Biasanya anak-anak ini
tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti
kurang atau tidak mencuci tangan.
iii.
Menggunakan jamban
dan menjaga kebersihannya, kamar
mandi atau jamban yang bersih
juga dapat membantu mencegah penyebaran kuman.
iv.
Menggunakan air
matang untuk makanan
minuman. Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada suatu
daerah tertentu, yang bergantung pada tingkat
kebersihan lingkungan dan
kebiasaan kesehatan warganya.
Di daerah dimana tingkat
kebersihan lingkungannya buruk
dan warganya tidak memiliki
kebiasaan hidup sehat
sering ditemui kejadian
diare terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh kuman.
v.
Menjaga
kebersihan lingkungan sekitar.
(UPNVJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar