Skenario 1
Tutorial Blok 14
Author : Didit
1.
Prinsip Mekanisme Pengontrolan Endokrin dan Metabolik
Download disini!
Download disini2!
2.
Kelenjar Tiroid dan Gangguannya
Download disini!
Download disini2!
1. Prinsip Mekanisme Pengontrolan Endokrin dan Metabolik
Ø Sistem
endokrin dapat dibagi menjadi (1) organ-organ endokrin yang seluruhnya
berkaitan dengan produksi hormon (misal hipofisis, adrenal, tiroid,
paratiroid), (2) komponen-komponen endokrin pada organ campuran, yang
melepaskan kelompok sel endokrin dalam organ yang memiliki fungsi lain (misal,
pankreas, ovarium, testis), dan (3) sistem parakrin atau endokrin difus, yang
merupakan sel yang tersebar dalam suatu organ atau jaringan yang memproduksi
hormon yang bekerja secara lokal pada sel-sel yang berdekatan dan tidak
memasuki aliran darah, sehingga bukan merupakan sel endokrin sesungguhnya
(misal, dalam mukosa usus dan bronkial). antiremed.blogspot.com
Ø Sistem saraf
dan endokrin merupakan sistem komunikasi yang mengatur aktivitas metabolisme
dasar tubuh sehingga memberikan fungsi integratif untuk organisme yang
kompleks.
Ø Sistem saraf
dan endokrin terkait erat secara embrionik, anatomik dan fungsional.
Neuroektoderm dalam embrio meningkatkan sistem saraf, serta banyak kelenjar
endokrin. Kedua sistem ini terkait secara anatomis melalui sistem portal
hipotalamus-hipofisis. Kedua sistem ini mengatur aktivitas metabolisme dasar
tubuh.
Ø Fungsi
sistem endokrin meliputi (1) respons terhadap stres atau cidera (melalui aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal), (2) pertumbuhan dan perkembangan), (3)
reproduksi (melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal), (4) metabolisme
energi (melalui hormon tiroid dan pankreas), (5) metabolisme cairan dan
elektrolit (melalui ADH, hormon aldosteron, dan paratiroid), dan (6) respon
kekebalan tubuh.
Ø Terjadi
suatu interaksi antara sistem neuroendokrin dan respons kekebalan tubuh.
Kortisol mengontrol pelepasan sitokin yang berperan dalam imunitas yang
diperantarai sel dan sitokin seperti IL-6 dapat menstimulasi sekresi ACTH dan kortisol.
Ø Sistem endokrin
dihasilkan oleh kelenjar yang menyintesis dan menyekresi zat-zat kimia yang
disebut sebagai hormon, yang dibawa dalam darah menuju jaringan sasaran tempat
kerjanya.
Ø Hormon
merupakan derivat protein (glikoprotein, polipeptida, atau amino) atau derivat
kolesterol (steroid).
Ø Karakteristik
umum hormon : (1) disekresi dalam jumlah kecil, (2) pelepasan pulsatil dalam
irama sirkadian, yang harus dipertimbangkan dalam menginterpretasikan kadar
serum, (3) bekerja dengan mengubah kecepatan respons fisiologis, dan (4)
sebagian besar dinonaktifkan dalam hati dan diekskresi dalam urin.
Ø Hormon dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori besar berdasarkan pada mekanisme pengiriman
sinyal dan interaksi dengan reseptor sel target : (1) steroid dan tironin
(larut dalam lemak) berdifusi melewati membran sel target dan bergabung dengan
tempat reseptor intrasel, dan akhirnya mengirim sinyal mRNA untuk menyintesis
beberapa protein , (2) polipeptida dan katekolamin (larut dalam air) bergabung
dengan reseptor permukaan sel target, yang kemudian menggunakan messenger kedua
(biasanya AMP siklik) dan akhirnya mengubah beberapa fungsi sel target.
Ø Hormon
steroid adalah hormon kortisol, aldosteron, gonad, dan kolekalsiferon (vitamin
D). Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) adalah hormon tironin.
Ø Contoh
hormon polipeptida adalah hormon pelepas hipotalamus, hormon tropik hipofisis,
hormon paratiroid (PTH), kalsitonin, insulin, dan glukagon. Epinefrin dan
norepinefrin adalah katekolamin.
Ø Regulasi
sekresi hormon dicapai melalui (1) umpan balik negatif berdasarkan pada kadar
hormon dalam darah, (2) perubahan konsentrasi beberapa zat plasma lain (misal,
glukosa dan insulin, Ca++ dan parathormon), dan (3) irama sekresi
yang berasal dari otak (misal, irama sirkadian sekresi kortisol, hormon pertumbuhan,
hormon siklus menstruasi).
Ø Penyakit
sistem endokrin ada 3 jenis, (1) defisiensi hormon, (2) kelebihan hormon, dan
(3) resistensi reseptor sel target hormon.
Ø Defisiensi
hormon dapat disebabkan oleh infeksi, infark dan kematian jaringan, tumor, bedah
pengangkatan, penyakit autoimun, defisiensi dalam makanan, dan herediter dan
umumnya diobati dengan terapi penggantian.
Ø Kelebihan
hormon dapat disebabkan oleh kegagalan atau umpan balik negatif, produksi
tempat ektopik, kegagalan atau inaktivasi atau ekskresi atau mungkin
iatrogenik. Pengobatan adalah supresi hormon dengan pembedahan untuk mengangkat
sebagian atau seluruh kelenjar atau dengan pemberian obat untuk menekan
produksi hormon, menekan pelepasan hormon tropik, atau dengan memberikan
antagonis hormon.
Ø Resistensi
reseptor sel target hormon dapat disebabkan oleh defek reseptor (misal,
diabetes tipe 2), cedera atau destruksi autoantibodi, herediter, atau tidak
adanya sel target dan biasanya diobati dengan memperkuat interaksi
hormon-reseptor (obat-obat sulfonilurea untuk diabetes tipe 2).
antiremed.blogspot.com
2. Kelenjar Tiroid dan Gangguannya
Ø Tiroid merupakan
suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri atas dua lobus
yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak tepat dibawah kartilago
krikoid pada leher.
Ø Kelenjar tiroid
mensekresi dua jenis hormon yang berbeda dari dua jenis sel: (1) sel folikel
tiroid, yang membuat kelenjar membesar, memproduksi hormon tirosin (T4) dan
triiodotironin (T3), dan (2) sel parafolikuler atau sel C, yang merupakan
populasi sel minoritas dalam kelompok kecil diantara sel folikuler yang
memproduksi kalsitonin, yang berperan dalam homeostasis kalsium.
Ø Kontrol sekresi
hormon tiroid dilakukan dalam aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid. TSH
diproduksi oleh hipofisis anterior dibawah penghambatan timbal balik negatif
pada hipofisis anterior yang berkaitan dengan kadar hormon tiroid yang beredar
dalam sirkulasi dan rangsangan TRH yang berasal dari hipotalamus.
Ø Sekresi hormon
tiroid normal membutuhkan dorongan yang adekuat (TSH), jumlah jaringan tiroid
fungsional yang adekuat, jumlah substrat yang adekuat (yodium), dan enzim yang
adekuat untuk organifikasi dan perangkaian. Defisiensi setiap hal ini akan
menyebabkan terjadinya hipofungsi kelenjar.
Ø Hormon tiroid
memengaruhi banyak sistem. Efek utama adalah perangsangan metabolisme sel. Hormon
tiroid merangsang hormon pertumbuhan pada anak dan berperan dalam perkembangan
sistem saraf pusat normal – tidak adanya hormon tiroid pada saat lahir
menyebabkan retardasi mental dan hambatan perkembangan neurologis (kretinisme).
Ø T3 dan T4
ditransportasikan dalam darah secara bolak-balik berikatan dengan protein
plasma : (1) globulin pengiat tiroksin (thyroxine binding globulin, TBG)
mengikat T4 secara kuat dan T3 secara lemah, (2) prealbumin pengikat tiroksin
(thyroxine binding prealbumin, TBPA), dan (3) albumin pengikat tiroksin
(thyroxin binding albumin, TBA). Sejumlah kecil fraksi T3 dan T4 berada dalam
bentuk aktif metabolik bebas dan tersedia ke jaringan. Hormon bebas berada
dalam kesetaraan bolak-bali dengan hormon yang terikat. Setiap perubahan dalam
TBG menyebabkan perubahan jumlah T4 bebas dalam sirkulasi, menyebabkan
perubahan hasil uji fungsi tiroid.
Ø Delapan puluh
persen T3 diproduksi dalam jaringan perifer dari delodinasi T4; rT3, bentuk
inaktif T3, adalah suatu hasil tambahan.
Ø Aturan empat
: efek metabolik T3 empat kali lebih kuat dari T4; efek metabolik T4 di
jaringan berlangsung empat kali lebih lama dibandingkan dengan T3, sehingga
kedua hormon tiroid ini saling menyeimbangkan.
Ø Pemeriksaan yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit tiroid, antara lain : (1) kadar
T3 dan T4 serum, (2) tiroksin bebas, (3) TSH serum, dan (4) uji ambilan tiroid
radioisotop (RAI). Pada hipertiroidisme, semua kadar pemeriksaan inimeningkat,
kecuali TSH serum yang menurun. Pada hipotiroidisme, semua kadar pemeriksaan
ini menurun, meningkat, kecuali TSH yang meningkat.
Ø Istilah “goiter”
telah banyak digunakan sejak dulu untuk mengartikan pembengkakan diagnosis
penyakit tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid disebabkan oleh banyak hal dan
dapat berkaitan keluaran hormon tiroid yang menurun, meningkat (goiter toksik),
atau normal (goiter nontoksik). Istilah ini harus dihindari karena tidak jelas
dan tidak menjelaskan kelainan khusus.
Ø Hipertiroidisme
atau tirotoksikosis dapat didefinisikan sebagain respon tubuh terhadap T3 atau
T4 berlebihan, atau keduanya.
Ø Dua penyebab
utama hipertiroidisme adalah penyakit graves yang terutama terjadi pada dewasa
muda, dan goiter nodular toksik yang terutama terjadi pada dewasa yang lebih
tua. Penyebab yang lebih jarang adalah pemberian sendiri hormon tiroid
(faktisia tirotoksikosis) atau produksi TSH yang berlebihan akibat tumor
hipofisis (hipertiroidisme sekunder).
Ø Penyakit graves
adalah suatu bentuk tiroiditis autoimun yang timbul dengan gejala
hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid, eksoftalmus, serta gejala
dan tanda lain hipermetabolisme (intoleransi panas, berkeringat, penurunan
berat badan, takikardi, kecemasan, dan keletihan).
Ø Penyakit graves
disebabkan oleh terdapatnya antibodi IgG yang disebut sebagai stimulator tiroid
kerja lama (LATS) yang bekerja secara langsung pada sel folikel tiroid,
merangsangnya untuk membelah (menyebabkan hiperplasia) dan untuk menyintesis
dan menyekresi hormon tiroid secara terus-menerus, diluar kontrol TSH dari
hipofisis. Oleh karena itu, hormon tiroid disintesis dan disekresi tanpa
memperdulikan kebutuhan dan mekanisme timbal balik normal diabaikan.
Ø Goiter nodular
toksik ditandai dengan nodul kecil terpisah yang berfungsi secara otonom dalam
mensekresi hormon tiroid yang berlebihan. Awitannya akut dengan gambaran klinis
yang tidak begitu parah bila dibandingkan dengan penyakit graves. Eksoftalmus tidak
terjadi, namun dapat terjadi mata yang terbelalak dan jarang mengedip akibat
peningkatan aktifitas simpatis.
Ø Tujuan pengobatan
pada penatalaksanaan hipertiroidisme adalah untuk menghambat efek merugikan
hormon tiroid dan menghentikan hipersekresinya dengan terapi ablatif
menggunakan RAI, operasi tiroidektomi subtotal, atau pengobatan dalam waktu lama
menggunakan propiltiourasil (menghambat sintesis tiroksin). Obat penyekat beta
seperti propranolol diberikan untuk menurunkan aktivasi simpatis sehingga
mengurangi gejala kecemasan, takikardi, dan keringat berlebihan.
Ø Gejala dan
tanda hipotiroidisme disebabkan oleh berkurangnya keluaran hormon tiroid.
Ø Hipotiroidisme
yang terjadi pada orang dewasa berkisar dari gangguan berat (miksedema) hingga
yang tidak begitu berat dan sering terlewatkan.
Ø Penyebab terpenting
hipotiroidisme primer adalah terapi ablatif RAI atau operasi pada penyakit
graves (paling sering) dan tiroiditis hashimoto (penyakit autoimun, penyebab
tersering penyakit tiroid pada anak). Penyebab lainnya adalah tinggal di daerah
geografik kekurangan yodium (misal, Michigan) dan beberapa terapi obat (misal,
lithium).
Ø Hipotiroidisme
sekunder (jarang terjadi) disebabkan oleh disfungsi hipotalamus atau hipofisis
yang terjadi akibat tumor atau terapi pembedahan atau iridasi – terdapat defisiensi
sekresi TSH hipofisis.
Ø Gambaran klinis
khas miksedema adalah lethargi, edema periorbital dengan pembengkakan wajah,
suara parau, kulit dingin, kasar, kering, bradikardi, keterlambatan intelektual
dan aktivitas motorik, serta intoleransi dingin.
Ø Uji laboratorium
yang memastikan adanya hipotiroidisme adalah kadar T4, serum yang rendah, T3
dan T4 bebas yang rendah, dan kolesterol serum yang meningkat. Kadar TSH tinggi
pada hipotiroidisme primer dan kadarnya rendah pada hipotiroidisme sekunder.
Ø Pengobatan hipotiroidisme
adalah pemberian T4 yang dimulai dengan dosis 50 μg/hari dan berkembang menjadi
dosis rumatan hingga mencapai 150 μg/hari. Terapi penggantian yang adekuat
ditentukan melalui pemantauan kadar T4 serum, ambilan rT3 dan TSH.
Ø Hipotiroidisme
kongenital (kretinisme) dapat disebabkan oleh hipotiroidisme maternal yang
tidak diobati atau defek enzim herediter akibat kegagalan sintesis T3 dan T4
normal.
Ø Pendeteksian
hipotiroidisme kongenital (kretinisme) penting dilakukan sebelum terjadi
retardasi mental dan gangguan perkembangan susunan saraf pusat.
Ø Gejala dan
tanda kretinisme yang dapat diamati adalah bayi yang somnolen dan hipoaktif
sehingga menyebabkan gangguan pemberian makan, tangisan parau, lidah besar,
ikterus fisiologis menetap, kulit bersisik yang kering dan kasar. Diagnosis dipastikan
melalui pemeriksaan radioimunoasai yang memperlihatkan penurunan kadar T4, T3
dan peningkatan TSH. Pengobatan dengan pemberian Synthroid (T4).
Ø Goiter nontoksik
didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid yang tidak berkaitan dengan
proses inflamasi atau neoplasma dan awalnya tidak berkaitan dengan
hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
Ø Goiter nontoksik
dapat disebabkan oleh defisiensi iodida atau defek intrinsik dalam sintesis
hormon, kedua hal ini akan menyebabkan peningkatan keluaran TSH dan menyebabkan
terjadinya hiperplasia tiroid.
Ø Pengobatan goiter
meliputi supresi TSH dengan tiroksin, pembedahan jika berukuran besar dan
menyebabkan obstruksi trakea, serta iodisasi garam meja untuk daerah geografik
yang kekurangan yodium.
Ø Sindrom sakit
eutiroid (ESS) adalah terdapatnya uji fungsi tiroid abnormal yang menyerupai hipotiroidisme
pada pasien dengan fungsi tiroid normal tetapi yang menderita penyakit sistemik
nontiroid berat.
Ø Penyebab ESS
diyakini merupakan menurunnya kenversi perifer T4 menjadi T3, meningkatnya
konversi T4 menjadi T3 cadangan, dan menurunnya pengikatan hormon tiroid
terhadap TBG, hasilnya adalah T3 yang menurun, rT3 yang tinggi, serum T4 total
yang menurun, dan TSH yang normal.
Ø Scintiscan RAI
adalah pemeriksaan yang bermanfaat untuk membedakan nodul tiroid jinak dan
ganas. Nodul panas (yang mengambil isotop) umumnya jinak, dan nodul dingin
(yang gagal mengambil isotop) cenderung menjadi panas (terutama jika berat,
terfiksasi ke jaringan sekitar, dan disertai dengan limfadenopathy leher).
Ø Terdapat 3
jenis utama tumor ganas yang berasal dari sel folikel tiroid: karsinoma
papilar, folikular, dan karsinoma tiroid anaplastik.
Ø Faktor resiko
kanker tiroid adalah (1) nodul tiroid pada anak yang berusia kurang dari 14
tahun (50% ganas), dan (2) pemajanan iradiasi di kepala atau leher pada masa
bayi atau anak.
Ø Kersinoma medular
tiroid berasal dari sel C yang memproduksi kalsitonin parafolikular pada
tiroid. Jenis kanker tiroid ini dapat bersifat familial dan berkaitan dengan
neoplasia endokrin multipel (MEN). antiremed.blogspot.com
REFERENSI :
At glance sistem endokrin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar